Sekilas masa lalu menyapa halaman ini
Pada hujan yang tak kunjung menemui pelangi
Semoga kelak indahmu yang paling dinanti para manusia bumi,
Tatapan tajam yang selalu menjadi poros kehidupan seseorang,
Dan secercak tawa yang menjadi candu sang pangeranHAPPY READING!
Laki-laki tampan itu memarkirkan motornya didepan bagasi sebuah rumah mewah berarsitektur modern. Ia mengabaikan mobil sedan hitam yang memang terparkir tak jauh darinya, karena jelas ia tahu siapa pemiliknya. Alen memilih berjalan untuk masuk ke dalam rumahnya.
Belum sampai di dalam rumah, telinganya samar-samar mendengar suara gelak tawa dari dalam. Dalam hati ia memaki seseorang. Raut wajahnya yang semula datar kini berubah menjadi dingin, tidak ada senyum sama sekali.
Bau alkohol menyeruak di indera penciumannya. Berasal dari pria dan wanita yang saat ini tengah tertawa di kursi ruang tamu. Mereka saling merangkul mesra.
Tak ingin berlama-lama melihat pemandangan itu, kaki jenjangnya kembali melangkah untuk naik ke atas, naik ke kamarnya yang berada di lantai tiga.
Namun saat Alen berpijak pada anak tangga pertama, suara keras Rendi, ayahnya terdengar.
"Darimana kamu?!" Tegur Rendi.
Alen tersenyum miring, ia menengokkan kepala untuk melihat Rendi dan wanita yang merupakan selingkuhannya, bernama Sinta.
"Emang penting kalau anda tahu?" Jawab Alen.
Rendi bangkit dari duduknya, berjalan sedikit sempoyongan ke arah Alen. Sorot matanya menyirat kemarahan, tanpa aba langsung menampar Alen tepat di pipi sebelah kanan.
Tamparan itu membuat Alen menoleh kesamping, ia bisa merasakan pipinya hampir kebas. Dirinya tertawa sinis "Hanya itu kemampuan anda? Ayo pukul saya lebih keras!" Tantangnya berani.
Rendi hampir melayangkan tamparannya, sebelum tangan seseorang menahannya. Sinta berdiri disebelahnya, menatap pria itu dengan tatapan seolah-olah 'jangan lakukan lagi' sambil menahan tangan kanannya.
"Udah mas, kasihan Alen." Ucapnya.
Alen berdecih lalu menatap pakaian wanita itu dari atas sampai bawah "Rumah gue jadi kotor gara-gara ada lo." Kata Alen menatap Sinta dengan pandangan jijik.
"Jaga bicara kamu, Alen!" Sentak Rendi.
"Dan gue nggak pernah butuh belas kasihan dari lo!" Lanjut Alen sambil menunjuk Sinta.
Ia sudah kehilangan moodnya, untuk itu ia berbalik dan kembali berjalan keluar rumah. Menaiki motor dan melajukannya keluar dari halaman. Berkendara dengan kecepatan tinggi di jalan, mengabaikan sinar matahari yang bersinar terik diatasnya.
Memang begitulah sikap seorang Alen Camaro. Kehidupan keluarganya mulai hancur perlahan-lahan sejak ayah dan mama nya tidak lagi saling mencintai. Keduanya memutuskan berpisah saat usia Alen kelas 6 SD.
Bahkan diketahui, mama nya adalah pemakai berat, hal itu membuat Rendi turun tangan untuk mengurus Alen di rumahnya sendiri.
Alen mengetahui Rendi berselingkuh saat masih menjalin hubungan suami istri. Hal itu membuat Alen membenci ayah nya sendiri, ia juga membenci mama nya. Membuat hidupnya yang semula cerah perlahan-lahan menggelap. Hal yang berbau keluarga, sebisa mungkin ia menghindar.
Namun kedatangan Zia di hidup Alen mampu menggoyahkan semuanya. Mereka bertemu saat kelas 1 SMP, posisi dimana Alen tengah kabur dari rumah saat malam hari hujan deras.
Anak itu berlari kencang menerobos derasnya hujan di malam hari. Bekas tamparan di pipinya masih terlihat jelas. Bahkan sedikit berdenyut dan perih.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEN
Teen FictionHALO GAIS, JANGAN LUPA FOLLOW! Tidak pernah berfikir akan hal ini, dimana ada saya dan kata yang berjuang segenap raga jiwa terhadap semesta yang tak pernah menganggap kami ada. Alen Camaro menganggapnya nyata. "Dia banyak terluka. Karena itu aku in...