"Tongkrongan kami, bukan tongkrongan pecundang."
"Pecundang."
"Ayo dong bantai kami."
"Bantai kami."
"Kalo elo punya nyali."
"Gak punya nyali ya."
Senandung suara nyanyian Jimin dan kawan-kawannya terdengar nyaring di area merokok. Membuat beberapa orang yang berlalu lalang menatap aneh ke arah mereka. Tetapi tak sedikit juga yang malah ikut nongkrong, atau hanya menonton sembari mengagumi rupa para pria tampan yang sebenarnya sedang asik membolos mata kuliah.
Ketukan tangan Namjoon mengalun nyaring, diiringi dengan suara musik ecek-ecek yang terbuat dari botol bekas yakult yang diisi dengan beras, yang entah mereka dapat dari mana. Tak mau kalah, ada juga Baekhyun, mahasiswa jurusan Bisnis Manajemen ikut nimbrung, sembari ikut memamerkan suara merdu dari mulutnya.
"Lo ngapain di sini?" Tanya Taehyung, ke arah Baekhyun, yang masih saja tetap asik bernyanyi.
"Pusing gw, itung-itungan, mulu. Tau gitu gw masuk teknik aja, kayak kalian, enak." Sahutnya, menjawab pertanyaan Taehyung dengan enteng.
"Enak matamu. Gini ya," Jimin mengambil sebatang rokok, lalu menyalakannya. "Semua jurusan itu ada plus, minusnya. Ya kalo lo liat kita emang kayak santai-santai aja, itu sebenernya sama kayak gw kalo liat lo." Ujarnya, kemudian menyesap batang rokok yang ada ditangannya, sembari merubah posisi duduk.
"Bener banget. Contohnya gw, gw gak bolos matkul, cuma dikeluarin. Gara-gara apa? Gara-gara gw gak bisa jawab pertanyaan dosen gw, akhirnya gw di alpha empat jam. Bukan cuma gw, noh, liat, itu semua yang ada di gazebo depan gedung gw ya temen-temen sekelas gw semua. Nasib mereka sama kayak nasib gw." Cerita Taehyung, dengan santai, yang Ia tambah dengan bumbu-bumbu sambat.
Mereka semua yang mendengar cerita dari Taehyung otomatis langsung melihat ke arah gazebo yang ditunjuk oleh Taehyung.
"Buset, banyak banget." Ucap Namjoon, menganga tak percaya.
"Hampir semua, itu. Feeling gw sih, di kelas sekarang cuma ada 2-3 anak doang. Yakin gw."
"Ya udah, pindah deket temen-temen lo, aja. Ya gak?" Usul Jimin tiba-tiba.
Taehyung menggeleng. "Kalo tujuan lo pindah deket temen-temen gw, cuma demi nyari Yoongi, lo salah besar. Dia gak akan keluar kelas semudah itu." Ujar Taehyung.
"Kenapa gak?" Tanya Jimin.
Hoseok tertawa. "Jim, Jim, lo ya, mending kalo mau mepet anak orang, seenggaknya nyari tau dulu lah, dia gimana, anak siapa, pinter atau enggak. Jangan asal ngegebet doang lo."
"Gw udah tau. Yoongi anak pak Sungchoi, DPA gw, terus dia temen sekelas Taehyung, artinya dia anak jurusan elektro, dia juga punya dua abang kan? Kemarin waktu ngumpul sama gw dia bilang gitu."
"Gak hanya itu," Namjoon menepuk pundak Jimin. "Dia juga juara satu lomba robotic se-Politeknik tingkat nasional. Inget, tingkat nasional." Lanjut Namjoon.
"Anjing, yang bener, lo?"
"Mana ada bohong. Sana liat ig kampus, ada kali udah sebulanan yang lalu." Ujar Hoseok.
Jimin terdiam, bahunya merosot, seakan tak percaya dengan ucapan temannya itu. Jika dipikirkan berarti tingkat kepintaran Jimin kali ini sangat amat dibawah Yoongi. Apalagi Jimin sangat sering membolos mata kuliah, terutama mata kuliah yang diajar oleh ayah Yoongi.
Tak mau terpengaruh dengan ucapan teman-temannya, Jimin dengan nyali yang sebenarnya sudah sangat ragu-ragu, membuka aplikasi instragramnya, lalu membuka laman kampusnya tersebut.
Matanya kali ini sibuk menatap layar teleponnya, sedangkan ibu jarinya pelan-pelan menggeser layar ponselnya ke arah atas.
"Sialan. Bisa-bisanya gw tertarik sama orang pinter kayak Yoongi." Ucap Jimin, setelah menemukan foto Yoongi yang terpampang jelas pada laman Instagram kampusnya.
"Udah, gak usah sok nyerah. Orang kayak lo gak mungkin nyerah segampang ini." Ucap Taehyung, mencoba menghibur hati Jimin.
Jimin tersenyum, "lo tau aja. Ya kali gw nyerah cuma karna gini doang." Ucapnya, percaya diri.
Entah ada angin apa, tiba-tiba Jimin berdiri, kemudian berjalan meninggalkan teman-temannya, menuju ke gedung Taehyung.
"Yah, beneran PD dia." Lirih Taehyung, masih menganga tak percaya dengan sikap Jimin.
Jimin sudah tiba di gazebo tempat teman-teman Taehyung. Dengan tak tau malu, ia malah melambaikan tangan ke arah teman-temannya, lalu berlenggang tebar pesona yang sebenarnya tak begitu berhasil. Terang saja, di kelas Yoongi tak banyak kaum hawa, jika adapun mereka sepertinya tak akan tertarik, karena Jimin memang susah terkenal se-playboy itu.
"Permisi, lo tadi dari ruang kelas berapa, ya?"
"Lab AI.2."
Mendengar jawaban tersebut, setelah berterimakasih, Jimin langsung berjalan memasuki gedung AI. Jimin mengamati setiap sudut gedung yang tak terlalu besar itu. Apalagi jika dibandingkan dengan gedung jurusan Mesin, gedung ini tidak akan ada apa-apanya.
"Ruang Lab AI.2" lirih Jimin, sembari matanya melirik ke arah kanan kiri.
Ternyata ruangan tersebut tepat berada di tengah, tak terlalu susah untuk dirinya menemukan ruang tersebut.
Dengan tak tahu malu, Jimin mengintip dari sela-sela pintu yang tak tertutup rapat. Entah ada angin dari mana, bibir Jimin mengukir senyum, setelah pandangannya menemukan sosok yang ia cari. Dilihatnya, Yoongi sibuk memperhatikan dosen yang masih asik memberikan pertanyaan kepada salah satu mahasiswa. Muka datar, tanpa senyum, sungguh membuat Jimin tak percaya, jika ia benar-benar jatuh hati kepada Yoongi, manusia es yang terkenal dingin seantero kampus.
"Gila, gak ada ekspresi pun gw salting sendiri liat, lo."
Ia masih sibuk menatap sang pujaan hati, yang entah bagaimana, dengan tak sengaja pandangan mereka berdua tiba-tiba bertemu. Yoongi membelalakkan matanya, ketika ia melihat Jimin berdiri di samping pintu ruang kelasnya, menatap dirinya dengan tampang tak tahu malu yang selalu ia tebarkan.
Yoongi merengut, terlihat risih, sedangkan Jimin tetap saja tak beranjak dari tempatnya. Gerakan mengusir, dan mulut komat-kamit sudah Yoongi kerahkan, tetapi Jimin yang masih teguh dengan pendiriannya, malah dengan sengaja tetap menggoda Yoongi dengan gerakan menggeleng dan bibir yang ia pout kan.
"Sok imut, euh." Batin Yoongi, sembari mengalihkan pandangan dirinya kembali ke dosen yang kali ini sedang memberikan penjelasan.
Menit berlalu begitu cepat, tak terasa mata kuliah Yoongi telah usai. Dengan bergegas Yoongi merapikan alat tulisnya, lalu berjalan meninggalkan ruang kelasnya, berniat menuju toilet.
"Hai, cantik."
Yoongi terperanjat, kaget. Ia melihat sosok Jimin yang sedang asik duduk di samping ruang kelasnya bersama teman-temannya yang lain, dan Taehyung tentu saja.
"Ngapain sih, lo." Jawab Yoongi dengan emosi. Terang saja, dadanya benar-benar deg-degan, kaget, karena panggilan Jimin yang menurutnya tiba-tiba.
"Lagi duduk, nih. Sini, duduk samping gw." Ujarnya, sembari tersenyum dan tangannya menepuk tempat kosong yang ada di sampingnya, khas playboy.
Yoongi tak menggubris, ia malah berjalan pergi meninggalkan Jimin.
"Eit," Jimin meraih tangan Yoongi. "Mau kemana sih, buru-buru amat." Lanjutnya.
"Bukan urusan, lo."
"Loh, loh, loh, jelas urusan gw dong, cantik."
"Lepasin, gw mau ke kamar mandi." Jawab Yoongi, berharap setelahnya Jimin akan melepaskan tangannya.
"Gw ikut." Ujar Jimin, yang berhasil membuat mata Yoongi terbelalak sempurna.
Setelah Jimin berujar demikian, Ia langsung berjalan sembari menggandeng tangan Yoongi menuju kamar mandi.
"Silakan, tuan putri. Gak usah buru-buru gw tungguin." Ujar Jimin, ketika sudah tiba di depan kamar mandi.
Yoongi tak merespon, Ia lebih memilih pergi masuk kedalam kamar mandi dengan perasaan dongkol, dan raut muka yang sudah merengut, tak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Demo || MinYoon
FanfictionTerimakasih, Pak Rektor. Berkat anda saya bisa bertemu dengan dia, sang pujaan hati.