Prolog

21 4 0
                                    


[Feby putri]
[Alih]
0:00───────◉──0:00

↺͏͏ ◁◁͏͏ ll ▷▷ ⋮≡

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Yerin Lara Senja. Gadis yang kerap kali menjadi sasaran pembullyan karena perawakannya cenderung pendek dan penampilan yang terkesan culun. Kedua mata hitam pekat yang selalu menatap semesta maupun ilalang dengan sendu.

Awas, ada alien!

Ihhh, ada si kuman!

Ihh, ada monster!

Hahaha

Hahaha

Suara tawaan mereka membuat hatinya remuk redam. Ia tak kuasa menatap kedepan, rasa takutnya kini mendominasi.

Senja hanya bisa terdiam membisu, dan menundukkan kepalanya dalam-dalam dengan menahan air matanya.

Ia takingin terlihat lemah di depan mereka. Cacian ini sudah biasa ia dapatkan bagaikan makanan sehari-hari. Makanan racun yang tak bisa ia hindari.

"Akira, Ilona ke kantin yuk," ajak Kalila.

"Hayukkkk!" Jawabnya serempak.

Merekapun jalan beriringan dan bercanda ria tak sekalipun menghiraukan keberadaan Senja.

Senja menatap mereka dengan tersenyum miris.

"Aku juga ingin seperti mereka yang bisa bercanda ria, tetapi aku sadar diri, aku hanyalah sebatas debu untuk mereka yang berlian," lirih Senja.

Senyumnya memudar, kepercayaan dirinya terkikis bersamaan dengan jiwanya yang kini telah hilang. Penuh kelam itulah hidup Senja. Senja berharap suatu saat nanti ada kebahagiaan. Ia ingin merasakan tawa yang benar-benar lepas. Belum lagi ia harus dihadapi dengan rumah yang dipenuhi dengan pecutan luka.

Mentalnya dipecut habis-habisan, kemanakah ia harus melangkah? Rumahnya saja menolak keberadaanya. Mengapa ia hidup di dunia ini, jika tak ada seorangpun yang menginginkannya?

Hingga skenario takdir yang tak pernah terpikirkan, semesta mempertemukannya dengan Cakra. Cakralah yang mengubah hidup Senja. Cakra adalah jawaban atas doa-doanya. Akankah kali ini takdir akan berpihak kepada Senja?

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

"Cakra." Suara itu, suara yang selalu setia berada di pikiran Cakra.

"Apa ini? Kenapa suara itu semakin jelas terdengar? "Bella," lirihnya.

Mata yang sembab, rambut acak-acakan, beginikah rasanya ketika orang dicintai meninggalkan kita? Tidak, dia bukan dicampakkan, melainkan mereka sedang berhubungan beda alam.

"kenapa Bell?" tanya Cakra kepada angin, kemudian ia beranjak dari tempat yang seharian ini ia duduki. Cakra mengambil bingkai foto yang selalu terpajang di dinding kamarnya, bingkai yang berwarna putih emas yang berisi foto dua manusia sedang tertawa bahagia menggunakan baju sekolah dipenuhi coretan. Cakra memandang foto sembari mengusap wajah yang tengah ia rindukan, tanpa sadar air matanya keluar lagi untuk kesekian kalinya. Persetan, dengan orang yang menganggap bahwa dia lemah atau tidak pantas dianggap sebagai laki-laki. Sekali lagi, ia tidak peduli.

Ia hanya ingin gadisnya kembali, terlalu banyak rencana yang sudah mereka susun. Tidak mungkin hanya Cakra yang menjalankan semua rencana itu, bukan?

Brak ...

Cakra melempar bingkai foto itu sampai hancur, seperti hatinya saat ini. 'Apa hidupnya berhenti sampai disini?' kalimat ini selalu menemaninya semenjak gadisnya yang sudah menemaninya selama ini, kini sudah pergi dan tdak akan kembali. Tidak akan pernah.

"Cakra!" teriak gadis yang mengenakan seragam SMA yang masih terlihat cukup bersih, sedangkan berbanding terbalik dengan pemuda yang berada dihadapannya saat ini. Rambut berantakan, baju yang sudah penuh dengan coretan yang tidak layak disebut sebagai seni, kancing baju yang sudah terlepas semua dan menampakkan kaos putih didalamnya.

"Lihat baju kamu Cak, kayak udah gak layak pakai sekarang." Cakra yang mendengar ocehan gadis dihadapannya ini hanya terkekeh dan mengusap kepala gadis itu. "Hey Ibu Negara, dateng-dateng ngomel aja. Mau juga? sini biar aku aja yang kasih coretan ke kamu dan hanya aku yang boleh, yang lain gak boleh ya," ajak Cakra, Bella yang mendengar itu hanya menggeleng pelan. Ia heran bisa-bisanya ia menerima pemuda ini menjadi kekasihnya.

Cakra menulis tiga kata diujung baju olahraga yang tengah dikenakan Bella.

"Sudah selesai. Baguskan?" tanya Cakra.

Bella tersenyum malu saat membaca apa yang ditulis Cakra. "Sini, aku juga mau." Balas Bella dengan senyuman yang tidak luntur dari bibirnya.

Cakra kembali mendekat lalu menunjuk dada sebelah kirinya. "Sini, tulis disini dan jangan lupa kasih tertanda kekasih kesayangan Cakra." Mendengar usulan Cakra, Bella terkekeh sembari menggelengkan kepalanya.

"Apa aku akan selalu menjadi kesayangan kamu?" Tanya Bella mengejek. Dia sudah menulis kata seperti tulisan Cakra tadi.

"Tentu, tak akan pernah ada yang bisa menggantikan kekasih kesayangan aku. Hanya Bella Anastasya yang akan selalu menjadi kesayangan Daniyal Cakrawangsa." jawab Cakra sembari menunjuk nama yang baru saja ditulis oleh Bella.

Bella memandang coretan tinta di baju Cakra yang dia perbuat lalu mamandang ujung bajunya dengan kata yang sama.

I LOVE YOU

"Bella." Lirih Cakra sambil memandang bingkai foto yang sudah hancur.

Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang