"Saya sedang ada janji sama temen, Kak. Kak Rahman sendiri belum pulang?"
Eza berharap Rahman tidak lama di sana. Benar saja ada Kak Fadil menghampiri.
"Yok, Man! Eh, Za lagi di sini juga? Sama siapa?"
"Sama temen."
Fadil mengajak Rahman untuk bergegas pergi. Sepertinya mereka sedang buru-buru.
"Kami duluan, ya!" Rahman enggan pamit, tetapi Fadil menarik lengannya sambil berseloroh, "makanya cepetan dihalalin!"
Rahman cuma tersenyum sambil mengikut langkah sahabatnya. Eza lega Reihan sampai setelah kedua orang tadi menghilang.
"Maaf, lama nunggu, ya?"
Eza menggeleng. Reihan sudah lebih tenang sepertinya.
"Mas, saya harap cerita soal tadi jadi rahasia kita aja, ya. Kalau bisa sih, Mas lupain."
"Kenapa? Aku cuma mau bantu kamu selesaiin masalah ini. Siapa tahu ayah kamu bisa berubah dan kembali menyayangi kamu dan Bu Ratri."
Eza tersenyum kecut. "Saya sudah pernah bilang belum bisa menerima Ayah kembali. Terlalu banyak luka dan ancaman yang saya belum bisa lupa."
Reihan sangat paham posisi Eza. Dia pernah merasa di posisi itu. Tidak nyaman saat papanya ada dalam hidupnya. Mungkin kondisi dan kasusnya berbeda, Reihan hidup bersama papanya, sedangkan Eza malah ditinggal pergi. Persamaannya orang tua laki-laki mereka egois dan tidak sepenuhnya peduli dengan anaknya.
"Tapi kamu tahu kan, seperti apa pun sikap dan sifat orang tua kita, mereka tetap harus kita hormati."
Reihan menasehati Eza sekaligus dirinya sendiri. Eza mengangguk dan sangat paham hal itu.
"Saya tahu. Satu hal yang perlu diingat juga, Mas. Anak juga berhak meminta haknya. Bukan harta atau materi, yang kita mau. Hanya perhatian dan kasih sayang tulus. Itu sudah cukup."
"Ok, ok! Iya, saya juga paham." Reihan mengusap kepala Eza lembut. "Kita pulang sekarang, ya?" lanjut Reihan sambil membukakan pintu mobil.
Perlakuan ringan Reihan membuat Eza sedikit tersipu. Makin dalam saja hal yang Reihan tahu tentang dirinya. Apa ini pertanda kalau dia benar-benar harus mulai membuka hati untuk Reihan?
***
Setelah berpamitan dengan Ratri, Reihan langsung melajukan mobilnya untuk pulang. Tadi Ratri sempat memberikan beberapa porsi gudeg untuk dibawa pulang. Awalnya Reihan bingung gudeg sebanyak itu siapa yang makan. Dia ingat karyawan di rumah bisa ikut makan. Lagipula dia belum pernah bawa pulang gudeg buatan Ratri. Mereka pasti suka.
Sampai di rumah, tepat waktu makan malam. Reihan memberikan gudeg pada satpam untuk dibagikan ke semua karyawan. Dewi tiba-tiba muncul dan menanyakan apa yang dibawa putra semata wayangnya.
"Oh, itu gudeg dari temen, Ma. Orang tuanya kebetulan punya usaha kuliner itu. Jadi tadi dikasih beberapa porsi. Mama mau?"
Sebenarnya Dewi enggan menyentuh makanan yang mengingatkannya pada luka lama. Dia dan Indira sama-sama penyuka gudeg. Tak bisa dipungkiri tampilan gudeg buatan Ratri sangat menggugah selera.
Untung masih ada satu porsi, Reihan mengulurkan pada Dewi dan segera dibawa ke meja makan. Dewi tercekat, rasa gudeg itu sama persis dengan buatan adiknya.
"Rei, usaha teman kamu itu di mana? Rasanya mirip seperti buatan …." Dewi tidak sampai selesai mengucapkan kalimatnya. Gudeg itu tidak dihabiskan.
"Kenapa, Ma? Ada yang salah sama gudegnya?" Reihan mengecek kondisi gudeg masih aman. Bahkan karyawan lain tidak ada yang ngeluh, mereka malah lahap menghabiskan jatah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOUR FLAWS (TAMAT) - Versi Baru tayang di Karyakarsa
RomansaGudeg khas Jogja, membawa cerita baru dalam lembaran hidup Eza. Kehidupan sederhananya menarik perhatian seorang Reihan. Sayang, cinta dan keinginan memiliki hati seseorang tak semudah membuat gudeg. Eza menyimpan nama orang lain yang dia sebut di t...