#1: Parade Pertemuan

78 11 2
                                    

Disudut perpustakaan kota Budaya, terdapat seorang gadis, Wilujeng Ayu Karina. Ia terduduk lemas. Hujan menderas. Lalu, gadis itu sedikit menunduk, melihat jam yang melingkar di tangannya, ternyata sudah pukul 5 sore. Ah, mau tak mau ia harus beranjak daripada terkunci didalam ruangan penuh buku itu.

Tangannya bergerak lincah untuk memasukan seluruh barang bawaan ke dalam tas totebag hitam berlogo buah ceri. Kemudian, ia berjalan dan berhenti di depan perpustakaan. Diliriknya kanan kiri, hanya ada beberapa orang saja yang memang terlihat akan beranjak. Setelahnya, terdengar suara pintu tertutup ditengah kencangnya suara hujan yang turun. Karina pun menengok, ternyata penjaga perpustakaan kota yang menutup pintu. Lalu, penjaga itu beranjak pergi. Orang-orang yang awalnya menunggu di depan teras perpustakaan juga perlahan pergi. Langit semakin menggelap dan tersisa dirinya disini. Sendiri.

Sayangnya, ponsel Karina mati karena daya nya sudah habis sejak ia beranjak keluar perpustakaan itu. Gadis itu tidak mungkin menerobos hujan karena ia membawa sebuah laptop. Lalu dengan tiba tiba cahaya lampu mati, bukan hanya perpustakaan itu, namun juga gedung gedung disekitarnya. "Ah, kesialan yang benar benar tidak tepat waktu!" Jeritnya dalam hati.

Karina meringis ketakutan, ia rapalkan berulang kali doa agar tuhan mendatangkan seseorang untuk menolongku. "Ya tuhaaaan, ya tuhaaan, tolong datangkanlah seseorang untuk membantuku...ya tuhan, aku benar benar takut berada disini, aaaaaaaa ya tuhaaaan!" Ucapnya lirih penuh getaran karena menahan tangis.

Karina pun memejamkan mata menahan diri agar tidak menangis. Sedikit demi sedikit hujan akhirnya mulai mereda. Lalu, gadis itu memutuskan untuk beranjak dan memilih pindah ke toko depan perpustakaan itu. Tepat diseberang jalan. Dengan harap ia dapat membeli sebuah senter dan payung karena kostnya hanya berjarak satu kilometer dari sini.

Sebelum Karina melangkah untuk membelah jalanan. Sebuah cahaya datang dari sisi Utara. Seperti cahaya sebuah motor dan setelahnya, "Sssrrrt...sssssrrrt...braaaakkk..." Motor itu terjatuh cukup kencang.

Karina tersentak, ia pun lari mendekatinya. Sampai disana gadis itu menyadari bahwa hal yang membuatnya jatuh adalah krikil krikil kecil yang begitu banyak yang entah darimana datangnya. Lalu, ia mendengar pengemudi motor itu merintih, "Ssshh...aaahh...".

Karina masih diam dengan jarak yang cukup dekat. Lalu, Karina melihat pemuda itu mencoba mengambil sesuatu dari saku jaketnya. Ternyata sebuah ponsel, setelahnya ponsel itu diarahkan kepada Karina, "Saya kira setan. Kamu mau bantu saya atau cuma mau ngeliatin?"

Karina pun kembali tersentak karena ucapan pemuda tersebut. Lalu ia mengulurkan tangannya kepada sang pemuda, "Maaf, saya pikir kamu masih shock. Mau saya bantu berdiri?"

Pemuda itu menerima uluran tangan Karina dan berucap, "Terima kasih." Gadis itu pun menjawabnya dengan anggukan. Lalu tangan Karina bergerak untuk mendirikan motor sang pemuda. "Eh, eh, tidak perlu. Saya bisa mendirikannya sendiri," Ucap pemuda itu.

Karina meliriknya sebentar, "Gimana kamu bisa mendirikannya sendiri kalau tadi saja kamu, saya bantu berdiri?" Sang pemuda pun meringis dan sedikit tersenyum, "Ah sekali lagi terima kasih."

Kemudian, hujan gerimis pun berhenti bersamaan dengan listrik yang sudah menyala. Gadis itu pun menuntun motor dan pemuda itu ke toko yang menjadi tujuannya. Setelah sang pemuda duduk, Karina memilih memasuki toko, untuk membeli air, kapas, dan kasa untuk membersihkan luka pemuda itu.

Setelah membayar, Karina terduduk disamping pemuda tersebut seraya berkata, "Saya izin untuk membersihkan lukamu, boleh?"

Kemudian sang pemuda itu terlihat menjawab dengan anggukan. Lalu, Karina pun membersihkan lukanya dengan perlahan-lahan. Sesekali ia terdengar merintih, gadis itu pun sedikit tersenyum karenanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah Tanpa CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang