☼𝟷.𝟷

586 50 0
                                    

Cerahnya langit tak selurus dengan masa kelam dara.

Alih-alih menikmati musim panas, ia dipaksa keadaan terjebak dalam situasi yang tidak disukai insan manapun.

Hanya berdiri sambil menyimpan tangan dibelakang. Menunduk pasarah mendengar cengkrama orang-orang biadab diiringi suara kunyahan menjijikan.

Cemilan yang bersumber dari uang sakunya. Namun ia tidak mendapat kesempatan menyicip. Hanya berperan jadi manekin dan bergerak jika ada perintah.

Helaan napas jadi satu-satunya bentuk pelampiasan. Itupun harus dengan pelan, agar tidak mengusik mereka.

Menyedihkan.

"Menyedihkan."

Sontak ia mendongak. Menatap terkejut sosok pendatang yang begitu asing.

Siapa?

Tubuh jangkung yang dibalut pakaian kasual. Rambut panjang dikepang rapih. Jangan lupa senyum mengejek yang menjengkelkan.

"Orang-orang lemah memang suka bergerombol ya, menyedihkan."

"Ha-haitani bersaudara?!" para lelaki tampak begitu terkejut.

"Ah Rin, kau sudah datang ya," si jangkung menyapa pendatang lain.

"Aniki, kau terlalu terburu-buru."

"Maaf, aku tidak sabar mau menghabisi mereka."

"Ma-mau apa kalian kemari?!" teriak salah satu diantara kumpulan pecundang itu. Ketakutan terlukis jelas di wajahnya.

"Mau apa? tentu memberi kalian pelajaran." Sepertinya si jangkung yang jadi juru bicara. "Jadi, siapa yang bernama Akito? Akan kuberi kehormatan untuk merasakan pukulan pertama."

Hanya dengan membaca arah pandang seluruh orang disini. Haitani berkepang tahu siapa target pertamanya.

Tak membuang waktu lebih lama, ia mulai beraksi. Memberikan serangan yang tidak mampu dilawan balik. Tak tinggal diam, Haitani kedua pun mulai membereskan ikan-ikan kecil lain. Begitu mudah dan telak.

Akito dan antek-anteknya yang selama ini selalu berlagak sebagai anak nakal di sekolah, tak lebih hanya sekumpulan bayi ditangan Haitani bersaudara.

Para gadis yang menemani gerombolan Akito menjerit, tak kuasa melihat kebengisan Kedua bersaudara.

"Kenapa kalian masih disini, pergi!" pinta Haitani berkacamata. Begitu dingin dan mengintimidasi.

Tunggang langgang, para gadis SMA dengan dandanan menor itu melarikan diri. Tidak memperdulikan satu sama lain.

Sementara gerembolan Akito dihajar habis. Semuanya terkapar tak sadarkan diri diatas tanah. Lebam dan darah menghias wajah. Mengenaskan.

Si jangkung tersenyum puas menyaksikan maha karyanya. Dengan angkuh ia duduk diatas tubuh Akito. "Eh? kau... Kenapa masih disini?"

Sang dara tersadar dari keterpukauan atas aksi Haitani bersaudara. Matanya bersitatap dengan violet yang masih membara.

"Hey! Tidak peduli kau seorang perempuan, kalau kau gerombolan si cecunguk ini maka tidak akan ada ampun," ucap Haitani yang lebih pendek. Berbeda dengan satunya, emosinya terlihat lebih meluap. "Jadi selama masih ada kesempatan, pergilah!"

"Tapi... aku bukan bagian dari gerombolan Akito."

"Hm, lalu kenapa kau disini?" menopang dagu, Haitani jangkung menatap lurus dara.

"Aku... aku... Pesuruh mereka."

Spontan, Tawa menggelegar. Mungkin ini tragedi bagi si gadis. Tapi tuk pemilik surai yang terkepang erat, ini tak ubahnya seperti komedi. Ironi memang.

"Aku tahu, kalian menghajar mereka karena urusan tersendiri. Tapi aku ingin mengucapkan terimakasih."

Tawa si sulung berhenti.

"Setidaknya aku merasa puas melihat mereka dihajar. Kalau begitu, aku permisi dulu. Selamat tinggal."

Iris tak melepaskan punggung ringkih yang semakin mengecil. Ekspresi diwajahnya terlihat datar. Namun tidak dengan prahara hati yang terasa aneh. "Menyedihkan."

———

Ran Haitani tidak pernah menaruh ketertarikan pada hal diluar perkelahian. Namun, kali ini pengecualian.

Iris violet tak lepas dari segerombolan anak gadis yang tampak bersuka cita menikmati euforia liburan musim panas.

Lebih tepatnya, ia terfokus pada satu gadis yang tertinggal di belakang. Memiliki ekspresi paling berbeda lantaran harus membawa banyak paper bag.

Tanpa disadari, kaki jenjang sudah lebih dulu berjalan menghampiri mereka. "Halo," sapanya dengan senyum ramah yang mematikan.

"Kau lelaki yang menghajar Akito!"

"Akito? Ah maksudmu pecundang beebadan besar itu."

"A-ada perlu apa kau dengan kami?!"

"Maaf ya, aku mau pinjam teman kalian yang paling belakang. Boleh?"

Semua pandangan tertuju pada dara yang tampak terkejut. Tak berpikir panjang para gadis dengan make up menor itu mengiyakan. Lalu pergi meninggalkan dara yang di maksud begitu saja.

"Kau masih jadi pesuruh walau sedang liburan musim panas?" Ran mengikis jarak. Terus mendekat.

"Tidak ada hari libur untuk pesuruh."

"Ran Haitani, kau?"

"[Full Name], kenapa?"

"Mau jadi pesuruhku?"

—————




.

09 april 2022

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

09 april 2022

Summertime ༺❘➸ Ran HaitaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang