Nyebelin!

399 60 44
                                    

"Ehmm.. kamu kok sendiri?" Tanya seseorang membuyarkan lamunanku.

"Eh? I-iya"

"Kamu sedang deket sama Axel ya?"

Kenapa dia tanya masalah Axel sama aku? Apa hubungannya aku sama si tukang tebar pesona itu? Tapi emang bener sih dia akhir - akhir ini deket sama aku. Eh tapi jangan berpikir kalau aku yang kecentilan deketin dia yah, dia nya aja yang gatel deket - deket aku, huh.

"Hello" tangannya melambai - lambai didepan mataku.

"Nga-gak!" Tegasku.

"Jawab yang jujur dong! Eh asal kamu tau ya kalau Axel itu punyaku jangan kecentilan deketin dia loh!" Ucapnya sambil menyeringai.

"Siapa yang suka dia? Siapa yang mau deketin dia? Ih gak sudi!" Aku langsung bangkit dari kursi taman sekolah itu lalu pergi meninggalkan seorang wanita yang mengaku - ngaku sebagai pacarnya Axel yang setauku dia itu jones ahaha iya jones! Kasian sekali hidupnya sebagai jones, tapi aku juga jones sih ah sudahlah.
Aku Cherlyn Abbryana Karl gak akan pernah jatuh cinta sama si tukang tebar pesona Axel Miller Ferguson! Aku bersumpah!! Aku membencinya sejak pertama bertemu dan bertatap muka dengannya.

"Hey Cherry! Tadi kamu ngomong apa sama si Kania?" Tanya Axel yang tiba - tiba sudah ada dihadapanku. Dasar tukang nguntit! Mau tau aja lagi urusan orang. Huh.

"Apa sih? Kepo deh"

"Kamu kok dari awal galak banget sama aku? Apa salah aku?" Tanya Axel dengan tampang polosnya Eh, maksudnya tampang sok polosnya.

"yaelah malah diem lagi, cerita dong." Lanjutnya.

"Axel, cukup! Aku benci kamu manggil nama aku dengan sebutan Cherry, emang aku buah apa?!" Omelku kesal, ya sungguh kesal dengannya.

"Oh jadi nama Cherry yang membuat lo benci dan galak sama gue. Tau gak Cher?" Belum selesai ngomong sudah ku potong.

"Tau apa? Kan kamu belum kasih tau ya mana aku tau!" Aku memutar pandanganku dan mendengus kesal.

"Yah jangan dipotong dong kalau aku ngomong! Jadi gini aku punya adik tuh mirip sama kayak kamu namanya juga hampir mirip. Nah dia sekarang ikut papa ke Surabaya, aku kangen sama dia dan dia itu mirip banget sama kamu. Aku biasanya panggil dia Cherry makanya aku manggil kamu Cherry biar kangen aku berkurang aja. Mau kan aku panggil Cherry? Boleh ya? Ya?" Pintanya.

"Beneran? Mirip aku? Duh muka aku pasaran ya?" Remehku.

"Nggak kok nggak pasaran, kamu cantik dan beda dari yang lain."

"Tadi katanya mirip adeknya sekarang malah bilang aku cantik beda dari yang lain. Alah gombal!" Aku langsung pergi ke kelas karena sudah muak mendengar gombalnya sejak beberapa hari yang lalu.

Duh, aku lupa kalau aku kan sekelas sama dia pasti dia mengejarku. Dasar manusia bunglon!
Aku menoleh ke belakangku dan syukurlah dia udah gak ada lega rasanya.

"Cher, Axel mana? Tadi bukannya sama kamu?" Tanya seseorang mengagetkanku.

"Eh Andre, itu si Axel ilang ditelen bumi kali." jawabku asal.

Andre mengernyitkan dahi.

"Maksudku itu dia pergi gak tau kemana, udah ah Ndre aku mau ke kelas mau belajar sejarah soalnya kan nanti mau ulangan. Bye!" Kataku yang langsung pergi ke kelas karena takut kalau si manusia bunglon itu menghampiriku dan mengganggu ketenanganku.

*****

"Aduh, kok ada darah?" Aku terkejut karena dikertasku terdapat setetes darah dan ...

"Aaaaaa....!!!" Aku berteriak seketika sampai semua siswa dikelas menoleh kearahku.

"Cherry! Ya ampun kamu mimisan!" Wajah Axel terlihat cemas.

"Ada apa Cherlyn? Kamu sakit?" Tanya bu Ane padaku yang terlihat juga kecemasan yang terpancar dari wajahnya.

"Axel, kamu antar dia ke UKS" ujar bu Ane lagi.

"Bu, saya dispen dong?" Tanya Axel sambil menyeringai penuh kejahilan.

"Iya. udah sana bawa Cherlyn."

"Siap" kata Axel sambil memberi hormat kepada bu Ane bak seorang prajurit.

Axel merangkulku dan membawaku ke UKS sekaligus dia yang menemaniku. Ya ampun dosa apa aku sampai ini semua terjadi? Yang menemaniku diUKS itu Axel! Aku khilaf.

Di UKS bu Ririn selaku dokter yang menjaga UKS ini memeriksaku dan berkata bahwa aku hanya kelelahan. Ya aku akui kalau aku memang lelah karena kegiatan yang terlalu banyak dan kurang istirahat.

"Kamu sih galakkin aku jadinya kena karma kayak gini kan?" Ucap Axel sambil mengelap darahku yang keluar dari hidung terus menerus.

"Ya ampun Axel!"

"Apa?" Axel memasang tampang polos yang membuatku ingin mencakar mukanya yang menyebalkan itu.

"Aku lagi sakit malah di ganggu kayak gitu! Minggir ah mau istirahat" aku mendorongnya dari hadapanku dan beranjak ke sisi tempat tidur lalu duduk disitu.

"Kamu kok lucu?"
Dasar tukang gombal Axel! Aku benci kamu!

Aku menghela napas, "itu pujian atau hinaan? Atau malah gombalan?" Kataku sambil berdecak pinggang.

"Ahaha tuh kan lucu!" Tangannya mencubit kedua pipiku sampai merah sungguh sadis ini anak! Mama tolong aku huhuhuuu.

"Axel! Sakit tau!" Kataku sambil melepas tangannya itu dari wajah indahku.

"Abisnya lucu kayak.." belum selesai bicara sudah aku potong.

"Kayak apa? Boneka santet? Dasar manusia bunglon!" Kalau aku didekatnya lama - lama bisa kena darah tinggi nih ah! Salah apa aku tuhan?!

"Tuh kamu sendiri yang bilang yaa aku mah nggak bilang gitu lohh. Kamu lucu kayak boneka beruang aku" katanya sambil mencubit pipi kananku lagi.

Aku menghela nafas berulang kali.

"Iya aja daripada ngeladenin orang kayak kamu yang ada tenagaku terkuras sia - sia."

****

Aku mengerjap beberapa kali untuk mengumpulkan nyawaku yang masih berterbangan, terdengar suara tawa didekatku.

"Hahaha tuh kan kamu lucu, udah tidurnya?" Axel menoel hidungku.

"Ha?" Aku terperanjat.

"Ditanya malah kaget kayak gitu."
Tawa Axel makin pecah, "Ahahaha."

"Dasar Manusia bunglon! Udah ah aku ngerasa mendingan, awas aku mau ke kelas."

"Kamu lupa? Ini udah jam 3! Kelas sudah bubar sejak 2 jam yang lalu" jelas Axel, aku melotot karena kaget.

"Aku tidurnya lama ya? Kenapa gak bangunin? Ha?"

"Kamu kan sakit ya jadi nggak aku bangunin. Nih tas kamu, mau pulang atau masih mau tidur disini sampe besok?" Kata Axel sambil menyodorkan tasku.

Aku menelpon kakakku untuk menjemputku disekolah karena aku masih merasa lelah. Axel pun masih setia menemaniku sampai kakakku datang menjemputku.

***************************************************************************************************

Manusia BunglonkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang