Chapter 2

572 66 18
                                    

Sudah sebulan sejak acara pengenalan sekolah selesai dilakukan. Dan kini kelas sepuluh SMA FX sudah melakukan kegiatan belajar mengajar. Soal kelas, Ashel mendapatkan IPS 2 sebagai kelasnya hingga dua semester ke depan. Zian ada di kelas IPA satu, dan kemungkinan akan bertahan hingga lulus nanti.

Soal Zian, Ashel sudah tidak kaget kalau sahabatnya itu dengan cepat dikenal seluruh siswa di sekolah ini. Parasnya memang bisa dibilang tampan mudah menarik perhatian banyak perempuan.

Tapi Ashel juga merasakan dampaknya dari kepopuleran Zian. Orang-orang sudah tau kalau ia adalah teman dekat Zian, setiap hari berdatangan orang asing yang datang ke kelasnya untuk dikenalkan pada Zian.

Pertanyaan yang paling sering ditanyakan di awal adalah,

"Ashel pacarnya Zian?"

Dan ketika mereka diberitahukan kebenarannya kalau Zian dan Ashel hanyalah teman kecil mereka akan merasa lega.

Bukan tanpa alasan mereka berpikir seperti itu, siapa sih yang tidak mengira kalau Ashel dan Zian tidak memiliki hubungan spesial saat tiap datang dan pulang sekolah selalu bersama?

Lama-lama Ashel lelah, ia mencari alasan untuk menghindari fans Zian yang semakin hari semakin banyak. Beruntung saja mendapatkan teman seperti Kathrin. Gadis itu akan membantu Ashel dengan banyak alasan, seperti mengajak Ashel ke kantin, memintanya untuk menemani ke kamar mandi, bahkan kalau diingat di awal, kathrin membohongi orang yang ingin berkenalan dengan Zian sekaligus menipu Ashel dengan mengatakan kalau ada guru yang menyuruh Ashel ke kantor.

Meskipun dikerjai seperti itu, Ashel dan Kathrin menjadi teman dekat setelahnya. Simbiosis mutualisme yang terjadi pada mereka berjalan dengan Kathrin yang melindungi Ashel dan Ashel yang membantu Kathrin dengan tugas-tugasnya.

Ashel kira, gangguan ini hanya akan bertahan sementara. Tapi ia ternyata salah, Semakin hari, mereka semakin mengganggu nya dan mengusik privasi Zian. Bahkan Kathrin sendiri yang tak ada hubungannya sama sekali ikut ikutan dibuat kesal.

"Ngapain coba nanyain jam kerja ortu nya Zee? Mereka mau ke rumah Zee pas pada gak ada di rumah apa?! Serem banget, Cel!" sungut Kathrin tak habis pikir.

Sudah sampai tahap seperti itu, Ashel juga khawatir pada Zee sebenarnya. Ia tak tahu apa yang akan dilakukan mereka jika mendapat informasi yang mereka inginkan.

"Lu ngerasa capek gak sih, Cel? Sekali-kali bilang ke mereka kalau kelewatan. Gak bosen didatengin terus dimana-mana tiap hari?"

Air jeruk dalam gelas tinggi diaduk sedikit keras oleh kathrin yang menyalurkan emosinya kesana. Ingin rasanya menyiram es jeruk ini pada orang-orang yang menghampiri Ashel yang tengah duduk di sebrangnya. Kathrin tak peduli meskipun mereka kakak kelas. Ia sudah gemas sekali.

"Emang segampang itu? Lagian gue juga gak mau bikin masalah sama kakak kelas atau orang lain, baru juga awal semester satu, Kath."

"Gue gak bisa tiap saat ada buat nolongin lu, Cel. Gimana kalau gue gak sama lu lagi?" geram Kathrin.

"Ya berarti tugas tugas lu bukan gue lagi yang ngerjain." balas Ashel sekenanya.

Kathrin tersenyum manis, "Eh, enggak-enggak, Gue bakal ada terus sama lu."

"Lagian ya, mereka nanti juga bakal berhenti. Kan?"

"Kita liat aja lu bisa bertahan berapa lama."

Sudah sepuluh menit mereka duduk di kantin, dan belum terlihat tanda-tanda ada fans Zian yang akan mencari Ashel.

Ini pertama kalinya Ashel dan Kathrin makan di meja kantin. Biasanya mereka hanya membungkus jajanan yang telah mereka beli dan menikmatinya di kelas. Kondisi kelas setelah jam olahraga tidak memungkinkan untuk mereka makan, bau keringat anak laki-laki dan juga parfum yang aromanya kuat hanya akan membuat isi perut mereka naik.

Garis Diagonal AwalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang