Setelah makan malam Naruto menuju kamar Hinata yang terpisah dari Istana utama. Naruto duduk di anak tangga dan meletakkan pedangnya disampingnya.
'Cklek'
Suara Jendela terbuka membuat Naruto berbalik, Hinata dengan rambut panjangnya yang terurai tersenyum pada Naruto. Mulut Naruto terbuka tanpa sadar, dia sangat terpana dengan kecantikan Hinata.
"Kau sudah datang ya. Maaf karena aku memintamu untuk menjagaku selama aku tinggal disini" ucap Hinata.
Naruto masih terdiam tanpa kata. Hinata tersenyum pada Naruto dan menggelengkan kepalanya. "Apa ada yang aneh pada wajahku?"
"Tentu saja tidak, Hime-sama" Naruto bersandar di dinding tepat dibawah jendela Hinata.
"Jangan bersandar disitu, Aku jadi tidak bisa melihat wajahmu saat berbicara denganku"
"Maafkan aku, Nona Hinata. Aku tidak yakin aku bisa menatap Nona Hinata saat ini. Saya masih belum terbiasa. Dattebayo"
" Baiklah, Tuan Uzumaki "
Hinata meletakan dagunya diatas lengannya sembari melihat bulan purnama. "Kau tahu, ada legenda yang hanya diketahui oleh keluarga kerajaan"
Naruto menggelengkan kepalanya. " Tidak, Hime-sama "
"Ada legenda yang mengatakan bahwa air terjun yang ada di belakang kuil dapat mempertemukan kita dengan belahan jiwa yang sudah ditakdirkan oleh dewa"
"Apa Hime percaya?"
Hinata mengangguk pelan. " Ya aku percaya "
"Apa yang harus kulakukan agar bisa bertemu dengan belahan jiwaku?"
"Nenekku pernah bilang kalau pada saat gerhana bulan tiba dan kau berendam di air terjun tersebut. Cintamu akan terbalaskan"
" Apa bisa semudah itu? " Naruto mendongakkan kepalanya. Hinata tidak menyadari tatapan Naruto dan masih menatap bulan.
"Aku harap iya. "
Naruto melihat senyum Hinata lalu kembali menundukkan kepalanya.
"Ngomong-ngomong, tuan Uzumaki. Apa kamu lapar? Aku masih ada beberapa cemilan" ucap Hinata.
" Tidak usah, Hime " tolak Naruto.
Hinata keluar dari kamarnya dan meletakkan sepiring makanan ringan dan secangkir teh. " Anggap saja ini sebagai ucapan terimakasihku karena kau mau menjagaku"
Hinata duduk disamping Naruto. " Bisakah kau menjagaku seperti ini untuk seminggu saja? Setelah itu aku tidak akan mengganggumu lagi "
"Aku tidak merasa terganggu saat anda meminta bantuanku Hime-sama"
"Panggil saja aku Hinata, saat kita berdua disini... Kumohon, Panggil aku Hinata"
"Hime...."
"Kumohon"
"Baiklah, Hime-sama... Ummn... Maksudku Hinata" Naruto memalingkan wajahnya karena malu.
Hinata menatap wajah Naruto dan membuat wajahnya memerah hanya dengan Menatap Pria yang sedang memalingkan wajahnya.
"Bolehkah aku memanggilmu Naruto?"
Naruto terkejut dan menatap Hinata, Jantungnya berhenti berdetak sejenak karena tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Semua terasa seperti mimpi bagi Naruto. Bagaimana bisa seorang putri mau mengenal prajurit biasa sepertinya? Hal itu terus-menerus yang dipikirkan oleh Naruto.
"Ah.. itu... " Naruto menggaruk wajahnya karena gugup.
"Apa kau menolak?" Tanya Hinata.
"Tentu saja tidak." Naruto menatap mata Hinata dengan sangat dalam. Bibirnya bergerak tanpa suara ingin mengutarakan perasaannya, dalam diam Naruto mengatakan bahwa dia mencintai Hinata. Gelapnya malam membantunya untuk menyembunyikan gerakan bibirnya dari Hinata.
Hembusan angin malam disertai dedaunan, menambah keheningan diantara mereka. Hinata bangkit dari duduknya. "Aku akan masuk ke dalam saja, sepertinya keberadaanku hanya akan membuat Naruto-kun tidak nyaman."
Naruto tanpa sadar hendak meraih tangan Hinata namun sebelum dia meraih tangan Hinata, Naruto mengehentikan dirinya sendiri. "Maafkan kelancangan saya." Naruto memalingkan wajahnya. Hinata meraih pipi naruto dan membuatnya kembali menatapnya.
"Tataplah aku saat kamu berbicara padaku Naruto-kun."
"Jangan membuat hatiku goyah, Hime-sama. "
" Apa kau merasa terganggu dengan perasaanku?"
"Bukan begitu, hanya saja... Bagaimana bisa bumi mencintai matahari? "
Hinata terdiam sesaat. "Jikapun kita tidak bisa bersama selayaknya pasangan pada umumnya, yang bisa dengan bangga mempertontonkan hubungan mereka di publik, aku tidak masalah... Naruto-kun. Bagiku cukup dengan kau mencintaiku seperti ini saja sudah membuatku bahagia"
Naruto meraih tangan Hinata. "Tolong jangan berikan aku harapan palsu, Hime-sama"
Hinata mengangguk pelan " Kumohon, hanya dalam 7 hari... Jangan menolak perasaanku Naruto-kun"
Mata Hinata berkaca-kaca, hatinya seolah meledak karena tahu mungkin dengan mengutamakan perasaannya hanya akan membuat Naruto semakin jauh. "Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku di kehidupan sebelumnya. Aku hanya tidak ingin semuanya terlambat. Aku hanya ingin jujur dengan perasaanku" lanjutnya.
Naruto terdiam beberapa saat. Hatinya berkecamuk karena ragu apa yang harus dia lakukan. "Bisakah kau berjanji untuk merahasiakan ini?"
Hinata mengangguk pelan. "Tentu saja"
"Kalau begitu, Izinkan aku untuk mencintaimu meskipun hanya saat matahari terbenam, Izinkan aku untuk mencintaimu di setiap malam"
"Aku berikan izin untuk mencintaiku, Naruto-kun" Hinata mengelus wajah Naruto dengan sangat lembut.
Naruto menurunkan tangan Hinata untuk menyentuh dadanya. "Apa Hime-sama bisa merasakan jantungku yang berdebar ini?"
"Tentu saja" Hinata segera memindahkan tangannya dan wajahnya menjadi sangat merah karena tersipu malu. Naruto tersenyum simpul pada Hinata. " Masuklah ke dalam kamarmu Hime-sama, kau akan kedinginan kalau tetap berada disini "
"Tapi ..."
" Kau bisa berbicara denganku melalu jendelamu, telingaku hanya untuk mendengar kata-kata dari mulutmu Hime-sama dan mataku hanya untuk menatapmu "
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In The Middle Of Night (Naruhina)
FanfictionPrompt : Romantic Historical, Unusual date, Feeling Bercerita seorang putri kerajaan bernama Hinata Hyuga yang jatuh hati pada seorang prajurit kerajaan. Cinta dengan perbedaan status dan klan membuat mereka harus menyembunyikan hubungan mereka. Men...