Bab 2

5 0 0
                                    

"Aku yang terlalu berharap atau emang kamu yang gak punya perasaan sama aku?"

-Vienna Erlia-



Pukul 11.05

Satu pelajaran baru saja selesai, Vienna membereskan buku-bukunya. Setelah membereskan bukunya tiba-tiba saja seseorang memanggil namanya.

"Vienna." sapa orang itu, sembari memberi senyuman manis.

Vienna menoleh ke arah pintu.

"Bryan." sapa balik Vienna yang sangat antusias, dan langsung menghampiri Bryan.

Iya! Orang itu adalah Bryan, Vienna selalu tersenyum antusias saat namanya di panggil oleh Bryan.

"Jangan lari, nanti kamu jatuh." ucap Bryan.

"Kan aku senang." ucap Vienna.

"Kamu 'kan selalu senang setiap hari."

"Iya, apalagi kalau liat kamu aku jauh lebih senang hehe."

"Ke kantin yuk." ajak Bryan.

"Yuk, aku juga ada buatin kamu makanan loh." ucap Vienna, sambil tersenyum antusias.

"Lagi?"

"Kenapa? Kamu gak mau ya terima makanan dari aku?" tanya Vienna.

Bryan menghela nafas panjang.

"Hhahh... 'Kan sudah aku bilang kamu gak usah repot-repot bikinin aku makanan, aku gak mau ngerepotin kamu." jawab Bryan.

"Aku gak ngerasa di repotin kok, aku malah senang bisa bikinin kamu makanan." ucap Vienna.

"Pokoknya ini yang terakhir ya, kamu bikinin aku makanan, besok-besok jangan lagi, kamu gak perlu repot buat aku." ucap Bryan.

"Iya deh, ini yang terakhir aku buatin kamu makanan." ucap Vienna, dengan nada sendu, dan wajahnya berubah jadi sedih.

"Jangan sedih gitu, aku mau ajak kamu jalan nih." ucap Bryan.

"Kemana?"

"Makan pizza."

"Serius?"

"Iya serius, jadi jangan sedih ya."

"Iya, kita pergi cuman berdua?"

"Gak, pacar aku juga ikut."

"Lagi dan lagi aku harus menunggu kamu, sampai kapan kita begini terus, Bry?" batin Vienna.

"Apasih yang buat kamu gak mau nembak aku? Kenapa aku selalu harus tersakiti gini sih sama kamu." lanjutnya.

"Vienna..." panggil Bryan, sambil memegang pundak Vienna agar tersadar dari lamunannya.

"Eh... iya kenapa, Bry?"

"Kamu yang kenapa? Kamu gak suka ya kalau aku ngajak pacar aku juga?"

"Hah? Enggak gitu kok, aku justru senang kok kalau pacar kamu ikut, jadinya dia gak akan mikir aneh-aneh soal aku dan kamu." jawab Vienna.

Vienna berusaha tersenyum dan terlihat baik-baik saja, meskipun dalam benaknya dia sakit hati.

"Yasudah, kalau begitu ayo ke kantin, Dania pasti sudah menunggu kita." ucap Bryan.

"Dania? Pacar kamu namanya Dania?"

"Iya, yuk kita langsung ke kantin." ucap Bryan.

Bryan langsung merangkul Vienna dan berjalan menuju kantin. Sepanjang jalan Vienna hanya melirik Bryan yang begitu antusias ingin bertemu pacarnya.

"Apa kita emang gak bisa bersama, Bry? Kita dekat tapi kita gak jadian, apa karna kamu emang gak punya perasaan sama aku?" batin Vienna.

Setibanya di kantin, benar saja kata Bryan, Dania sudah ada menunggu mereka.

"BRYAN DISINI!" teriak Dania, sambil melambaikan tangannya.

Bryan dan Vienna langsung menghampiri meja Dania.

"Hai... Dania." sapa Vienna, sambil tersenyum.

"Halo, Vienna." sapa balik Dania.

"Dania, ini dia yang namanya Vienna." ucap Bryan.

Dania tersenyum melihat Vienna yang begitu manis.

"Bryan banyak cerita tentang kamu, Vienna." ucap Dania.

"Oh ya? Pasti yang buruk 'kan?"

"Enggak kok, Bryan gak ada ngejelekin kamu." ucap Dania.

"Dengar tuh, aku mana mungkin jelekin kamu." ucap Bryan.

"Siapa tau aja." ucap Vienna.

"Vienna, Bryan kamu mau makan apa?" tanya Dania.

"Aku gak, soalnya Vienna udah bikinin aku makanan." ucap Bryan.

"Kita cuma temen kok, Dania." ucap Vienna.

Dania tersenyum, "Iya aku tau, aku percaya sama Bryan kok dan juga kamu." ucap Dania.

"Jadi kamu mau makan apa, Vi?" tanya Dania kembali.

"Bakso aja deh." jawab Vienna

"Minumnya?"

"Air putih aja."

Dania pergi untuk memesan makanan. Sedangkan Vienna mengamati Dania sejak tadi.

"Jauh lebih cantik dari aku, badannya juga bagus berisi, gak kayak aku modelan tripleks." batin Vienna.

Dania kini kembali ke meja, dia sudah memesan makanan tinggal menunggu makanan di antarkan ke meja mereka.

Tiba-tiba saja mata Vienna kembali tersorot kepada baju yang di kenakan Dania itu.

"Baju yang dia pake ini, seperti baju aku yang ketinggalan di rumah, Bryan deh." batin Vienna, sambil mengingat-ingat tentang baju yang di pake Dania.

"Ah iya, ini emang baju aku yang ketinggalan di rumah, Bryan! Waktu itu aku 'kan singgah ke rumah, Bryan."

"Berarti semalam dia nginep di rumah Bryan dong?"

"Ih sebel bangett, baju aku di resmiin sama dia, terus dia nginep lagi di rumah Bryan!" Vienna bermonolog terus dalam hati sambil marah.



Bersambung...
Thanks for u reading gais...
I hope u like this story...

( Berperan sebagai Daniel Dirgantara )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

( Berperan sebagai Daniel Dirgantara )

Anything For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang