-11

437 35 0
                                    

**CLUE; JANGAN TERTIPU DENGAN PERANNYA**
Sampe End Cluenya akan seperti ini, ingat *SAMPAI END*

Sambungan terputus, sebuah benda berbentuk bulat kini berada di pergelangan tangannya.

"Dava what are you doing!!" Suara berat khas Axel menggema di telinga Dava.

Seseorang yang tadi ingin meletakan sebuah granat pun mengurungkan niatnya.

'Sial!!' Batin orang itu.

Dava gemetar, ia lupa bahwa dirinya mempunyai seorang abang.

"Dava makan mie nihh, bang Xel mau?" Tawar Dava sambil senyum tertekan.

Tak lama empat pria dengan pakaian sederhana tapi outfit yang mereka pakai harganya tidak main-main.

Prokk...Prookkk

Suara tepukan yang berasal dari telapak tangan Arsen, membuat Dava merinding. Lalu Arsen mendekati Dava, ia membungkuk. Menyamakan tingginya dengan Dava yang masih berdiam di kursi, lalu memegang dagu Dava dengan kencang.

"Sehari sudah membuat dua kesalahan," Ucap Arsen dengan lembut.

Haifan yang sudah merasakan hawa panas pun memilih keluar, lalu pergi ke Gazebo dan mencerna apa yang ia lihat tadi.

'Gue tahu rencana lo, dan itu terlalu bejat. Bakal gw hancurin semuanya, sepertinya dia boneka nya tuan leon. Hahaha, just a doll," Batin Haifan.

"Tapi bukan sembarang boneka, mainnya halus sampai bisa masuk mansion Ares. Dan membuat banyak orang tidak curiga," Lanjutnya tapi bukan di batinnya.

Sementara di dalam mansion, kini Dava di bawa ke dalam kamar Axel. Lalu Axel, Alga dan Arsen mulai melaksanakan rencana mereka.

Alga dan Arsen merantai Dava, merobek baju Dava, sehingga membuat bocah badung itu bertelanjang Dada.

Sementara Axel, sedang memilih pecut. Totalnya ada 13 pecut yang berbeda-beda, perbuatan Axel terus Dava pantau.

"Banyak, gimana kalau masing-masing pecut 10 kali? Lo setuju Al? Sen?" Tanyanya dengan smirk.

Seketika tubuh Dava merinding.

"Yang menurut lo bagus aja buat tubuh mulus itu," Jawab Alga sambil memerkan senyuman kematiannya.

Dava hanya diam, ia tau kalau ia memohon. Ketiga iblis itu akan menjadi-jadi, ahh... ia seperti bukan seorang anak disini, melainkan tawanan.

Axel mengambil pecut yang terlihat berduri, sial. Dava benar-benar takut saat ini, ia benci dirinya yang lemah.

Axel dan kedua saudaranya itu memulai aksinya.

Sementara di sisi lain, kini haifan sedang membongkar-bongkar kamar seseorang.

Ya, ia menemukan apa yang ia cari. Sebuah buku, yang berisi rencana-rencana pembantaian.

"Mohon maaf, tuan sedang apa disini?" Tanya Nara yang tiba-tiba di depan pintu kamar.

Haifan berbalik, lalu menyembunyika buku ber cover hitam itu. Ia berjalan mendekati Nara, lalu menatapa Nara dari atas sampai bawah.

"Berhati-hatilah Denara, lawan mu cukup kuat." Bisik Haifan, dengan smirk andalannya.

Nara tersenyum.

Jika kaliam fikir Haifan adalah anak yang manja, kalian salah. Ia seperti Dava yang jago ber drama, Haifan itu cerdas. Ia bisa menyelesaikan masalahnya dengan tenang.

Haifan menepuk bahu Nara.

"Aku kagum padamu Denara, cara mu halusss... tapi, apa yakin dia tidak mengetahuinya?" tanya Haifan sangat pelan dan lembut.

"Mereka itu bodohhh, mereka merasa pintar. Nyatanya, kini aku bergerak lebih dulu." Ucap Nara.

"Lalu bagaimana kau tau bahwa aku—"

Ucapannya terpotong saat tiba-tiba saja Axel datang dari balik mereka, sambil menggendong Dava yang sepertinya terluka cukup parah.

Haifan dan Nara mulai memasang raut wajah biasa.

"Sedang apa kalian di depan kamar Dava? Minggir," Tanya Axel, lalu melewati mereka.

Dan disusul oleh Alga beserta Arsen.

Mereka semua menidurkan Dava, lalu mengobatinya.

"Berakting lahhh Denaraa, buat mereka kalah. Aku benci pengkhianat," Bisiknya pada Nara.

"Bang Ipan pulang dulu ya!!" pamitnya dengan merubah nada dan raut wajahnya 180°.

Mereka hanya mengangguk, Haifan berjalan keluar mansion. Sementata Nara, ia lanjut bekerja.

Dava sepertinya tertidur cukup pulas, ketiga abangnya itu meninggalkannya sendirian.

••••

Spill dikit-dikit dulu aja

DavanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang