6. The Games

6.5K 454 3
                                    

Setelah kemarin aku pergi keluar bersama Danniel, menghabiskan sisa waktu kami di taman. Aku cukup senang. Ini pertama kalinya dalam sebelas tahun aku merasakan kebahagiaan yang benar-benar murni.

Hari ini kelas libur. Aku hanya terdiam di dalam kamar.
Tak ada yang kulakukan. Hanya berbaring dan mengingat kejadian kemarin. Tak ayal, senyumkun kembali terukir setiap mengingatnya. Ini aneh.

TOK! TOK! TOK!

Aku mengernyitkan dahi bingung. Siapa yang bertamu di saat seperti ini?

Segera saja aku bangkit dari tempat tidurku menuju pintu yang mengarah langsung ke koridor asrama.

Ckleek!

"Danniel?"

"Hai" ia tersenyum. Sejenak aku terperangah akan kedatangannya.

"Silahkan masuk." ucapku, seraya membukakan pintu lebar-lebar dan menutupnya kembali saat Danniel telah duduk di atas permadani.

Aku mengambil dua minum di kulkas kecil yang memang sengaja disediakan sekolah.

"Ada apa?" aku duduk didepannya, menatapnya bingung.

Ia kembali tersenyum. Ya Tuhan! Apakah bibirnya tidak pegal?

"Aku bosan. Kita akan main."
Aku mengangkat alisku sebelah. Apa dia bilang? Hanya sesepele itu?

"Kau ingin mengajakku kembali menjadi bocah?"

"Permainan bukan hanya sekedar dimainkan oleh bocah. Lagipula, kita tidak akan bermain kejar-kejaran atau berkubang di lumpur seperti yang bocah lakukan. Ini, agak dewasa dari itu." jelasnya. Aku menatapnya sejenak. Apa yang dia mau?

"Baiklah. Permainan apa?" tanyaku, kemudian menenggak minuman yang telah aku bawa tadi.

Ia menatapku lama.
"Menceritakan semua kebenaran di diri kita masing-masing." ucanya serius.

Aku terperangah. Menatap Danniel lama.

"Apakah itu harus?"

"Ya."

"Berikan aku alasannya."

Ia terdiam. Tetapi tidak seperti orang yang sedang berpikir. Ia hanya menatapku, dan seperti ingin mencari tahu ada apa di dalam diriku ini sebenarnya.

"Karena sepertinya, aku ingin mengenali dirimu lebih dalam. Aku ingin mendapat peran di dalam harimu."

Hening sesaat. Sebenarnya, apa yang ia bicarakan?
Aku menarik napas dalam. Baiklah jika itu maunya.

"Baiklah. Sekarang mulai permainannya"

"Kau ada botol kosong?" tanyanya seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan.

Aku bangkit dan mencari benda yang diinginkan Danniel.
Setelah mendapatkannya, aku kembali ke tempatku semula.
Memberikan botol soda yang telah kosong kepada Danniel. Menunggu apa yang akan ia lakukan dengan botol itu.

"Permainannya cukup mudah. Aku memutar botol ini lalu menunggunya untuk berhenti berputar. Kemudian disaat ujung botol ini berhenti di salah satu antara kita, maka ia harus menceritakan pengalaman yang tidak pernah orang lain ketahui." jelasnya.

Cukup mudah. Namun, apakah aku sanggup?
Hhh... Aku tak ingin di cap sebagai pengecut. Baiklah jika itu maunya.

Permainan dimulai.
Ia memutar botol itu. Daan...
Sial! Menunjuk ke arahku.
***

Semoga ini nggak aneh ya.
Aku tahu judulnya psychopath tapi nggak ada adegan bunuh membunuh. Emang di part ini aku sengaja buat hubungan antara Danniel sama Eve dulu. Biar lebih gimanaa gituu. Kan judulnya LOVE OF psychopath. Jadi aku mau ngambil cerita tentang 'love'nya dulu baru 'psycho'. Aduuhh banyak banget ngomong nihh aku-_-
Semoga kalian nggak bosen. Dan, tinggalkan jejak ya.
See yaa!!

Sabtu, 18 april 2015

Love of PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang