"Lebih baik menyimpan rasa yang tak terbalas dan tetap terdiam walau semuanya tetap menyakitkan."
💌
Tak bersemangat lagi melihat sepucuk surat yang tergeletak di dalam lokernya. Andira yang pura-pura terlihat kuat pulang kerumah dengan membawa surat itu. Setibanya dikamar ia merebahkan tubuhnya di atas kasur dan terbaring lemas.
Pikirannya kembali dihantui dengan kejadian tadi. Ia mengambil surat dalam tas yang berada disampingnya. Saat membuka surat tersebut, tatapan kosong terpampang di wajahnya karena hanya selembar kertas kosong yang ia dapatkan. Andira bingung dengan surat tersebut yang terlihat tanpa coretan satu pun.
Tiba-tiba telpon genggam Andira berdering menunjukkan pesan masuk dari Hana yang mengajaknya untuk makan malam diluar bersama dengan Raffi. Ia menghela nafas panjang, Andira kembali terbaring dan perlahan memejamkan kedua matanya.
***
Malam pun tiba, Andira siap-siap untuk makan malam bersama kedua temannya meskipun ia malas untuk ikut. Akan tetapi tetap saja pikirannya selalu dibayangi oleh kejadian itu sehingga ia membutuhkan sedikit hiburan sebagai alasan agar bisa melupakan hal tersebut.
Tiba-tiba kembali seseorang mengetuk pintu kamarnya disaat ia tengah sibuk bersiap-siap. Tak lain dia adalah Gibran yang masuk ke kamar Andira sambil tersenyum.
"Wah... Cantik sekali! Pakaian rapi begini, kamu mau kemana?" tanya Gibran sembari duduk dikursi belajar Andira.
"Mau makan diluar sama teman-teman," jawab Andira sambil memerhatikan outfit yang ia pakai didepan cermin. "Kakak keluar deh! Aku sedang tidak mood bercanda dengan kakak," lanjutnya.
"Etss... Tunggu dulu! Bagaimana dengan penelitian kakak? Kamu mau bantu aku kan?"
Tadinya semangat kini semuanya tiba-tiba hilang, Andira menghela nafas dan kembali menunjukkan wajahnya yang muram. Kemudian ia duduk disamping Gibran.
"Boleh tidak, kakak cari yang bukan angkatan 2016?" ucap Andira memohon kepada Gibran.
"Memangnya kenapa?" tanya Gibran mengangkat kedua alisnya.
"Ada sesuatu yang Andira tidak bisa jelaskan," jawabnya.
"Kamu ada masalah dengan seniormu?" tanya Gibran terlihat penasaran.
"Ih bukan begitu. Aku cuma belum akrab dengan semua senior," Andira cemberut.
"Nantinya kamu juga bakalan akrab kok. Intinya Minggu depan kakak akan ke kampusmu dan harus ada satu senior yang bisa kamu kenalkan kepada kakak," kata Gibran berdiri dari tempat duduknya sambil mengelus kepala Andira dan berjalan keluar dari kamar.
"Ih kakak, rambut Andira jadi berantakan," sahut Andira menggertakan giginya terlihat kesal.
***
Sesampainya di rumah makan, terlihat Hana dan Raffi sudah menunggu Andira yang datang sedikit telat. Begitu banyak makanan di atas meja membuat mata Andira membelalak tak bisa berkutip dan hanya duduk memandang makanan tersebut.
"Lama banget sih kamu, makanannya sudah keburu dingin," ucap Raffi menyeringai.
"Hmmm... Cuma telat berapa menit doang," balas Andira. "Makanannya banyak banget, kalian mau ngadain hajatan?" lanjutnya sambil tertawa kecil.
"Kami pesan makanan ini khusus buat kamu, kamu boleh makan semuanya dan lupakan kesedihan hari ini," ucap Hana memberikan sumpit kepada Andira.
"Kita berdua tahu Dira, kalau hari ini kamu lagi ada masalah dan sebagai teman, kami tidak ingin kalau kamu terlihat sedih," lanjut Raffi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Untuk Ayang Senior
RomanceSejak hari pertama OSPEK, Andira masih menyimpan rasa kagum yang tak ada ujungnya terhadap kakak senior yang menjadi panitia OSPEK saat itu. Meskipun selalu berharap bahwa surat yang ia tulis akan dibaca dan dibalas, tetapi harapan itu hanya sebatas...