4

716 82 0
                                    

"Sudahlah, sebentar lagi jam pulang sebelum itu kita harus mengambil buku terlebih dahulu di koperasi sekolah" Haekal memecah ketegangan yang tercipta diantara mereka.

"Kita makan dulu" Jeano teringat dengan beberapa makanan yang telah ia beli di kantin belum tersentuh sama sekali, jadi ia memutuskan untuk memakannya terlebih dahulu.

Kini mereka berempat, ah tidak mereka bertiga tengah antri untuk mengambil buku hanya Jeano, Haekal dan Rendi saja Naka bocah itu hanya duduk santai di bangku besi panjang memainkan ponselnya dan menjaga empat tas milik mereka. Bertanya tentang hantu perempuan itu?, Dia masih ada kini tenag berdiri di depan Naka dan berusaha menarik perhatian Naka. Sudah berulangkali hantu itu mematikan ponsel Naka dan dengan santai nya pula Naka kembali menyalakan nya. Hantu itu tidak menyerah dia malah menarik empat tas milik mereka hingga membuatnya jatuh kelantai secara bersamaan.

"Apa maumu!?" Naka mendengus kesal. Mematikan ponselnya, menatap kedepan dan bertanya pada hantu itu lewat bantin.

"Bantu aku" hantu itu berucap dengan suara serak yang menurut Naka sangat buruk jika harus mendengarnya langsung.

"Siapa kau aku harus membantumu?" Naka sudah terlalu jengah dengan hantu perempuan itu, tak ditanggapi pun malah semakin mengganggunya.

"Ikut aku" entah apa yang dilakukan hantu itu seketika pandangan Naka menjadi kosong bahkan Naka menjatuhkan ponselnya yang ia genggam. Berdiri mengikuti hantu perempuan itu yang mulai melayang meninggalkan area koprasi sekolah.

Jeano, Haekal dan Rendi kembali setelah lama mengantri membawa buku dimasing-masing tangan mereka, dengan Jeano yang membawa dua kali lipat tumpukan buku miliknya dan Naka. Berjalan berdampingan sembari mengecek buku-buku nya kembali takut bila ada yang kurang, menghampiri tempat Naka berada yang mereka tinggalkan bersama tas-tas milik mereka.

"Dimana Naka?" Jeano bertanya saat tak mendapati keberadaan sang kembaran di bangku terakhir kali mereka tinggalkan, meninggalkan tas-tas yang sudah jatuh tergeletak di atas lantai. Mata Jeano menangkap benda persegi panjang yang tergelatak begitu saja di lantai bersama dengan tas-tas mereka, itu ponsel milik Naka.

"Mungkin ke toilet" Rendi menanggapi sembari masih sibuk memasukan buku-buku itu kedalam tas miliknya.

"Kita susul saja sekalian untuk pulang" Haekal mengusulkan. Jeano dan Rendi hanya mengangguk menyetujui.

Mereka pergi mencari Naka ke toilet terdekat, tetapi tak menemukan keberadaan Naka. Mereka sudah berteriak di setiap bilik namun tak ada sahutan dari Naka, semua bilik toilet kosong. Mereka memutuskan untuk pergi mencari Naka di setiap toilet pria yang ada, namun Naka tak kunjung ketemu juga.

"Kita sudah mencarinya di setiap toilet yang ada, tapi Naka belum juga ketemu. Dia benar pergi ke toilet atau tempat lain?" Rendi mengutarakan kebingungan yang sejak tadi ia melandanya.

"Tidak tau" Jeano menjawab singkat.

"Tunggu!, Hantu perempuan itu!?" Haekal tersentak kaget saat ingatannya melayang pada kejadian siang tadi, tentang Naka yang kerasukan dan hantu perempuan dari aula. Perkataan Haekal membuat Jeano dan Rendi juga ikut tersentak kaget, oh tidak mereka melupakan tentang hantu perempuan itu.

"Kita harus segera mencari Naka!" Setelah mengatakan itu Jeano lari sekuat yang ia bisa dan mulai membuka satu persatu ruangan yang ada di sekolah mereka. Haekal dan Rendi juga tak mau tinggal diam, mereka juga ikut membuka satu persatu ruangan yang mereka jumpai.

Waktu berjalan cepat. Matahari mulai kembali menyingsing kearah barat menandakan waktu tak lagi siang dan harus digantikan oleh sang malam. Jarum pendek jam menunjukan angka 5, terlalu malam untuk siswa baru pulang dari sekolah. Namun hal itu tak menyurutkan mereka untuk terus mencari keberadaan Naka. Lelah memang, namun keberadaan Naka lebih penting.

Hingga mereka sampai pada kelas kosong ujung lorong lantai tiga, mereka menemukan Naka tengah terduduk di atas lemari tua yang tak terpakai dengan senyum sangat lebar sampai-sampai mereka pikir bibir itu akan robek karena terlalu lebar untuk ukuran tersenyum.

"NAKA!" jeano berteriak keras saat netra nya menangkap keberadaan Naka yang menurutnya tak lazim itu.





Bersambung....

LAIN SISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang