Renjun berhenti sejenak dari kegiatan lari-untuk-menemui-jaemin-di-taman-kampus, ketika ada beberapa kelompok mahasiswa yang entah dari mana, memotong jalan tepat dihadapannya. Kalau bukan refleks nya yang bagus, Renjun yakin dirinya akan menabrak mereka seperti bola boling dan mereka akan jatuh menggelinding seperti pin putih.
Dengan matahari yang sudah menyentuh atap gedung Fakultas Arsitektur dan Pembangunan, Renjun pikir ini masih terlalu pagi untuk meneriaki sekelompok pemuda yang terlihat baru saja bangun dari kesekian pesta yang diadakan oleh salah satu pelajar difrat house.
Renjun memelototi mereka (yang bahkan tidak memberikan permintaan maaf terhadapnya) sebelum lanjut menemui Jaemin di taman kampus.
"Jun, masih pagi. Muka kok udah kusut begitu," Ujar Jaemin ketika menengadah dan mendapati Renjun melihatnya dengan kening yang mengkerut.
Renjun mendudukan pantatnya diatas rumput, Jaemin yang sementara mengetik sesuatu di laptopnya menyodorkan sepenggal croissant kepadanya.
Renjun menatap Jaemin dengan ekspresi yang menghakimi, merasa temannya sedang mengerjainya sekarang.
Jaemin menggeleng. "Masih untung ditawarin," Jaemin menarik kembali tangannya, membatalkan tujuan baiknya untuk membagikan satu-satunya sarapan yang dia konsumsi pagi itu.
"Kamu manggil aku kesini pagi-pagi cuman buat dikasih croissant? Stengah doang lagi." Renjun bersedekap kemudian mengeluarkan buku teks dari tas ransel cokelatnya. Dia harus bisa merangkum isi bab pertama sebelum jam 12 siang nanti. Kalau tidak dia akan mengulang kelas ini lagi semester depan.
Jaemin tertawa disampingnya. "Duit abis Jun, ini juga ngambilnya dari Yangyang." Jaemin melepaskan salah satu headset dari telinganya untuk bisa mendengar lebih jelas ucapan Renjun.
"Kamu dari tempatnya Yangyang semalem?" Tanya Renjun sementara jemarinya sibuk menandai buku teksnya memakai stabilo berwarna merah muda.
Jaemin berdehem dan percakapan mereka terhenti dan selanjutnya dipenuhi oleh lagu yang berasal dari headset Jaemin. Sebentar lagi temannya itu akan mengalami masalah pendengaran bila dia terus-menerus mendengar lagu dengan volume yang besar seperti itu. Hari terhitung masih pagi, jadi belum banyak orang yang duduk berseliweran di taman kampus. Renjun sedikit bersyukur Jaemin mengajaknya kesini karena dengan begini dia bisa fokus untuk menyelesaikan tugas-tugasnya sebelum masuk kelas siang nanti.
"Uhm, permisi. Kamu Jaemin 'kan?"
Renjun melihat bayangan yang memenuhi buku teksnya, membuat dirinya memutuskan untuk mendongak dan menatap siapa yang berani mengganggu kegiatan belajarnya hari ini.
Dengan wajah yang membelakangi matahari pagi, Renjun tidak bisa mengenali muka orang tersebut. Jaemin disampingnya mencabut satu lagi headset nya dengan muka kesal. "Iya? Ada perlu apa ya?" Renjun bisa mendengar nada tidak suka dari suara Jaemin.
Orang tersebut menyadari suasana yang tidak mengenakan dari Renjun dan Jaemin sehingga membuatnya ikut berjongkok dihadapan mereka berdua.
Seperti ini, membuat Renjun benar-benar bisa melihat wajah orang tersebut tetapi seketika itu juga Renjun menahan nafas karena muka dengan pahatan seni dan juga kepribadian yang buruk tidak bisa dengan mudah dilupakan oleh seorang Huang Renjun.
"Uhm, hi. Aku Minhyung, uh, tapi panggil aja Mark. Aku denger dari Yangyang kamu butuh temen sekamar, kebetulan aku juga lagi nyari apartemen buat di--"
Renjun menganga ketika mendengar Jaemin disampingnya mengeluarkan suara yang Renjun ragu bisa dikeluarkan oleh manusia. Jaemin menatap orang yang ditemui Renjun di toko kapan hari yang lalu dengan mata yang berbinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ours
FanficLima jam lagi sebelum jadwalnya selesai untuk hari ini dan Renjun sudah bertemu dengan orang yang menyebalkan. Ya, bahkan wajah tampannya tidak bisa menyelamatkan kepribadiannya yang buruk. Renjun menggeleng. Tuhan memang adil. [Story about our lov...