0.4

295 71 14
                                    

"Hei kim doyoung, kau cepat bangun!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hei kim doyoung, kau cepat bangun!"



Tok! Tok! Tok!



"Ku bilang bangun, Doyoung."



Doyoung membuka mata begitu mendengar suara melengking dari luar kamar yang bisa ia yakini itu milik si kakak.



Doyoung meraba nakas mencari gawai. Begitu mendapatkannya ia menatap ponselnya.





Pukul setengah 7 pagi..






Dan mengapa kakaknya membangunkannya pagi pagi begini? padahal hari ini adalah hari liburnya. Yang dimana ia ingin berada di kasur seharian.





"Hei tuan kelinci, kubilang bangun atau kau mau aku dobrak paksa pintu ini?"






"Iya sebentar, jadi orang tidak sabaran sekali."




Doyoung menyibak selimut dan turun dari kasur untuk membukakan kakaknya itu pintu.




Ceklek




Pintu Doyoung buka lebar, menampilkan sosok kakaknya yang sudah bersidekap dada menatapnya jengkel.



"Ada perlu apa kau membangun kan ku jam segini?"

"Itu, ada yang mau bertemu denganmu."


"Siapa?"


Kakaknya berdecak. "mana aku tahu, kau cek sendiri sana, aku ada urusan."



Doyoung berjalan menuju ruang tamu. Sesekali ia menguap karena masih ngantuk.



Siapa sebenarnya orang yang ingin bertemu dengannya. Mengganggu saja.


Sesampainya di sana Doyoung melihat sosok jakung yang membelakanginya. Merasa bahwa postur tubuh itu ia kenali.

"Maaf, anda siapa ya mau mencari saya?"

Orang yang duduk di sofa ruang tamu itu seketika berbalik badan dan tentu saja mata Doyoung sontak membola, orang yang ingin bertemu dengannya.. dia—



"KENAPA KAU TIDAK BILANG KALAU DIA YANG INGIN BERTEMU DENGANKU, KAK JUNKYU."



.
.
.
.
.








"Ini silahkan diminum tehnya."



"Ah iya, terimakasih, kau tidak perlu repot-repot."



Junkyu tersenyum ramah. "Tidak apa apa, aku senang jika ada tamu tampan seperti mu datang."



"Kak Junkyu.." Doyoung memberikan tatapan tajam kepada sang kakak. Menyuruhnya untuk tidak berbicara yang ngelantur.




"Adikku beruntung sekali punya pacar seperti mu."




Yedam tersenyum kikuk. "Sebenarnya kami tidak sengaja bertemu, dan lagi pula kami masih belum kenal satu sama lain." Yedam melirik kearah Doyoung yang menutup wajahnya dengan telapak tangan.



Pasti kesal.


Junkyu terkejut, pura pura terkejut lebih tepatnya. "oh benarkah? yah sayang sekali, padahal aku ingin mempunyai adik ipar sepertimu."



Doyoung yang tidak tahan, akhirnya mendorong sang kakak untuk pergi. Jika dibiarkan sudah dipastikan kakaknya akan berbicara yang lebih lagi.



"Kalian harus dekat ya! biar kau bisa jadi adik iparku!" teriak Junkyu yang hampir menjauh dari ruang tamu.




"Kau jangan dengarkan kakak ku ya. Dia memang begitu, jangan di ambil serius," ujar Doyoung.



"Tidak disuruh pun aku bakalan mau," ucap Yedam asal.





"Hah? sepertinya kau terlalu serius dengan perkataan kakakku." Doyoung tertawa hambar, berusaha mencairkan suasana canggung saat ini.





Yedam mengulurkan tangannya membuat Doyoung menatapnya bingung.



"Karena kemarin aku tidak sempat menanyakan namamu, perkenalkan aku Bang Yedam. Kau?"




Doyoung menjabat tangan Yedam gelagapan. "Namaku Doyoung, Kim Doyoung."



"Emm.. tujuanmu datang kesini mau ngapain?"


Yedam menepuk jidat karena hampir lupa tujuannya kesini itu apa. "Aku ingin mengajak mu jalan jalan. Kau tidak keberatan?"


Doyoung menggeleng. "Sama sekali tidak, hari ini juga aku lagi tidak ada kegiatan apapun."



"Kalau begitu kau pergi siap siap, aku tunggu."



Doyoung berjalan menuju kamar untuk bersiap siap.

.
.
.
.
.








"Apa kau masih sekolah?"


Pertanyaan Yedam lemparkan kepada Doyoung yang sibuk memakan buburnya. Jadi, mereka saat ini sedang berada di tukang bubur yang tidak jauh dari rumah Doyoung.


"Aku sudah lulus sma, tidak kuliah."

"Kenapa tidak kuliah?"


"Aku rasa tidak perlu untuk kuliah, mengingat kak Junkyu yang sibuk banting tulang untuk memenuhi kebutuhanku."



Yedam yang seakan paham tidak bertanya lebih lanjut. Memilih melanjutkan memakan bubur sesekali melirik Doyoung yang fokus kepada buburnya.



"Kau sendiri? kuliah?" tanya Doyoung.





"Kuliah, tapi disisi lain aku sibuk bernyanyi."





Acara makan Doyoung terhenti, ia mendongak menatap Yedam seakan terkejut.




"Kau kenapa terkejut begitu?" tanya Yedam heran.





"Kau bilang bernyanyi? apa jangan jangan kau Bang Yedam yang sekarang diperbincangkan oleh media karena lagu terbarumu???"



"Jadi kau ini seorang artis?" lanjutnya.





Yedam kembali menyuapkan bubur kedalam mulut, membiarkan Doyoung yang masih menatapnya meminta jawaban.




"Ya.. bisa dibilang seperti itu."




Pantas saja wajahnya tidak asing.




"Jadi dugaanku benar ternyata kau seorang artis.. tapi kenapa aku baru menyadarinya ya?"





"Mau aku artis atau tidak, itu tidak dipermasalahkan. Yang lebih penting kita dekat dan aku bisa menjadi adik ipar kakakmu."





Doyoung yang tidak menyangka kata itu yang keluar dari mulut Yedam membuatnya tersedak, buru buru Yedam menyodorkan Doyoung air.




"Berhenti berpikiran gila seperti kakakku..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Eh? - damdoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang