3. Centrum

22 4 0
                                    

(n) satu-satunya kota besar pusat peradaban manusia di Planet Glietzen 927b. Populasi sekitar 10 juta jiwa berbagai usia dan profesi. Terletak di sekitar ekuator sehingga beriklim tropis. Memiliki fasilitas yang lengkap untuk memenuhi nyaris semua kebutuhan penting warganya. Diatur dan dikelola oleh sebuah sistem pemerintahan yang dikepalai oleh seorang Presiden yang berkoordinasi dengan parlemen.

*

"Oke, kandza (anak-anak). Tczusha soca (sampai jumpa pekan depan). Myietba socen (semoga akhir pekan kalian menyenangkan)." Irue melambaikan tangan dan tersenyum manis pada bocah-bocah kelas 3 sekolah dasar yang seketika gaduh begitu mendengar bel pulang berbunyi. Tidak terlalu banyak anak-anak di Centrum, sehingga sekolah itu sudah cukup untuk melayani kebutuhan pendidikan anak-anak Centrum.

Irue membereskan mejanya, menutup jendela, merapikan kelas, dan mematikan semua alat elektronik di dalam kelasnya sebelum keluar menuju ruang guru. Rekan-rekan guru Irue sebagian besar masih ada di ruang guru, melanjutkan pekerjaan setelah jam pelajaran usai. Seorang guru wanita yang mejanya bersebelahan dengan Irue mendongak dari layar monitornya ketika Irue mengempaskan tubuh di kursinya.

"Capek?" sapa wanita yang lebih muda dari Irue itu.

"Lumayan. Anak-anak itu sangat aktif. Aku jadi merasa jompo." Irue memang sudah berusia lebih dari 50 tahun. Karena senang dengan anak-anak, dia tidak keberatan untuk terus mengajar di kelas awal.

"Zsani sudah berangkat lagi?"

"Mm-hm. Soci (pekan lalu)."

"Eh, aku dengar selentingan kabar, kalau Spatzen menerima kontak?" bisik wanita berambut cokelat terang itu sambil mendekatkan kepala pada Irue.

"Jyna, telingamu itu memang super. Kurasa kalau kamu ikut misi bersama anakku, kamu nggak perlu pakai alat komunikasi satelit. Cukup telingamu saja sudah bisa menerima kontak dari galaksi mana pun," canda Irue. Jyna mendecak pura-pura kesal. Sebenarnya dia cukup bangga pada koneksinya di berbagai bidang di Centrum. Hal itu membuatnya update pada setiap perkembangan yang terjadi.

"Aku tidak bisa menyangkal atau mengonfirmasi, Jyna. Kamu tahu sendiri, kan, suamiku jarang sekali membicarakan hal-hal tentang pekerjaan di rumah," tambah Irue. Jyna yang memang cukup mengenal Irue dan keluarganya hanya bisa mengangkat bahu. Keduanya pun tenggelam dalam pekerjaannya masing-masing selama beberapa waktu.

"Aku duluan, Jyna. Sudah sore." Irue bangkit dan membereskan barang-barangnya ke dalam tas.

"Oke. Tczusha," jawab Jyna sambil melambaikan tangannya.

Irue berjalan menyusuri koridor sekolah. Dia bertemu dengan beberapa murid yang lebih besar sedang berolahraga atau mengobrol di halaman. Kompleks sekolah itu memang lengkap dan nyaman. Mulai dari penitipan anak pra sekolah, sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Fasilitasnya pun serba ada. Mulai dari ruang fitnes, kolam renang, lapangan, lintasan lari, arena papan luncur, ruang olahraga indoor, perpustakaan digital, laboratorium, observatorium, bengkel, klinik, ruang kesenian, kebun, greenhouse, kolam ikan, kandang hewan, semua boleh digunakan oleh siswa. Karenanya, wajar kalau di luar jam pelajaran pun masih terlihat ada siswa yang berkeliaran di lingkungan sekolah.

Sampai di luar gerbang sekolah, Irue mengambil peluit yang tergantung di pinggangnya. Tidak ada suara yang terdengar ketika Irue meniupnya, tetapi selang beberapa detik seekor Pyrio mendarat dengan anggun di dekat Irue. Kepak sayap besarnya menerbangkan debu yang ada di sekitar. Irue mendekat dan menepuk ringan punggung Pyrio berwarna cokelat terang itu sebelum naik ke atas punggungnya. Binatang itu mendengus pendek dan tinggal landas setelah Irue menekankan tumit ke pinggang sang Pyrio.

50 Thousand Light Years from HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang