26 Agustus 2021
"Assalamu'alaikum Wr. Wb." Deana menyambut kedua temannya yang baru saja datang ke Posko (tempat tinggal mahasiswa selama KKN). Hari ini adalah hari pertama mereka akan melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) merupakan bagian dari penyelenggaraan pendidikan dalam bentuk kegiatan pengalaman ilmu, teknologi, dan seni oleh mahasiswa kepada masyarakat.
"Wa'alaikumussalam Warohmatulohi Wabarakatuh," jawab kedua temannya Nuri dan Dena.
Deana menyimpan tas dan barang-barangnya ke dalam rumah. Sembari menunggu temannya yang lain, ia ikut bergabung bersama Nuri dan Dena ke dalam sebuah obrolan. Sebetulnya Deana dan keduanya belum terlalu akrab, mereka baru berkenalan seminggu yang lalu ketika survey tempat KKN.
"Yang lain belum pada ke sini?" tanya Deana.
"Belum," jawab Nuri.
"Kamu satu kelompok sama siapa aja De?" tanya Dena kepada Deana.
"Aku, Mutiara, Fani, Wanda, Pasha, dan Arkan," jawab Deana.
"Kalau boleh tau, kenapa bisa kenal sama Pasha dan Arkan, beda prodi 'kan?" Dena lanjut bertanya dengan rasa penasaran, pasalnya mereka memang satu Fakultas, tetapi beda kelas.
"Aku kenal sama Pasha beberapa bulan yang lalu, dikenalin sama teman, dan ternyata kita satu alamat, hanya saja baru kenal. Dari dia juga kita bisa satu kelompok dan KKN di Desa Wisata ini," jelasnya.
Nuri dan Dena tampak mengangguk. Tidak lama teman-teman yang lain pun datang satu persatu yang mengantarkan Deana dan Arkan pada perjumpaan pertama.
Arkan terlihat menurunkan koper dari bagasi mobilnya. Deana menatapnya dengan tatapan tanpa arti, memperhatikan pemuda itu memindahkan barang-barangnya ke dalam rumah. Beberapa menit kemudian pemuda itu menghampirinya dan mengulurkan tangan mengajaknya berkenalan.
"Arkan," katanya.
Dengan ragu Deana membalas uluran tangannya dan menyebutkan namanya secara lengkap, "Deana Kalista Damayanti."
"Saya, Arkan Khairul Anam." Sekali lagi Arkan menyebutkan namanya dengan lengkap.
Deana tersenyum melihat Arkan yang mengulangi namanya. Tatapan keduanya bertemu, sorot mata Arkan begitu berarti menyimpan kekaguman kepada Deana yang baru saja dia temui saat ini.
Deana yang merasa aneh ditatap seperti itu oleh Arkan memalingkan wajahnya dan pamit untuk masuk ke dalam ruangan. "Aku duluan," katanya.
Deana masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang mulai gundah, detak jantung yang mulai berdegup di atas rata-rata, pertanda sebuah cinta yang mulai hadir di hidupnya.
***
"Deana!" Gadis itu dikagetkan oleh sebuah suara yang tidak asing di telinganya. Rachel --- sahabat satu perjuangan Deana selama kuliah. Mereka berdua memang beda prodi, tetapi keduanya sama-sama tinggal di sebuah indekos yang membuat mereka menjadi sangat dekat dan akrab seperti adik kakak.
"Ah, iya?" Deana berhasil sadar dari lamunannya.
"Mikirin apaan sih?" Ekspresi wajah Rachel terlihat jengah, dalam pikirannya sudah menebak jika Deana sedang memikirkan Arkan, cinta yang ia temukan ditempat KKN.
"Ah nggak mikirin apa-apa, ini lagi bikin topik tulisan untuk diposting hari ini." Diana mengelak dengan hobbynya yang dijadikan alasan.
"Alah bohong banget, biasanya kalo nulis... kamu itu nggak suka diganggu dan bakal fokus. Lha, barusan apaan ngelamun." Skakmat, Deana tidak dapat mengelak dari sahabatnya. Dua tahun tinggal bersama dalam satu atap membuat keduanya hafal kebiasaan masing-masing.
"Cerita sama aku, kenapa?" Rachel mulai memperhatikan Deana dengan serius berharap gadis itu menceritakan apa yang tengah dirasakannya.
"Aku cuma kangen saja sama dia, Hel... akhir-akhir ini dia jarang ngabarin, biasanya dalam seminggu 3x suka ada meskipun jarang ngabarin, tapi sekarang udah hampir mau sebulan gak ada kabar apa pun." Wajah Deana terlihat sangat sendu menatap layar laptopnya yang menampilkan sebuah foto kenang-kenangannya bersama Arkan ketika KKN.
"3x udah kek jadwal makan obat aja. Itu tuh namanya kamu dighosting, Sayang...." Rachel turut prihatin melihat sahabatnya yang galau sebab cinta.
Rachel mengenal sosok Deana yang cuek terhadap laki-laki, sekarang harus menyaksikan kegalauannya hanya karena satu laki-laki yang dia temui ketika KKN. Jika bisa memaksa Rachel ingin Deana menerima cowok lain yang sudah mengantre ingin memilikinya, namun sampai saat ini Deana tidak menerima satu pun laki-laki yang di antara mereka. Hatinya telah jatuh kepada sosok Arkan. Entah apa yang membuatnya begitu mengagumi sosok Arkan? Tidak, mereka tidak pacaran, hanya saja menjalin kedekatan dengan perasaan yang mungkin keduanya bisa dikatakan saling jatuh cinta. Namun tidak ada kepastiannya. Saat ini Deana masih setia dengan statusnya yang jomlo.
"Lagian kenapa dulu nggak diterima aja sih cintanya? Dia udah ungkapin perasaannya 'kan?" Rachel mengambil secangkir air dan menyodorkannya kepada Deana.
"Nggak yakin, Hel... aku pengen tau perjuangan dia dapetin aku tuh gimana, nggak semudah itu buat percaya sama orang." Deana mengambil cangkir yang disodorkan oleh Rachel dan meminumnya, tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada sahabatnya. "Terima kasih."
"Sama-sama... (Rachel menarik nafas) udah sekarang fokus saja sama kerjaan kamu, jangan mikirin cowok dulu, biasanya juga dingin perihal cowok ... kenapa sekarang jadi gini cuma gara-gara si Arkan?" Rachel menekankan suaranya agar kalimat terakhirnya tidak terdengar oleh Deana.
"Gak tau ah pusing, aku juga bingung kenapa harus jatuh cinta sama dia!" Deana menutup laptopnya dan menenggelamkan wajahnya di balik lipatan tangan yang bertumpu di atas meja belajar milik Rachel. Sedangkan Rachel melanjutkan aktivitasnya menelpon kekasihnya yang sering ia sebut sebagai calon imamnya.
***
Waktu telah menunjukkan pukul 15:30 WIB, Deana terbangun dari tidurnya, dilihatnya Rachel pun masih terlelap di sampingnya. Deana membangunkan Rachel dan mengajaknya untuk melaksanakan Salat Asar. "Hel, bangun... kita Salat dulu, yuk!" Deana sedikit mengguncang tubuh Rachel.
Rachel tampak sadar, ia pun terbangun dan berusaha mengumpulkan nyawa. Setelah Wudu, keduanya melaksanakan Salat Asar barengan.
Selepas Salat Asar, Deana meminta kepada Allah agar diberikan petunjuk tentang Arkan kepadanya, diberikan kelapangan untuk hatinya.
"De, nanti malam Yasinan ya, kan malam jum'at, minta sama Allah, berdoa sama Allah apa yang kamu harapkan, jika itu baik buat kamu, maka Allah tidak akan sulit untuk mengabulkan." Rachel menyelesaikan Salatnya dan merapikan kembali mukenanya, disusul oleh Deana. Keduanya kembali duduk dengan ponsel yang dipegang masing-masing.
Deana memikirkan perkataan Rachel barusan, dalam hati ia sangat berharap Allah memberinya petunjuk tentang Arkan. "Ya Allah... jika Arkan laki-laki yang baik buat aku, semoga Engkau permudah jalan kita untuk mencapai tujuan bersama. Dan jika bukan, berikan aku petunjuk tentangnya, kemana ia selama ini? Kenapa tidak ada kabar satu pun yang dia berikan? Setelah aku mengetahui apa yang terjadi dengannya, entah kabar baik atau malah sebaliknya, izinkan aku untuk berhenti berharap tentangnya. Ya Allah... aku tidak mau seperti ini, aku hanya ingin jatuh cinta kepada-Mu sejatuh-jatuhnya, sebab jatuh cinta kepada-Mu yang akan membuatku bahagia. Aamiin."
"Khusyuk banget do'anya," ucap Rachel yang tidak sengaja memperhatikan Deana menangkup wajahnya dengan kedua tangan.
Terlihat Deana yang sudah berkaca-kaca. "Memang betul, ya, Hel... berharap sama manusia itu hal yang paling menyakitkan dan yang paling pahit dalam hidup."
🌻🌻🌻
"Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia."
(Ali bin Abi Thalib)#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Me
SpiritualPerjalanan hidup telah membawa kita melalui terik, hujan, angin, bahkan badai. Seperti gelombang laut yang pasang tapi ada surutnya. Begitu juga dengan hidup. Perjalanan telah mengenalkanku banyak pengalaman hingga pertemuanku denganmu kala itu. Ka...