Meet

16 7 3
                                    

Perut pria itu sudah keroncongan ingin diisi, rasa lelah dan haus pun juga menjadi hal utama yang ia rasakan. Setelah turun dari motor dengan langkah cepatnya menuju ke sebuah warung makan langganannya untuk makan siang.

Namun, detik berikutnya ia berdecak kesal dan akhirnya berbalik.

“Gue lupa sekarang kan bulan puasa.” Iya, ini hari pertama di bulan Ramadan.

Pria berpostur tinggi bernama Verin itu hanya bisa menggerutu dan mengacak rambutnya kesal. Ia edarkan pandangan ke sekeliling untuk melihat sekiranya ada kedai makanan yang buka, nyatanya tidak ada.

“Terpaksa gue makan mie instan.”

Verin tidak berpuasa karena dia non muslim!

Sesampainya di mini market, Verin langsung masuk dan yang ia tuju tentunya mie instan dengan varian rasa favoritnya.

Saat tangannya terulur mengambil mie instan itu ternyata ada tangan lain pula yang sama-sama mengambil si mie instan. Padahal ada banyak mie instan tapi mereka berdua malah saling tarik-tarikan seolah hanya ada satu.

“Gue duluan,” ujar si gadis cantik itu menatap tajam, jauh dari kata anggun.

“Ah ya udah buat Lo aja.” Verin yang sepertinya gugup itu langsung melepas tangannya dan mengambil beberapa mie instan tanpa ia lihat rasa dan berapa banyaknya.

Buset cantik banget tuh cewek.

Verin yang sejatinya laki-laki normal tentu tidak bisa menahan rasa kagum karena kecantikan ciptaan Tuhan itu. Sayangnya dia malu-malu. Sampai tidak sadar bahwa si gadis sudah pergi menjauh darinya.

Sekalian belanja yang lain, Verin berkeliling dan mengambil susu kotak kemasan besar. Dan lagi-lagi ada tangan yang juga mengambil susu yang sama, bedanya sekarang tidak saling tarik menarik.

“Lo lagi?” Sang gadis terkejut bukan main, begitu juga Verin.
“Nguntit gue lo, ya?” pekiknya kini menatap Verin tidak suka, bahkan ia berpikir bahwa Verin ini orang jahat dan ada niat tertentu.

“Enak aja, gue juga belanja lah!” sungut Verin karena tidak terima dikatai menguntit.

Mereka berpisah lagi, daripada disebut penguntit Verin memilih cepat-cepat menuju kasir dan melakukan pembayaran.

Verin yang hendak keluar itu terdiam, karena gadis yang tadi lagi-lagi tak jauh darinya berdiri. Verin melihat gadis itu tengah mengambil beberapa kantong pembalut dan memasukkannya ke keranjangnya.

“Pantesan galak, lagi PMS,” gumam Verin tertawa kecil. Ya, tanpa sadar ia tak hentinya senyum karena gadis tersebut.

Baginya, gadis itu terlihat sangat menarik meskipun berpakaian sederhana. Hanya celana jeans dan kemeja hitam, lalu rambut panjangnya yang diikat. Jauh dari feminin memang, tapi kecantikan yang terpancar di wajahnya itu menutupi segalanya.

Tiba-tiba netra Verin membola karena melihat sesuatu terjatuh dari tubuh si gadis, entah apa, dan si gadis yang tidak menyadarinya pun langsung pergi.

Verin hampiri dan itu sebuah sapu tangan ternyata, sapu tangan berwarna ungu. Ia meraihnya dan melihat ada tulisan dengan sulaman di pinggir sapu tangan itu.

Afifa, begitulah yang tertulis, di samping namanya ada sulaman gambar bunga matahari.

Membuat Verin tersenyum kecil mengetahui nama gadis itu dan berniat mengembalikannya.

“Masih ada juga ternyata di zaman gini cewek yang bawa sapu tangan dan dinamain kayak bocah SD.” Verin lagi-lagi tertawa kecil karena zaman sekarang kebanyakan gadis ya bawa tisu simple karena sekali pakai.

Dan akhirnya Verin mencari gadis yang sekarang ia ketahui namanya Afifa itu.

Namun, naas. Afifa tak ia temui di manapun juga. Gadis itu pasti sudah pulang. Verin menghela napas dan mengantongi sapu tangan itu.

“Afifa," gumam Verin. “Namanya juga cantik sesuai wajahnya,” lanjutnya lagi masih senyum-senyum sendiri.

Entahlah, yang pasti Verin sangat bahagia saat ini, hatinya berbunga-bunga mengetahui nama gadis yang tak sengaja ia temui beberapa menit lalu itu meskipun dengan insiden tak mengenakkan.

Mungkin sapu tangan ini bisa membuat kita bertemu lagi. Verin sepertinya memang sungguh gila, setertarik itu pada gadis yang baru saja dia temui dan secara singkat. Sampai-sampai dia lupa kalau dia tengah kelaparan.

*****

Sampai malam pun Verin si anak kosan itu tidak bisa tidur, kepalanya masih penuh dengan sang hawa bernama Afifa itu.

Afifa, Afifa, Afifa ....

Verin mencari di setiap sosial media dengan foto yang ia lihat secara detail. Sayangnya tidak ada satu pun Afifa dengan wajah tadi siang.

Membuat Verin menghela napas menyerah dan membuka handphone, dia mencari arti nama Afifa itu sendiri dari berbagai bahasa.

Afifa artinya ... Kesucian diri (suci), bersih, murni, jujur dan berharga.

Verin tersenyum simpul, sebagian besar arti namanya ternyata secara islami. Itu artinya, kemungkinan besar Afifa ini seorang muslim dan berbeda dengannya.

Hal yang biasa, karena Indonesia mayoritas Islam. Dan Verin sendiri sudah terbiasa menghadapi situasi seperti ini, berteman dengan orang-orang Islam dan berdampingan dengan mereka.

Iya, dua insan yang berbeda baru saja dipertemukan, dengan garis takdir yang sudah tertulis.

tbc

Pas awal-awal Afifa gak pake kerudung dulu ya :D
In Syaa Allah ini Projects Ramadhan dan pas lebaran bisa tamat. Doain semoga kesampean nulisnya, hehehe

Di Penghujung RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang