Pangeran Tanpa Mahkota

16.1K 2.4K 60
                                    

ALMADEO
----------

PANGERAN TANPA MAHKOTA

----------

Saat ini,

William, Luke, dan Raja Victor mendengarkan ceramah langka dari Raja Felix untuk bungsunya.

Sedangkan Almadeo menatap ke arah lain seolah tak peduli.

"Kenapa bisa luka hah?" Felix sudah menanyakan pertanyaan itu berulang kali dan di tanggapi ...

"Ra.ha.si.a" Almadeo memenggal setiap kata yang di ucapkan.

Kesabaran Felix semakin menipis.

Muncul urat yang ada di kepala maupun tangannya.

"Rahasia Hm?" Felix mencengkram rahang Almadeo.

"Sialan ni"

"Ayuwah jweluek" Bibir Almadeo mengerucut lucu.

Banyak perempatan imajiner muncul di kepala Felix. Ternyata mengasuh bocah menguras kesabaran.

William yang merasa bersalah langsung membungkuk hormat.

"Maaf, saya yang menyebabkan luka itu" Felix melepaskan cengkramannya dan beralih menatap dingin William.

"Kau?" Felix mengeraskan rahangnya. Dan William mengangguk kaku.

Felix ingin mencekik William sekarang.

"Wah~ ternyata ayah sangat sayang padaku" Almadeo menyangga dagunya dan tersenyum lembut ke arah ayahnya. Seperti akan tau jika Ayahnya akan membelanya.

Felix tiba-tiba luluh --malu-- dan lupa mau melakukan apa.

"Percaya diri sekali kamu" Felix bersedekap dada.

"Buktinya mau mencekik William" William sontak memegang lehernya yang tiba-tiba nyeri.

"Siapa bilang?" Felix mencoba setenang mungkin. Almadeo menunjuk dirinya dengan telunjuk.

Ia menghampiri Felix dengan berjalan di atas kursi ke kursi lain. Kejadian itu tak luput dari delapan pasang mata.

Saat sampai,

"My bad Father" Almadeo mengecup pipi kiri Felix dan memeluknya.

Dia melakukannya dengan sadar? tidak. Tidak tahu maksudnya.

Semua yang ada di ruangan diam mematung.

Almadeo sadar apa yang dia lakukan, ayahnya sangat menyayanginya. Ini mungkin jadi hadiah kecil untuknya.

Karena mungkin, Almadeo akan kembali ke tempat yang seharusnya yaitu alam baka.

Jadi ya, Almadeo ingin membuat hadiah kecil untuk ayah jeleknya.

"Ke-kenapa tiba-tiba begini?" Felix sangat penasaran dengan anaknya hari ini. Tapi tak ayal, dia membalas pelukan Almadeo.

"Karena ... Ayah jelek"

Tolong! Sekali saja jangan buat terbang setinggi-tingginya lalu di jatuhkan serendah-rendahnya.

"Tidak, bercanda"

*****

Almadeo berjalan menuju ke arah Laboraterium karena ia sudah ingat janjinya pada Algus.

Ia pergi dalam gendongan Jane.

Saat melewati kamar tamu, Almadeo dan Jane mendengar sesuatu yang menyakitkan.

Almadeo [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang