02. Kami Bertemu II

26 2 0
                                    


02. Kami Bertemu II

"EHH WOI DION BERANTEM LAGI!! KALI INI SAMA HAIDAR!"

"HAIDAR? HAIDAR ADICHANDRA KAPTEN BASKET YANG BARU?"

"HO'OH YANG ITU"

"HAH DEMI APA?! GAK KAPOK KAPOKNYA NYARI MASALAH"

"Terus gimana? Haidar atau Dion yang menang?"

"Abis ditonjok Melvin sampe nyungkur ke kolong meja kali ini si Dion pecah bibir plus masuk UGD gegara Haidar"

"MAMPUSSSS! DAH TUH ORANG!"

Tanpa disangka desas desus Haidar yang berhasil membantai pentolan sekolah satu itu telah menyebar ke seluruh penjuru sekolah hingga terdengar ke telinga Melvin, Renjana, dan Abigail.

Akhir dari masalah itu tidak hanya membuat Dion masuk UGD namun membuat Haidar nyaris dikeluarkan dari sekolah. tetapi dewi fortuna mengirimkan Haidar bantuan lewat pak Jamal, guru olaraga yang rela turun tangan dan pasang badan demi Haidar pada akhirnya sekolah telah meringankan hukuman untuk Haidar dengan di skor selama satu minggu.

"DAR NGOPI GAK?" teriak Narendra Giovani.

"Boleh satu, lo yang bayarin" balas Haidar lalu duduk disebelah Naren yang memaki dirinya.

"Yah bagong! kapan berenti jadi beban temen sih?!" ujar Naren.

"Oh beban nih? yaudah, Bude-

"Eh enggak atuh Dar bercanda. sesama orang Bandung harus sering berbagi kan?" ujar Naren mencoba untuk merayu Haidar.

"Nah itu tau, sekaliam hitung hitung nambah amal ngurangi dosa Na" jawab Haidar.

"HAIDAR?! MASIH JAM SEKOLAH NGAPAIN DI SANA?!" teriakan yang membuat Haidar spontan memalingkan antensinya kepada pemilik sumber suara. seorang siswi SMA berseragam sekolah dengan rapi menatapnya dengan mata menyalang penuh amarah yang memuncak.

"Mampus gue Na" bisik Haidar pada Naren sambil meremat bahu cowok di sampingnya itu.

"Buat bagian ini gue gak ikutan ya Dar. lo tau sendiri Rinjani Edelweise kalo ngamuk kayak apa?" ujar Naren.

"Na please, nyawa gue udah diujung tanduk selangkah lagi dia maju kelar gue" keluh Haidar.

"Malaikat maut lo selalu siap buat nyabut nyawa lo kapan pun itu dan dimana pun Dar" ujar Naren alih alih membuat Haidar jauh lebih tenang justru membuat sekujur tubuhnya semakin menegang ketika langkah kaki si Rinjani atau yang akrab disapa Janise semakin mendekat.

Brak!

"HAIDAR! JANISE BILANG KE UMI YA KAMU BOLOS?!" mata melolot disertai dengan teriakan yang nyaring. hingga tiga pengunjung warkop di sudut itu kompak ikut menoleh.

"Ja-Janise please jangan ngadu ke umi atuh ya neng? tega kamu liat Haidar di marah?" ujar Haidar.

"TAPI KAMU PAKE SERAGAM SEKOLAH TAPI GAK SEKOLAH!! SIAPA SIH YANG AJAK KAMU NAKAL?!" Janise menoleh ke kiri dan ke kanan hingga matanya menangkap Naren yang sejak tadi setia bersama Haidar sejak kedatangannya.

"NAREN YA??!!" Janise menunjuk cowok itu membuat Naren kelabakan dan spontan mengegas.

"ENGGGAK DIH?! NUDUH NUDUH URANG!" sahut Naren.

"Heh! Haidar belegug! jelasin sana ke si Janise kenapa maneh bisa sampe sini. gue mau ke sana dulu males liat Janise kayak macan!" ujarnya kemudian berlalu pergi saat Janise melototinya.

Naren membiarkan Haidar menjelaskan apa yang terjadi pada cowok itu kepada Janise. sekarang Naren duduk sambil mengangkat kaki sebelah kemudian mencomot satu gorengan sesekali menyesap kopinya tanpa sadar ketiga orang disebelahnya memandang Naren dengan tatapan penuh makna. Naren yang sadar karena di perhatikan menoleh ke kanan dan ketiga cowok itu berhasil tertangkap oleh mata Naren.

"Naon?" ujar Naren sambil mengunyah gorengan yang kesekian.

"Anu... itu temen lo barusan berantem sama ceweknya-

"Bukan ceweknya, Janise serem kayak jurig gitu emang ada yang naksir?" ujar Naren.

"Ada? gue contohntya hehe" balas Abigail seperti biasa ia selalu bersikap sok akrab dengan orang yang baru ia temui.

"Berani deketin Janise berani juga minta izin ke Haidar" jawab Naren enteng.

Seketika ketiga sekawan itu saling menoleh dan merasa tidak asing dengan nama yang baru saja Naren sebutkan.

"Btw siapa nama temen lo tadi?" tanya Abigail.

"Haidar Adichandra kapten basket baru yang abis berantem sama Dion, sampe buat si bajing loncat itu masuk UGD. itu kan yang lo pada pengen tahu?" jelas Naren. lagi lagi ketiga kembali mengangga kaget tanpa berkutik.

"Nah si Melvin juga abis berantem juga sama si sampah itu lusa kemaren sebelum nyari masalah sama si Haidar" Renjana mendorong Melvin agar lebih mendekat lagi ke Naren.

"Udah tau, kenapa bisa sampe nyungkur ke kolong meja? gak lo buat dia masuk tanah sekalian? jadi umbi umbian gitu" balas Naren membuat Abigail, Melvin, dan Renjana tertawa dan mereka berpikiri jika selera humor Naren juga tidak terlalu buruk.

"Kalo boleh tau kenapa bisa berantem? yang pasti dia duluan kan yang nyari ribut?" ucapan Naren diberi anggukan kompak.

"Dia mainnya bawa bawa orang tua" jelas Melvin.

"Wah parah itu! gue jadi lo sampe mati gak akan gue lepasin itu bajingan!" mata Naren berapi api bukan main. cukup sensitip bagi Naren jika keribut selalu membawa bawa orang tua.

Lalu keempatnya sama sama terdiam sibuk dengan makan mereka masing masing. hingga haidar datang dan menghampiri keempatnya sama seperti Abigail, Haidar pun bersikap sok akrab dengan menepuk pundak Renjana lalu duduk diantara Renjana dan Naren.

"Waduh gimana nih rasanya abis gibahin gue? gak mau tanya langsung ke gue nih?" ujar Haidar disertai dengan cengiran khasnya cowok berkulit agak tan itu nampak semakin manis ditambah terik matahari yang masih segar.

"Si Dion kalah voting dari gue terus ngamuk ngamuk nuduh gue nyuap anggota basket buat ngevote gue. gila aja! sinting tuh orang! gue mana ada duit buat nyuap 48 anak basket. sementara duit jajan minta ke abah aja seretnya minta ampun. singkat cerita dia gak terima pas balik latihan dia nyadang gue terus ngajak berantem, ya gue ladenin lah! manusia modal ngebacot doang kayak dia mah! sat set sat set sama gue UGD didatenginnya. gak sampe di situ gue juga nyaris kena DO, tapi pak Jamal kesayangan kita semua nyelamtin gue alih alih gue adalah kapten basket yang baru punya jabatan sehari. sekarang gue bisa disini sama lo pada pake baju seragam sekolah bukannya bolos brodie tapi kena skor. terus cewek bawel bin rewel yang kalian liat tadi namanya, Janise. doi sahabat gue dari kecil bukan cewek gue. lo lo pada yang mau pdkt sama janise pdkt dulu sama gue, mau gak?" jelas Haidar.

Semuanya diam sambil mencerna ucapan Haidar. entah apa yang Haidar katakan hingga berakhir membuka biro jodoh untuk Janise dan yang lebih aneh lagi Haidar benar benar mudah berdaptasi dengan orang baru bukan hanya tentang sok akrab tapi Haidar memang mudah akrab dan suka merangkul orang orang yang membutuhkan semangat hidup.

- To Be Continue -
- 11/04/2022 -


















ANAGATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang