Lima Puluh Tiga (Selesai)

17.2K 2.4K 800
                                    

Lima tahun berlalu dan udah berapa kali lembar-lembar kalender berganti?

Sayangnya aku udah lupa.

Namun intinya, udah tiga puluh tiga tahun usiaku dan wajahku masih licin aja karena perawatan dari ahli.

Pelan aku menjewer dress kuningku, memakainya di depan kaca, dan ... sempurna. Gaun ini bisa menutupi perutku yang mulai bergelambir dimakan kemalasan dan usia.

Tapi sejak kapan coba aku suka kuning? Ya nggak tahu lagi.

Ada yang bilang, katanya aku kayak orang hamil yang ngidam.

Terus, aku juga nggak lagi suka sambal bawang.

Aku nggak suka lagi nyatok rambut.

Aku nggak suka lagi koleksi dress miskin kain.

Aku nggak suka lagi makan mie instan.

Aku nggak lagi hobi olahraga.

Aku ... sedikit berubah ya, ternyata.

Tapi tentu dong, aku masih Juli yang sama. Juleeha anak Bu Maryam yang cantik dan bohay se-Jawa Timur dan sekitarnya.

Aku masih Juli yang sama, hanya bedanya, nggak ada lagi nama Khalid Thahir yang bersanding dengan namaku.

Aku kembali duduk, memoles wajahku dengan riasan tipis. Cuma butuh tujuh menit dan aku selesai, lantas menyambar tas dan menunggu seseorang menjemputku.

"Mau ke mana?"

"Ada, deh."

"Ke manaaaaa?"

"Pokoknya nanti tahu. Ayo Lumi dipakai dulu itu sepatunya."

Beberapa hal itu, terkadang, emang udah seharusnya jadi hal yang nggak kita ketahui.

Juga, beberapa hal, kadang nggak berjalan baik seperti yang kita inginkan.

Misalnya, aku.

Apa yang dulu aku impikan? Baba taubat? Mengemis ampun lalu meninggalkan selingkuhannya? Aku dapat warisan? Aku jadi nyonya muda yang disunting pangeran?

Meeeh ... halusinasi semua.

Nyatanya, nggak ada adegan semacam itu. Broto tetap ngelonin selingkuhannya dan benar-benar enyah dariku setelah hari itu, nggak ada wirisin wirisun karena aku lebih pilih bikin dia terlunta-lunta di akhirat, lalu ... disunting pangeran dan hidup sejahtera naik tesla? Ngimpi!

Nyatanya, ini bukan dongeng.

Nyatanya, ini adalah hidup.

Dan beginilah hidupku, Juleeha, yang berbanding terbalik dengan peribahasa berakit dahulu bersenang kemudian bak dongeng Cinderella.

Nggak semua hal harus selesai, kan? Bahkan hingga ketika napas kita habis pun, kita nggak bisa mengetahui atau menyelesaikan segalanya. Beberapa hal terkadang memang ditakdirkan sebagai misteri dan menjadi sesuatu yang terbengkalai.

Aku belajar banyak, dari segala yang pernah kulalui, ada kalanya ... aku nggak selalu bisa menggapai apa yang kuingin. Ada kalanya, aku harus mengalah sama keadaan. Ada kalanya, aku harus merelakan kehidupanku untuk kehidupan yang lain.

Cintaku, hakku, keinginanku, terkadang bisa menyakiti orang lain, dan di sanalah aku harus memilih. Mengorbankan mereka atau mengorbankan diriku sendiri.

"Kamu pilih pergi terus jangan pernah lagi temuin Mama atau di sini sama Mama?"

Kalau laki-laki yang kucinta adalah alasanku berdiri, maka Mama adalah alasanku agar terus hidup.

Dad Bomb (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang