sikat gigi ayah | bagian awal

2K 54 7
                                    

Suara hantaman selangkangan dan pipi pantat terdengar nyaring di suatu ruangan. Seorang pria tampan berbadan atletis memaju-mundurkan kontolnya ke dalam dan ke luar lubang pantat pria satunya yang sedang membungkuk. Napasnya terengah-engah tapi nampak kepuasan di wajahnya yang penuh peluh.

Pria yang sedang dientot itu pun tak kalah keras mendesah. Badannya beguncang tiap kali kontol itu menyodok boolnya. Keduanya terlihat sangat menikmati tanpa mempedulikan sekitar.

"Aaahhh ... Mmmppphhh ...," desah keduanya. Setelah bosan dengan gaya doggy style, sang top menarik kontolnya, membalik badan sang pasangan, dan membuatnya mengangkang.

Ia tersenyum, menepuk-nepukkan kontol besarnya ke mulut lubang pantat pria yang sama-sama tampan dan bertubuh atletis itu, membuatnya meremang dan boolnya bekedut meminta untuk segera kembali dirojok dengan kontol besar yang membuatnya mendesah tak keruan.

Kontol itu ia lesakan secara tiba-tiba, membuat sang empunya bool mendesah keras-keras. Tanpa menunggu, kontol itu langsung dipompanya secara cepat, membuat pria yang berada di bawahnya terlonjak-lonjak dan mendesah tidak jelas.

Dava yang melihat aksi persetubuhan itu ikut terangsang. Celananya sudah membentuk tenda. Ia tak tahan. Tangan kiri yang bebas digunakannya untuk meraba gundukan itu. Mengelusnya dengan perlahan.

Sementara kedua orang yang ditontonnya masih asyik dengan persetubuhannya. Kini giliran sang bot yang memduduki kontol besar itu. Tubuhnya naik turun tanpa henti, sementara kontolnya ikut berputar dan mengeluarkan precum yang tidak sedikit.

Sang top mengenggam kontol itu, mengocoknya dengan kecepatan penuh. Pria yang sedang menunggangi kontolnya dibuat blingsatan, tidak siap dengan dua kenikmatan sekaligus. "Ouuuhhh ... Aaaahhh ... Aaaahhh ...," desahnya sambil terus memompa boolnya.

Celana Dava kini sudah turun, menampilkan kontolnya yang sudah tegak dan keras. Tangannya kini sibuk memainkan kontol itu sementara tangan satunya lagi tetap memegangi layar ponsel yang menampilkan video bokep yang sejak tadi dilihatnya setelah bangun tidur.

Cairan precum-nya menetes menggenangi kepala kontol dan perut Dava. Napas Dava semakin memberat. Diratakannya precum itu di seluruh kepala kontolnya dan kembali mengocok. Kocokannya dinamis, membuat tubuhnya yang kini hanya tertutup kaos tak bercelana meremang.

"Mmmmhhh ... Eeehhh ...," lenguh Dava sambil tetap memainkan kontolnya. Kini kakinya ia lebarkan, menampilkan bool mulus tak berbulu yang masih rapat. Tangan yang semula memainkan kontol, kini turun ke bool. Merabanya naik turun, menggeseknya dengan ujung jari. Tubuh pemuda 16 tahun itu menggelinjang.

Ingin sekali rasanya Dava disodomi. Merasakan kontol menusuk lubang anusnya dan menghentaknya maju mundur. Selama ini hanya coli saja yang bisa ia lakukan. Kadang, di kesempatan tertentu saat sedang mandi, biasanya Dava akan menusuk-nusuk lubang pantatnya dengan segala sesuatu agar ia dapat merasakan bagaimana rasanya lubang anus dijamah oleh benda asing.

Ia memasukan jarinya ke dalam mulut, melumasinya dengan ludah, membayangkan kalau itu adalah sebuah kontol sambil tetap mengangkang. Setelah dirasa cukup terlumasi, jari itu dibawanya ke depan bibir anusnya. Ia gesek dan lumuri bool itu dengan liurnya sendiri. Sesekali jari telunjuknya ia dorong ke dalam, kemudian ia lumuri lagi dengan ludahnya.

"Mmmhhh ... Aaahhh ...."

Tubuhnya makin bergetar dan rona merah memenuhi wajahnya. Ponselnya tergeletak dengan masih menampilkan video bokep, kini ia sudah tidak mempedulikannya. Kaos yang masih tersisa di tubuhnya ia tanggalkan. Kini Dava benar-benar telanjang bulat.

Kangkangannya semakin lebar. Ia benar-benar ingin disodomi. Tangan kirinya tetap memainkan bool; melumurinya dengan ludah, menggesek-gesekkannya dengan jari, kemudian sesekali mendorong jari-jarinya untuk masuk ke dalam, sementara tangan kanannya sibuk mengocok kontolnya.

Kadang tangan kanannya ia arahkan ke putingnya, mencubit atau menggeseknya dengan pelan, membuatnya semakin tersentak karena sensasi nikmat yang ia ahsilkan sendiri. Precum-nya semakin deras keluar. Kini tangannya kembali beralih ke kontolnya. Ia ingin fokus menuntaskannya kali ini.

Pinggulnya terangkat ke atas. Sementara jemarinya tetap menggenggam dan mengocok kontol pemuda itu. Napasnya makin memburu dan wajanya sudah siap menerima semburan pejuhnya sendiri.

TOK! TOK! TOK!

"Dava, bangun!"

Suara ibunya di balik pintu mengagetkannya. Ia segera melompat dan mengenakan kembali pakaiannya tanpa sempat ejakulasi. Napasnya memburu dan kini jantungnya berdetak lebih cepat.

"Dav, udah bangun belum? Ayo udah siang ini, kamu sekolah gak?"

TOK! TOK! TOK!

Ia panik. Tangannya segera meraih kaos yang sempat ia tanggalkan. Dava kemudian buru-buru mematikan video bokep yang masih terputar. Setelah semuanya ia rasa beres, ia kembali berbaring di kasur dan menutup tubuhnya dengan selimut. Napasnya yang masih tersengal berusaha ia atur kembali.

"U-udah, Bu," jawabnya sambil berpura-pura baru bangun tidur.

"Cepet mandi terus sarapan," ucap ibunya, kemudian terdengar suara langkah kaki yang menjauh. Dava membuang napasnya kasar. Padahal dia belum ngecrot.

Ia lirik ponselnya yang masih tergeletak menampilkan bokep yang sudah dijeda, melihat jam yang ditampilkan di sudut kiri layar. 6.27. Oh, sial! Dava kembali melompat dan segera bergegas ke kamar mandi.

Setelah ia rasa semuanya sudah rapih, Dava segera menuju meja makan. Di sana lelaki itu sudah mendapati ayah dan ibunya duduk sembari menyantap telor dadar yang dibuat sang ibu. Aroma telor dan nasi hangat menguar ketika Dava mendudukkan bokongnya di kursi.

"Kamu ini ... kalau bangun jangan nunggu ibu bangunin, lah. Bangun sendiri," ucap ibu Dava sambil mendumel. "Jangan dibiasain begadang. Tuh, liat mata kamu ... kayak orang enggak tidur sebulan."

Dava mengangguk pelan. "Iya, Bu. Nanti Dava bangun sendiri."

"Jangan nanti," sambar ibunya cepat. "Besok harus bangun pagi sendiri. Ibu enggak mau bangunin."

"Iya, iya."

Kemudian ayah melirik Dava. "Kamu nanti pulang jam berapa?"

"Kayak biasa,Yah. Jam 4." Dava menyuapkan sendok nasi terakhirnya. "Kenapa gitu?"

"Ibu mau nengok Istrinya Pak Tedjo di RS sama ibu-ibu yang lain. Dia kan abis lahiran," sahut ibu menimpali. "Kamu nanti jaga rumah, ya. Jangan main dulu, langsung pulang. Ayah paling pulang duhur terus berangkat lagi."

"Iya, Bu."

Dava memang sudah biasa ditinggal sendiri. Semenjak kecil, ayah memang kerja serabutan. Sementara ibunya kadang pergi bersama ibu-ibu yang lain, entah untuk melakukan kegiatan apapun. Biasanya ketika pulang ibunya akan membawa jajanan dan makanan untuk disantap bersama.

Sarapan milik Dava kini sudah tandas. Setelah meneguk segelas air, ia segera bangkit dan bersalaman dengan ayah dan ibunya. Ia berangkat sendiri, jalan kaki. SMA-nya tidak terlalu jauh dari rumah dan berbeda arah dengan biasa ayah berangkat.

Sebenarnya cowok 16 tahun itu masih kesal dengan ibunya. Saat dia sebentar lagi akan crot, justru diganggu dengan ketukan pintu yang membuat tititnya langsung melemas seketika. Di kamar mandi pun Dava tidak bisa coli karena dia pasti akan kesiangan, meski rasanya ingin sekali ia memainkan tititnya dan memasukkan ujung sikat gigi ke dalam boolnya.

Dava menghela napas pasrah. Pasti seharian nanti ia akan belingsatan karena menahan sange. Setelah pulang sekolah nanti, ia berjanji pada dirinya sendiri akan coli dan memainkan boolnya selama yang dia bisa.

Membayangkannya saja membuatnya ngaceng dan boolnya terasa gatal.


Lelaki Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang