7

58 11 36
                                    

Erik dan Devira terduduk di kursi tunggu rumah sakit, kondisi Victoria memburuk sejak magrib tadi. Mereka menunggu dengan perasaan sangat resah, hati mereka tidak nyaman karena kondisi dari Victoria.

Devira terus menangis karena tidak biasanya Victoria bisa demam sampai seperti ini. Erik terus menenangkan wanita yang tengah menangis disampingnya.

"Sayang aku mohon jangan menangis, Victoria pasti baik-baik saja," pinta Erik sambil mengusap punggung Devira dengan lembut.

"Bagaimana mungkin aku berhenti nangis? Victoria saja belum ada kabar apa-apa."

"Kita sebaiknya berdoa, agar Victoria baik-baik saja."

"Aku selalu berdoa sayang, tapi aku merasa bahwa tuhan selalu mengabaikan doaku. Victoria semakin hari semakin sakit," ujar Devira masih menangis.

Tidak lama dokter keluar dari ruangan Victoria, ia menghampiri Erik dan Devira yang masih terduduk.

"Selamat malam, Pak... Bu..." Sapa dokter itu dengan senyum ramah. "Kondisi Victoria tidak mengkhawatirkan, dia hanya demam biasa. Demam ini memang disebabkan karena kelelahan tapi tidak ada pengaruh apa pun terhadap penyakitnya."

Saat itu rasa lega menyelimuti kedua pasangan ini, mereka langsung mengucapkan terimakasih dan masuk kedalam ruangan Victoria.

-

Valerie melihat semua pesan yang dia kirim ke teman dan keluarganya. Tidak ada yang dibalas satu pun. Valerie melihat ke kiri dan kanannya, ia ingin memastikan jika preman itu sudah tiada.

"Apa sudah aman?" Tanya Valerie kepada dirinya sendiri.

"Sepertinya iya, lebih baik gue pergi sebelum mereka nemuin gue."

Valerie keluar dari tempat itu, ia langsung berlari ke arah kanan. Ia terus berlari, tidak memperhatikan jalan sehingga ia semakin tersesat. Valerie tidak tau dimana dirinya sekarang! Ia mengumpati dirinya karena nerlari tanpa tahu arah.

"Hey cantik, dicariin ternyata disini," teriak seorang pria yang disusul tawa temannya.

Valerie berbalik dan melihat para preman itu ada disini. Bahkan jumlah mereka bertambah! Dengan tenaga yang tersisa, Valerie kembali berlari. Valerie hanya ingin mencari tempat ramai untuk meminta perlindungan. Sebenarnya kakinya sudah tidak kuat untuk berlari, nafasnya sudah sesak karena hawa dingin dan juga akibat berlari.

Sesehat apapun Valerie, dia merupakan orang yang tidak kuat dengan udara dingin. Ia pasti terbatuk dan dadanya selalu sesak jika terlalu lama dalam udara dingin. Biasanya Valerie akan membawa jaket jika akan pulang malam, tapi saat ini jaket Valerie hilang saat berlari. Sepertinya terjatuh atau mungkin bisa saja tertinggal dirumah temannya.

Tidak jauh dari sana, Valerie melihat adanya warung kopi yang ramai. Valerie tersenyum lega, dia berharap jika orang-orang disana menolongnya. Valerie terus berlari ke warung itu, warung sebenarnya jaraknya dekat terasa sangat lambat karena rasa capek, pegal dan juga nafasnya mulai terasa sesak.

"Tolong aku," kata Valerie dengan nafas terengah-engah. "Aku dikejar preman itu." Valerie menunjuk preman yang mengikutinya dari belakang.

Salah seorang dari mereka melihat siapa yang mengejar seorang gadis malam-malam seperti ini. Ia tersenyum saat melihat siapa orang-orang itu.

"Preman lembek kayanya mau cari mati," ujar orang yang melihat para preman itu. Orang itu tinggi, tampan dan juga wangi, ada tato bertulisan "Jerry Kings" di pinggir telapak tangannya dan ada lambang mahkota di leher belakangnya.

Pria dengan wajah dingin turun dari motornya dan melihat siapa preman yang dimaksud oleh sahabatnya. Ia tersenyum meremehkan ketika melihat para preman itu. "Berani banget mereka ke wilayah kita?" Pria itu mengikat rambutnya yang sedikit panjang lalu bersiap untuk menghampiri para preman itu.

TETANGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang