Hujan turun deras di sore hari yang menjelang malam. Revan menatap jendela kamarnya, lelaki itu tidak ingin memikirkan Naura. Namun dia tidak bisa mengelak kalau dia memikirkan Naura.
Dia pulang kehujanan kah?
Padahal Revan tahu bahwa Naura mengendarai mobil ke kantor tempat cewek itu bekerja.
Gegara kaki sialannya, Revan tidak bisa kembali bekerja. Sudah mau dua tahun kondisinya seperti ini, berbagai macam proses sudah dia lalui demi kesembuhannya.
Semua gegara cewek ular itu yang membuatnya seperti ini.
Revan berasa beban Naura kalau seperti ini.Apa yang disukai Naura kala hujan? Apa dia masak Mie instan aja?
Revan mendorong kursi rodanya menuju dapur untuk membuat mie instan. Beberapa menit kemudian dua piring mie instan sudah terhidang di meja makan, sekarang tunggu Naura pulang.
Wait? Sejak kapan dia menunggu cewek itu?
Revan melihat jam dinding, sudah menunjukkan pukul delapan malam dan cewek itu masih belum pulang.
Revan menatap pintu di ruang tamu, berharap Naura membukanya. Ruang tamu dan dapur menjadi satu.
~~~
Naura menghela napas, kemacetan ini membuatnya bosan dan jenuh, bisa-bisa bensinnya habis, mana mahal.
Amit-amit deh
Naura mengambil botol minum lalu meneguk air di dalamnya.
Maafkan hamba ya Allah yang tidak melaksanakan perintahMu dikarenakan macet ini.
By the way, bukankah suaminya sendirian di rumah? Naura lupa menghubunginya bahwa dia mungkin pulang larut malam.
Naura mengambil handphone di tas nya yang berada di kursi samping kemudi. Mengetik nama Revan dikontaknya, lalu mengirim pesan.
Naura
Maaf baru ngabarin, aku dilanda
Kemacetan. Kunci saja rumah, aku bawa kunci cadangan kok.Malam my husband (^^)
Naura tersenyum membaca pesannya sendiri. Lalu menghela napas lagi ketika melihat kemacetan yang menimpanya, aturannya dia tidak lewat jalur ini. Tapi ya musibah tiada yang tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness
Spiritual[ Cover picture by pinterest ] Persahabatan? Apakah itu bakal bertahan?