7. the truth

6.4K 424 6
                                    

Evelyn terus bungkam. Masih tak percaya ujung botol itu menunjuk ke arahnya.

"Jadi.. Ceritakan tentang dirimu Eve." ucap Danniel, yang sontak membuat Evelyn sedikit terkejut.

Evelyn menghela nafas. Berusaha untuk tetap tenang. Ia menatap Danniel dalam.
"Aku Evelyn Sleradreys adalah seorang murid baru di sekolah West Hollow. Sekitar satu bulan sudah aku menetap di asrama sekolah ini. Ada seorang lelaki yang entah bagaimana dengan mudahnya dia masuk ke dalam hidupku. Dia memberiku arti kebahagiaan walau hanya sedikit. Walau hanya sebentar. Namun cukup membuatku paham dan dapat menikmatinya. Dia bernama Danniel..."

Evelyn terus menatap lekat Danniel. Memberi jeda pada kalimat panjangya.

"... Di hidupku tak ada satupun orang yang dapat membuat hariku yang kelabu menjadi sedikit berwarna. Saat dia datang, dan dengan gampangnya dia merubah segalanya. Orang tua ku telah meninggal, begitu pun keluarga besarku. Aku sebatang kara, sampai akhirnya Tom beserta istrinya mengangkatku menjadi anak mereka. Namun sayang, hidup istrinya sangat singkat..." Evelyn tersenyum sinis.

"... Sampai akhirnya aku di sini, dan bertemu dengan lelaki itu. Lelaki bernama Danniel"

"Apakah hanya itu?" selidik Danniel. Ia menatap lekat Evelyn. Evelyn diam. Pandangannya menjadi dingin.

"Apa mau kau sebenarnya?"

"Jujurlah. Bahwa kau seorang pembunuh. Kau membunuh ibu tirimu. Dan kau akan membunuh seluruh polisi yang terlibat dengan kasusmu dan ibu tirimu" kata Danniel datar.

Evelyn terkejut. Darimana Danniel tahu?

Seolah tahu apa yang difikiran Evelyn, Danniel tersenyum sinis.

"Karena salah satu polisi yang akan kau bunuh itu adalah ayahku"

Kalimat itu sukses membuat Evelyn membeku.

Hanya hening dan ketegangan yang berlangsung selama beberapa menit. Namun tatapan Evelyn dan Danniel tidak pernah teralihkan.

"Lalu apa? Kau ingin aku berhenti untuk membalas dendamku pada mereka? Hanya karena kau merupakan anak dari salah satu diantara mereka?" Evelyn tertawa sinis. Namun detik berikutnya dia menangis. Walaupun tak sampai terguncang, tetap saja air matanya mengalir tiada henti.

"Apakah tidak cukup?! Mengapa seluruh kepedihan ini hanya datang di kehidupanku saja?! Kenapa hanya aku yang merasakannya?! Apakah tidak cukup aku menjadi sebatang kara ditinggal oleh keluarganya yang mati? Apakah tidak cukup aku diangkat dengan iming-iming 'anak' dan dijadikan sebagai babu cilik? Apakah tidak cukup aku mendekam di rumah sakit jiwa selama sepuluh tahun? Apakah itu semua tidak cukup?!!"

Danniel memeluk Evelyn erat. Merasakan guncangan kecil dari bahu Evelyn. Ia memejamkan matanya. Sebegitu sulitnyakah hidup Evelyn?

Evelyn masih terisak dalam
rengkuhan Danniel. Hari ini, setelah sekian lama, dia dapat mengekspresikan seluruh beban yang ia tanggung.
"Maaf. Aku tidak bisa berhenti, mereka harus tahu apa yang aku rasakan" Desis Evelyn pelan.
***

Maaf banget setelah sekian lama aku baru muncul. Maklum aku stuck Banget dan juga banyak tugas.
Oke aku nggak mau banyak omong. Makasih banget yang udah baca cerita ini dan nggak sungkan buat ngasih votes nya. Semoga masih ada yang mau baca cerita aneh ini *maksa. Oke gutnite!
Np: di multimedia ada foto Evelyn.

Selasa, 19 mei 2015

Love of PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang