Awal yang mencurigakan

62 1 0
                                    

Selang beberapa hari, akhirnya Rizal diminta untuk terbang langsung ke daerah rantau. Dia merasa gugup sekaligus lega. Bayangan di benaknya langsung menampilkan bayang-bayang menyenangkan dengan seketika. Tampak sekali kelegaan di hatinya, tatkala membayangkan sebuah kehidupan yang lebih baik di daerah rantau. Terlebih lagi, posisi yang akan ditempatinya cukup membanggakan.

Ya. Dia akan ditempatkan sebagai seorang supervisor di sebuah tempat kopra. Apalagi, Suparno telah memberitahunya bahwa gaji di sana terhitung cukup besar, yaitu 12 juta rupiah.

Istrinya, dengan seketika memiliki sifat yang berubah. Beberapa hari sebelum keberangkatannya pun, dia berperilaku selayaknya seorang istri yang baik.

Pada saat itu, Rizal merasa bahwa istrinya hanya mencintainya karena uang. Akan tetapi, begitu dia teringat perkataan sang istri kalau dia tidak cukup memberi nafkah batin, perasaan Rizal langsung tertahan. Apalagi, dengan segala kerendahan diri yang telah diterimanya selama ini.

***

Singkat cerita, Rizal sampai di tempat kerjanya yang baru. Sebuah tempat pembuatan kopra, yang entah kenapa langsung membuatnya bertanya-tanya. Bagaimana mungkin, tempat itu bisa terlihat sangat sepi. Seperti tempat terbengkalai yang tidak pernah digunakan sebelumnya.

Lokasi tempat itu benar-benar ada di tengah pepohonan kelapa yang berjajar rapi. Pohon-pohon itu terlihat layaknya tiang-tiang yang saling sejajar, sehingga membentuk banyak lorong-lorong panjang tak berujung.

Pada awalnya, saat Rizal diantar oleh supir kantor bernama Pak Dirly, dia merasa sangat bahagia. Tekanan yang dialaminya selama bertahun-tahun, seketika terasa sirna.

"Turun disini aja mas", ujar Dirly. "Soalnya jalan di depan rusak".

Rizal yang tidak tahu menahu mengenai mengenai tempat itu, hanya menurut saja. "Terima kasih", ujarnya sambil keluar dari mobil.

Dirly tidak menjawab sepatah katapun. Dia hanya terdiam di depan kemudi mobil. Tetapi, sesekali Dirly memperhatikan Rizal dengan wajah ketus.

"Sudah belum?!" teriak Dirly saat mendapati Rizal sedang termenung memandangi pepohonan. "Lama amat!" gumamnya pelan dengan ketus.

Rizal merasa cukup risih dengan cara Dirly memperlakukannya. Baginya, sikap Dirly seolah memperlihatkan sesuatu yang ganjil. Bagaimana mungkin, seorang supir dapat mengeluarkan nada seperti itu kepada seseorang yang memiliki jabatan penting? tanyanya dalam hati.

Akan tetapi, Rizal berusaha mengacuhkan hal tersebut. Dia lekas mengambil barang-barangnya yang lumayan banyak itu sendirian.

"Ngapain bawa barang banyak-banyak? Nanti juga gak kepake", ketus Dirly lagi.

Kala itu, Rizal cukup kaget sehingga akhirnya menanyakan keanehan yang tersirat dari sikap Dirly tersebut. "Loh, maksudnya gimana bang?"

Mereka berdua terdiam sesaat. Dirly hanya memandanginya dengan raut penuh jijik.

Setelah itu, tanpa menjawab sama sekali pertanyaan dari Rizal, dia langsung menutup jendela mobil dan segera meninggalkan Rizal seorang diri.

"Bang?!" teriak Rizal. Tetapi apa daya, Dirly seperti memang berniat untuk mengacuhkannya. "Kenapa sih dia?!" ketus Rizal karena tidak sabar.

Sambil menghela napas panjang, dia akhirnya berjalan kerepotan menuju pabrik kopra itu. Tempat yang kelihatannya sangat sunyi dan berada tepat di tengah-tengah pepohonan. Jauh sekali dari pemukiman dan keramaian penduduk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bully Di PerantauanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang