Goresan baru

539 77 8
                                    

–Goresan baru–

“Zean, balik yuk” ajak Ashel setelah membaca kalimat dari wanita yang ia panggil ibu.

“Lah tumben lo. Kenapa deh? Lo gak papa kan??”

“Gakpapa. Gue capek mau tidur Zee” jawab Ashel dengan senyum di wajahnya.

“Oke. Kalau ada apa-apa please Shel, kasih tau gue”

“Iya bawel” . . . .

Sesampainya di rumah, Ashel mendapati Kakaknya, Aran, menatapnya tajam.

“Kenapa pulang? Gak sekalian aja tidur diluar”

“Kak..”

“Marsha udah pulang dari rs. Tadi Aldo dateng tapi disuruh balik sama Marsha. Dia bilang mau jaga perasaan lo. Dan lo, Shel, malah kelayapan sama cowok lain?!”

“Kak, aku cuma keluar bentar sama Zean. Kakak juga tau aku udah temenan sama Zean dari lama. Apa salahnya sih?”

“Bisa-bisanya lo masih nanya gitu? Lo tau gimana beratnya Marsha ngelepas Aldo buat lo?! Dia bahkan gak benci sama lo padahal lo udah sebusuk ini Ashel!”

Ashel hanya terdiam menatap kakaknya. Ia berusaha mati-matian menahan agar air matanya tidak jatuh dihadapan kakaknya itu. Sakit di kepalanya datang lagi. Tidak bisakah semesta berpihak pada Ashel walau hanya sebentar? Ashel menarik napas guna mengurangi sakit yang ia rasakan pada kepala dan juga hatinya.

“Kak, kalau kakak tau aku sebenernya..”

“Stop Shel! Berhenti bicara omong kosong lagi. Gue capek. Papa mama capek. Semua udah capek sama lo”

“Dengerin Ashel dulu kak...” Ucap Ashel lirih. Suaranya mulai bergetar menahan sakit di hatinya.

“Apa?! Apa lagi?! Shel, kalau lo emang gak bisa bikin kita bangga. Paling enggak jangan bersikap kaya cewek murahan dan bikin kita nyesel punya keluarga kayak lo. Paham?”

Hancur. Itulah yang dirasakan Ashel malam ini. Dia pikir dengan dia mau mengorbankan nyawa untuk saudaranya, maka dia akan mendapat sedikit perhatian dari keluarganya. Tapi sayangnya hal itu hanyalah sebuah ekspektasi Ashel.

“Sekarang masuk kamar! Jangan berisik, Marsha butuh istirahat”

Aran meninggalkan Ashel yang masih berdiri dengan tatapan terluka. Setetes air mata jatuh dari mata Ashel. Pertahanannya runtuh. Hatinya terlalu sakit. Terlalu hancur.

Ashel berjalan menuju kamarnya. Dia berhenti sejenak ketika mendengar suara laki-laki yang selama ini dia cintai. Revaldo

“Marsha, istirahat ya. Aku gak suka liat kamu sakit lagi” ucap Aldo lembut sambil mengelus rambut Marsah.

“Do pulang ya. Nanti Kak Ashel tau. Aku gak mau nyakitin dia”

“Oke aku pulang. Tapi please, percaya sama aku. Aku cuma sayang sama kamu Sha. Pertunangan ini cuma sebuah kesalahan”

Ashel mendengarnya. Lagi, tidak bisakah dunianya lebih buruk lagi?? Dia terlalu lelah dengan semua. Ashel tersenyum miris kemudian masuk ke dapam kamarnya.

Ia berjalan menuju nakas di sebelah tempat tidurnya. Ashel membuka laci dan mengambil benda yang selalu ia gunakan untuk mengurangi rasa sakitnya. Darah mulai menetes mengotori lantai kamarnya. Satu tetes, dua tetes, ia menatap goresan baru pada pergelangan tangannya itu. Malam ini, Ashel hancur sendirian.

21 daysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang