"Keluar pak, tunjukkan wajah bapak yang penuh kegembiraan karna makan uang kami!"
"Kami tidak butuh pemimpin kampus seperti bapak!"
Kali ini, hampir semua mahasiswa sudah berada di depan gedung Rektor. Teriakan tak terima, ditambah spanduk-spanduk kecil tak luput mereka suarakan dan bawa. Para mahasiswa benar-benar dibuat dongkol karena ulah Rektor mereka yang semena-mena dan dengan santainya memakan uang mereka untuk kehidupan mewahnya.
"Keluar lo bangsat, anjing, jangan cuma diem di ruangan ber-AC lo!!"
"Saru lo, Jim, anjir." Ucap Taehyung, sembari geleng-geleng kepala, tetapi juga tertawa karna ucapan Jimin.
"Yang namanya demo ya kayak gini. Masak lo demo cuma mau diem aja, ngikut arus. Badan di dorong maju ngikut, nyamping ngikut, mundur ngikut. Kalo cuma gitu doang lo mending liat konser sana, jangan ngikut demo." Jawab Jimin, bersemangat, sembari spanduknya tetap ia angkat tinggi-tinggi ke arah jendela ruang rektornya berada.
Taehyung yang mendengar jawaban temannya itu hanya bisa merespon tanpa ekspresi.
Seruan para mahasiswa makin menggema, tetapi sayangnya orang yang mereka tunggu-tunggu tak menampakkan batang hidungnya. Yang mereka temu i malah para Pamdal penjaga kampus, dan penjaga gedung AA, tempat bernaungnya para petinggi kampus.
"Jun, mau sampe kapan nih, demonya? Udah makin sore juga." Tanya Jackson, selaku wakil Namjoon.
"Iya, tapi masalahnya itu Pak tua masih gak mau nongol. Masak iya, besok mau demo lagi, njir? Sedangkan kita cuma dikasih ijin tiap jurusan satu hari doang." Jawab Namjoon, sedikit kebingungan apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
"Bodoh banget lo jadi ketua BEM. Tinggal bikin petisi kirim ke Dinas Pendidikan, selesai." Ujar salah satu mahasiswa, berwajah datar, dan berkulit putih pucat.
Namjoon menoleh ke arah Yoongi, setelah mendapat cacian dari sahabat juteknya itu. "Iya juga, ya, kok lo tumben, encer banget itu otak?" Jawab Namjoon, tak mau kalah dalam urusan olok-mengolok.
Yoongi hanya melirik Namjoon sekilas, lalu memutar bola matanya, malas.
"Yaudah, umumin. Capek gw, butuh tidur." Jawab Yoongi lagi.
"Lo ya," Namjoon mendekati Yoongi, "emang dasarannya mageran, males, lelet kayak siput." Bisiknya ke telinga Yoongi, kemudian meninggalkan Yoongi, dan berjalan menuju depan pintu gedung AA.
"Pengumuman buat para mahasiswa Politeknik Bangtan, karna orang yang kita tunggu gak kunjung keluar, dan kita sebagai mahasiswa cuma dikasih waktu sehari buat demo, jadi gw selaku ketua BEM Politeknik Bangtan mutusin buat selesain acara demo hari ini. Tapi itu bukan berarti gw, dan lo semua bakal berhenti buat lengserin Rektor gak tau mau itu. Gw dan anak BEM lainnya, bakal bikin petisi dan gw harap kalian semua mau ngisi petisi yang kita buat, dimana nantinya petisi itu bakal gw kirim ke Dinas Pendidikan."
Jelas Namjoon, yang dibalas teriakan setuju dari semua mahasiswa yang ikut berdemo. Ia sangat puas, karena semua mahasiswa ikut andil dalam masalah ini tanpa terkecuali.
Selang beberapa waktu, hiruk pikuk mahasiswa yang berada di depan gedung AA mulai berkurang. Para panitia BEM dan perwakilan jurusan juga sudah mulai pergi, berpindah tempat di ruangan BEM yang tak begitu besar.
Ac mereka nyalakan, untuk mengurangi rasa gerah pada tubuh mereka, dan juga untuk menghilangkan bau keringat yang menempel.
"Anjir, lo bau banget, sumpah." Ucap Hoseok ke arah Haekang, sembari menutupi hidungnya.
"Ya, gak ngaca. Gini-gini ini namanya bau perjuangan. Paham gak ente?" Jawab Haekang, penuh semangat. Sedangkan Hoseok hanya bisa menggeleng, dan menutupi hidungnya.
"Mana ada lo bau perjuangan. Gw dari tadi liat lo godain adik tingkat." Sahut Jimin, sembari mengibas-ngibaskan kertas kearahnya, karna masih merasa gerah.
"Ya itu juga perjuangan kali." Jawab Haekang, tak terima.
"Ck." Taehyung berdecak, "tapi sia-sia karna gak ada yang nyantol satu pun, jiahh." Lanjut Taehyung, meremehkan.
"Sabar bro, namanya juga hidup, hahaha." Balas Hoseok, sembari menepuk pundak Haekang, pura-pura ibah.
Mereka masih tertawa dan melanjutkan percakapan yang random, ditambah dengan bumbu-bumbu gurauan yang terkadang berhasil membuat para anggota BEM yang lainnya ikut tertawa.
"Jadi gimana soal petisi tadi?" Tanya Jackson tiba-tiba.
Namjoon menghela nafas besar, sembari merilekskan tubuhnya, "tenang aja. Udah diurus sama orang jenius." Jawab Namjoon, tenang.
"Oh, oke kalo gitu mah. Gw bisa rada lega lah ya." Jawab Jackson.
"Kalo bisa sih secepatnya. Biar anak-anak bisa langsung ngisi malam ini." Ucap Hoseok.
Taehyung mengangguk setuju, "tapi tumbenan dia mau. Biasanyakan mana mau disuruh. Apalagi bikin beginian. Tapi syukur juga sih gw kalo yang ngehandle dia. Seenggaknya aman lah, gak bakal ada yang berani macem-macem juga ke dia." Ucap Taehyung, yang disetujui oleh Namjoon, Jackson, dan Hoseok.
Jimin yang masih tak paham maksud dari ucapan para teman-temannya hanya bisa mlongo. Tak tau harus merespon seperti apa.
"Lo pada ngomongin siapa sih? Kok gw gak paham." Protes Jimin.
Taehyung tertawa, "calon gebetan, elo." Ucapnya.
"Hah? Yang bener, Jim?" Tanya Namjoon, masih tak percaya dengan ucapan Taehyung.
Jimin diam, masih berpikir apa maksud dari ucapan sahabatnya itu. Gebetan yang mana, gebetannya sangat banyak. Lalu yang dimaksud Taehyung siapa.
"Calon gebetan gw yang mana? Lo gak usah bikin hoax."
"Yang tadi lo bilang cantik. Terus lo minta nomornya malah gak dikasih, hahah." Ucap Taehyung jelas, yang lagi-lagi berhasil membuat Namjoon, dan Hoseok tertawa.
"Gila. Tumben ada yang nolak playboy macem Jimin. Tapi gak heran juga sih gw, kalo yang nolak modelan anak pak Sungchoi." Ucap Hoseok, percaya tidak percaya.
Jimin mengingatnya, dan reaksi yang bisa ia tunjukkan hanya tersenyum masam. Ia sedikit malu, karna memang benar baru kali ini ia ditolak oleh orang lain.
"Liat aja, gw bakal dapet nomor dia." Ucap Jimin, PD, mencoba menutupi rasa malunya.
"Lo beneran gak dapet nomor Yoongi?" Tanya Namjoon, memasti kan.
"Ck. Gak udah sebut merk juga kali lo, ah." Jawab Jimin.
"Ok, ok, gw gak bermaksud gitu. Tapi yang bener aja, emang sesusah itu minta nomor Yoongi? Gw dulu minta langsung dikasih, tuh." Terang Namjoon.
"Gw juga. Ya emang dulu waktu minta nomor dia kayak gimana gitu, karna mukanya jutek abis. Tapi kalo udah kenal ya asik-asik aja orangnya." Sahut Jackson, mengompori, agar Jimin semakin iri.
Hoseok mengangguk setuju, "gw juga." Ucapnya, agar Jimin semakin yakin.
"Gak percaya sih gw. Kalo ke Taehyung ya bisalah percaya, karna sekelas. Lah kalo ke lo bertiga, gak dulu deh." Jawab Jimin, dengan tampang percaya dirinya.
"Lo boleh gak percaya. But, see, dia barusan chat gw ngirim link petisi." Ucap Namjoon, sembari memamerkan chat Yoongi kepada dirinya ke arah Jimin.
Jimin merubah posisi duduknya, "shit, itu beneran Yoongi?" Tanya Jimin, sembari tak mengalihkan pandang dari ponsel Namjoon.
"Jelas tertulis nama Yoongi." Jawab Namjoon bangga, kemudian mulai menarik ponselnya, dan membalas chat Yoongi.
Jimin mendekat ke arah Namjoon. Mengintip sekilas balasan Namjoon, dan isi percakapan yang mereka bahas.
"Singkat banget anjir. Itu keyboard hp nya rusak apa gimana." Ucap Jimin tiba-tiba.
"Yoongi emang gini kalo bales. Btw, lo masih mau nomor Yoongi?"
Jimin menatap Namjoon, kemudian mengangguk sok lucu, "mau." Ucapnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/205446621-288-k241150.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Demo || MinYoon
FanfictionTerimakasih, Pak Rektor. Berkat anda saya bisa bertemu dengan dia, sang pujaan hati.