Chapter 9

288 28 4
                                    

Kenyataannya, bahkan dengan detektif swasta termahal yang bisa mereka bayar. Butuh waktu hingga 4 bulan untuk menemukan keberadaan Jimin.

Taehyung kembali ikut dengan mereka. Setidaknya untuk meminta maaf pada Jimin. Walaupun dia tidak merasa begitu andil. Memangnya kenapa ? Dia salah paham. Lalu ikut menghakimi. Mereka juga sama. Tapi akar masalahnya adalah Kang Daniel. Mereka juga korban. Kenapa mereka harus ikut merasa bersalah sebesar itu.

Itu dia, Jimin datang. Dengan pakaian yang sudah tidak secantik pakaiannya dulu. Saat masih menjadi bagian dari mereka. Semua pakaian mahalnya dan sepatu mahalnya sudah di jual. Dia menggantinya dengan pakaian murah.

Dia terlihat sangat kurus apa lagi dengan perutnya yang sedang hamil besar. Sangat menyedihkan.

Jimin bekerja di dua pekerjaan. Dia bekerja di sebuah pabrik konveksi pakaian bayi, shift malam, jam 12 malam hingga jam sembilan pagi. Satu lagi, dia bekerja di sebuah minimarket, dari jam 3 sore hingga jam 11 malam.

Wajah jimin terlihat tirus.

Barulah taehyung melihat bagaimana efek dari perbuatannya dulu. Jika Jimin tidak pernah di pecat. Dia mungkin masih bekerja di Bighit. Dia tidak perlu mencari pekerjaan baru.

"Mau apa lagi kalian ?" Kata Jimin dingin. Tidak ada lagi senyum ceria dengan mata bulan sabit. Pipi chubby menggemaskan. Aegyo - aegyonya. Semuanya lenyap.

"J-jimin k-kami . ." Seokjin memulai.

"Seperti yang kalian lihat aku masih hidup. Belum puas kah ? Apa yang kalian mau ? Mau aku cacat ?" Kata Jimin dengan nada datarnya.

Benar benar datar. Jimin yang dulu sudah tidak bersisa.

Mereka melihat plastik yang jimin bawa. Isinya bahan makanan. Sangat sedikit. Apa itu untuk makan sehari ? Lalu kotak susu itu, susu untuk ibu hamil. Tapi dari merk termurah, yang banyak orang meragukan apa kandungan gizinya benar benar ada atau tidak.

"Kami ingin minta maaf, Jimin-ah." Kata Namjoon

"Kumaafkan. Pergilah." Kata Jimin masih dengan nada datarnya.

Tidak ada linangan air mata. Tidak ada emosi saat melihat mereka.

"Jimin !! Kami tau kami sudah keterlaluan !!" Kata Hoseok.

"Baguslah kalau kalian sadar. Jangan lakukan lagi pada orang lain." Kata Jimin masih datar.

"Jimin !!" Panggil Jungkook

"Apa ?"

"Tidakkah kau marah ?"

"Tidak. Buat apa ? Sudah terjadi. Aku sudah tidak punya muka untuk melamar di sekolah tari manapun. Apalagi agensi agensi artis. Aku tidak bisa bekerja dengan menari. Cita citaku sudah kandas. Ya sudah." Kata Jimin masih dengan datarnya.

"Apa yang harus kami lakukan untuk memperbaiki semuanya ?" Tantang Yoongi

"Kembalikan nama baikku. Bersihkan namaku. Kalian bisa ? Kurasa tidak. Kau tau. Hanya dengan omongan kau bisa merusak nama seseorang. Tapi kalian cerdas. Kalian menggunakan selebaran. Aku kehilangan muka. Masih ada yang menunjukku ketika aku bekerja di minimarket. Aku di pindahkan ke bagian gudang dari di posisi kasir. Ada yang menawarku terang terangan di jalan sambil memegang selebaran kalian itu. Hanya bayi ini yang mencegah mereka. Itu pun menjadi omongan, karena mereka pikir ini adalah anak hasil ku melacur." Jelas Jimin.

Semua kata katanya menohok, tapi tidak ada emosi disana. Dia seolah olah mati. Hanya robot monoton, tidak memiliki perasaan.

Pada kenyataannya dia pernah punya hati. Tapi sudah hancur berkeping keping bersama harga dirinya.

"Jimin, kau tidak perlu bekerja lagi. Kau punya tabungan bersama denganku. Ambillah semuanya. A-aku akan menanggung semua biaya pemeriksaan rutinmu, dan berapa yang kau butuhkan ?"

"Tidak tau. Aku tidak pernah."

"T-tidak pernah apa ?"

"Periksa. Aku tidak punya uang. Sebagian besar gajiku kutabung untuk biaya persalinan. Sisanya untuk bayar sewa, lalu untuk makan. Keperluan bayi aku dapat dari pabrik, mereka punya produk cacat yang masih bisa ku perbaiki."

"J-jimin. K-kau semenderita itu ?" Tanya Taehyung

"Tidak. Aku tidak menderita. Jalani saja. Tidak ada uang untuk pemeriksaan tidak apa, asal ada untuk persalinan. Tidak cukup untuk sewa kurangi dari makan. Jalani saja." Kata Jimin cuek.

"Sudah selesai introgasinya ? Kalian boleh pergi sekarang. Tidak ada lagi yang bisa kalian ambil dariku." Lanjut Jimin

"Kubuatkan kau restoran atau cafe. Kau pernah bilang kau ingin memiliki restoran atau cafe kan ?" Kata Yoongi

"Siapa yang akan makan disana ? Jika mereka tau aku yang punya. Yang datang paling yang ingin menawarku lagi."

"J-jimin. Apapun . . Mintalah sesuatu dariku . ."

"Aku tidak butuh rasa kasian dari kalian. Aku bukan pengemis."

"J-jimin. Kau punya hak atas banyak hal yang telah kami renggut Jimin !!!" Seokjin memaksa

"Aku sudah mengatakan yang ku inginkan. Aku ingin namaku bersih kembali. Tapi kalian tidak bisa. Iya kan ? Bahkan jika kalian menyiarkannya di berita di seluruh dunia. Jutaan orang di luar sana akan memihak kalian dan mencaciku."

"Sampai mati pun namaku sudah terseret lumpur."

"Kebahagiaanku sudah tidak ada lagi. Bahkan jika kalian menciptakan kembali semuanya seperti sedia kala. Semuanya akan terasa berbeda dan palsu. Cinta Yoongi Hyung ? Dia akan bersamaku hanya karena rasa bersalahnya. Bukannya sudah ada Hoseok Hyung ?"

Hoseok dan Yoongi menunduk.

"Aku masih mencintaimu Jimin-ah"

"Aku tidak percaya."

Sesimpel tiga kata itu. Dia langsung menohok ke hati Yoongi. Tidak dipercaya lagi. Berusahapun tidak mungkin. Hati Jimin sudah merasakan pahitnya dikhianati dan ditinggalkan.

"Dulu aku memohonmu untuk mendengar. Kalian untuk mendengar penjelasanku. Kenapa sekarang tiba tiba nengejarku lagi ?" Tanya Jimin

"Karena sekarang kami percaya padamu Jimin." Kata Yoongi

"SungWoon sudah menceritakan pada kami. Semuanya. Mengenai obsesi Daniel padamu, semuanya." Lanjut Yoongi

"Aah~" Jimin mengangguk

Secercah harapan, Jimin mendengar mereka.

"Itu berarti kalian mendengar penjelasan panjang lebar SungWoon. Kalian percaya pada SungWoon. Bukan aku."

"Pada akhirnya bahkan ketika aku berlutut meminta kalian mendengarku. Tidak satupun dari kalian yang mau mendengar penjelasanku."

Mereka semua menunduk dalam. Benar kata Jimin. Jimin berlutut meminta di dengar. Yoongi bahkan menendangnya. Tapi begitu SungWoon mengajak mereka bicara, mereka langsung dengar dan percaya.

Matanya sakit ketika melihat silau matahari pagi. Selama masa kehamilannya dia jadi lebih sensitif terhadap cahaya. Entah kenapa.

Pandangannya juga lebih buram.

Lalu dia merasakan sakit kepala hebat. Ini sudah sering dia rasakan, bahkan sampai membuatnya ingin menangis. Tapi kali ini, ini jauh lebih sakit dari biasanya.

Dia berlutut.

"JIMIN !!!" Teriak Yoongi. Yang segera menopang tubuh Jimin yang akan jatuh.

"Telpon ambulans cepat !!" Teriak Yoongi.

TBC

Trust  [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang