3

44 11 3
                                    

"Kakak Cantik?" tanya Salsa dan Jay bersamaan.

"Ya ... iya? Abis, gue lupa nama Kakak ini siapa. Berhubung Kakaknya cantik, ya udah gue panggil Kakak Cantik aja. Nggak apa-apa, kan, Kak?" jelas Juna yang membuat Jay menggeleng.

"Trus kalau Kakaknya jelek lo mau panggil Kakak Jelek?" tanya Jay yang berhasil membuat Juna mendelik.

"Nggak gitu juga dong, Bang," bela Juna untuk dirinya sendiri.

"Nama Kakak itu Salsa. Panggil namanya aja, ntar orangnya baper," ucap Jay yang menyadari perubahan raut wajah Salsa yang semula panik menjadi sedikit malu.

"Suka-suka gue, dong. Wong itu Kakaknya ngebolehin, kok. Iya kan, Kak?" lawan Juna yang membuat Jay lagi-lagi menggeleng dan mengiyakan saja ucapan adik satu-satunya ini.

"Gue ke dalam duluan, Jun. Jangan lupa kunci pintu, ya," suruh Jay yang kemudian pamit undur diri.

Setelah Jay tak lagi terlihat oleh pandangan Juna, pemuda itu menghadap balik ke Salsa dan bertanya, "Kak, kenapa Kakak minta tolongnya ke orang kayak dia?"

"Hmm, karena dia cowok?" jawab Salsa asal karena tak ingin dan tak tahu bagaimana menjelaskan yang sebenarnya.

"Enggak logis banget alasannya, cowok di dunia ini, kan, banyak, Kak? Kenapa enggak gue, atau cowok lain di luaran sana?" tanya Arjuna lagi semakin penasaran.

"Gimana, ya, Jun. Gue enggak bisa jelasin juga. Lo mau nolongin emangnya?"

Juna mengangguk kala mendengar pertanyaan salsa barusan. Jujur ia penasaran dengan pembicaraan Salsa dan Jay tadi. Ia memang menguping, tapi cukup terlambat. Ia hanya mendengar mulai dari perihal bayar membayar.

"Kenapa? Emangnya lo nggak curiga sama gue? Secara kan gue orang yang enggak lo kenal, masa mau ditolongin begitu aja?" tanya Salsa beruntut berusaha menghentikan niat baik pemuda di hadapannya ini.

"Nggak kenapa-napa, sih, Kak. Cuma pengen nolong aja. Kalau ditanya curiga, ya jelas curiga. Tapi ya mau gimana, rasa kepo gue lebih gede dari pada rasa curiga itu, juga ...," jelas Juna namun masih menggantungkan kalimat yang akan ia ucapkan berikutnya.

"Juga?" tanya Salsa.

"Juga, kalau Kakak emang nipu, bukan cuma Bang Jay yang kena tipu."

Tertohok. Perasaan Salsa campur aduk kala mendengar pernyataan dari adik seseorang yang ia mintai tolong. Mereka berdua sama-sama sulit untuk mempercayai Salsa, namun sang adik lebih memilih untuk mengorbankan dirinya agar memiliki nasib yang sama dengan sang kakak.

Dari sini Salsa sudah bisa melihat betapa sayangnya Juna terhadap Jay. Hal ini jelas membuatnya terharu dan sakit hati di saat yang bersamaan.

Salsa tersenyum ramah ketika Juna menyelesaikan kalimatnya. Ia pun berkata, "Lo adik yang baik, ya, Jun. Gue tau pasti sulit buat nerima permintaan tolong seseorang yang tiba-tiba banget kayak gini. Tapi, kalau lo emang mau nolong gue, lo bisa mulai dengan bujuk Jay supaya mau bantuin gue, kalau Jay setuju, kita bisa kerja sama-sama."

Arjuna mengangguk sembari mengacungkan kedua ibu jarinya. Salsa turut mengangguk lalu mengucapkan kalimat terima kasih. Setelah mendapat jawaban dari Juna, ia pun melenggang pergi dari perkarangan kediaman Adipratama.

***

"Semua orang seakan dibuat lupa."

"Akan segala hal yang pernah terjadi sebelumnya."

"Semesta ini kadang bercanda."

"Tentang yang ada dan yang tiada."

Seorang pemuda dengan hoodie hitamnya kini tengah menonton suatu film aksi-fantasi di televisinya. Pemuda itu terlihat larut dalam tontonannya, dahinya berkerut seolah tengah memikirkan makna dari kalimat yang disebutkan di film itu. Dari kalimat tersebut pikirannya terbang melayang mengingat suatu hal yang tak sengaja ia lihat tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm (not) DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang