Ahcoo!

331 29 6
                                    

Malam kemarin Shiho benar-benar kelewatan. Akibatnya, fisiknya tidak kunjung kembali menjadi Ai Haibara, padahal satu malam sudah terlewat. Efek ujicoba antidote seharusnya tahan tidak sampai tiga jam. Karena kadar alkohol yang tinggi dalam wine itu, membuat efek antidote semakin lama.

Kring. Kring. Kring.

Suara alarm berbunyi. Perempuan itu terlihat mengerjapkan matanya berkali-kali, sembari mengumpulkan nyawanya yang masih tersisa di alam bawah sadar.

Puh.

Tangannya meraih jam di meja, mematikan bunyinya. hening.

Seketika ia terkejut saat kesadarannya mulai terkumpul.

"Ini dimana?"

Ia melihat sekeliling, kamar yang sangat asing, yang tentu bukan kamarnya.

"Astaga!" Ia kemudian duduk, lalu beranjak dari kasur.

"Aduh" Ia terduduk kembali, rasa pening di kepalanya semakin berat. Ia merasa sedikit demam. Memang setelah ia memilih untuk meminum aptx 4869 itu, tubuhnya menjadi sensitif dengan segala hal yang ia konsumsi.

Pandangannya tertuju pada kartu di meja, dibalik jam yg berbunyi tadi. Ia mengambil kartu itu dan membaca isinya.

***

Sarapan sudah siap di meja makan, aku dan kakek jii sedang ada urusan 2 hari kedepan. Jika butuh bantuan bisa call kakek jii. Urus dirimu sendiri.

Kaito kid.

***

Kartu putih yang biasanya didapat oleh polisi Nakamori, khas dengan lambang kaito kid. Sesudah membaca pesan itu Shiho berjalan ke meja makan, memakan sarapan yang sudah tersedia disana. Ia melirik jam, pukul 11.00

Sudah tidak mungkin aku ke sekolah, pasti akan terlambat. Lagi pula dengan fisik seperti ini, mana mungkin. Batinnya.

Shiho kemudian menghitung waktu, berapa lama antidote itu bekerja dan dengan minuman tadi malam, berapa lama efek itu bertambah.

Sudah lebih 7 jam dari waktu yang diperkirakan. "Sial" umpatnya.

Tidak ada hal berarti yang dapat dilakukan Shiho di rumah itu selain berkeliling dan melihat pernak-pernik pesulap. Ada juga foto masa kecil Kaito yang dipajang di dinding maupun meja, lengkap bersama kedua orang tuanya.

"Wajahnya mirip sekali dengan Kudo, pantas jika banyak orang tertipu dengan penyamarannya. Tanpa menyamar saja sudah mirip"

Ada pula foto Kaito bersama ibunya, tepat sebelum ayahnya menghilang.

Pusingnya tidak kunjung reda, Shiho memilih mandi untuk menenangkan tubuhnya.

Selesai mandi, Shiho kembali duduk di depan televisi, melihat tayangan berita. Merasa haus, Shiho pergi ke dapur, mengambil gelas lantas pergi ke meja makan. Ia kemudian menuang air putih dalam teko ke gelas kosongnya.

Deg.

Semua ingatannya kemudian terangkai kembali, ocehannya tadi malam saat ia mabuk, dan kedatangan seseorang.. ia tetap mengoceh tidak jelas.

Oh, tidak. Batinnya.

"Apa yang ku katakan kepada Kaito tadi malam?"

Air yang dituang pun tumpah, menggenang sampai ke lantai. Namun sebelum semuanya disadari, Shiho tiba-tiba merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya, panas yang datang seperti membakar tubuhnya. Ia berteriak tertahan, memejamkan mata.

Arrgghhh!

Seketika, gelas di tangannya pun luput, terjatuh di lantai, pecah berkeping-keping. Masa bodoh dengan gelas pecah, kakinya sudah tidak kuat menopang berat tubuhnya. Ia tersungkur di lantai, dengan tangan yang masih menyentuh meja. Ia benar-benar menderita.

hah. hah. Shiho mengatur napasnya. Ia merasakan jantungnya berdetak hebat, reaksi dari rasa sakit ini pun mulai terlihat. Ia melihat tangannya mengecil dan lama-lama seluruh tubuhnya. Seusai sakit itu mereda, Shiho berubah fisik sepenuhnya, kembali menjadi Haibara Ai. Anak sekolah dasar.

"Ahcooo!" Sial, sepertinya haibara terkena flu. Jika dalam fisik Shiho hanya demam biasa, bisa jadi dengan antibodi usia anak SD, keadaannya tidak lebih baik, malah memburuk. Seperti saat ini, ia malah terkena flu.

Setelah membereskan kekacauan tadi dan mengganti pakaian anak-anak, Shiho pun memutuskan kembali pulang ke rumah profesor Agasa. Sesampainya di rumah, Shiho pun terheran melihat pintu depan dalam kondisi terbuka, tidak seperti biasanya. Karena khawatir, ia segera berlari masuk ke dalam rumah.

"Hakase! Kenapa pintunya terbuka? Ada ap-" Kalimat nya terpotong, karena seseorang tiba-tiba muncul di hadapannya, meneriakkan namanya dengan lantang.

"Haibaraa!!" Bentak anak laki-laki yang biasa dipanggil Conan. Ketika Conan hendak menembaki Haibara puluhan pertanyaan, jawaban yang didapat malah..

"Ahcoo!" Haibara terbatuk, persis di depan Conan.

"Oi Oi Haibara" Conan menaikkan nadanya. Lantas menyentuh dahi Haibara, tangannya berpindah kembali menyentuh dahinya sendiri.

"Kau demam?" lanjutnya.

Sore itu, Haibara hanya bisa tertidur di kamar, demamnya tak kunjung menurun. Conan pun meminta Ran untuk membuatkan bubur untuk makan malam Haibara. Namun, sesampainya di kamar anak itu, ia malah tertidur pulas.

"Haibara, bangunlah. Aku tahu kau tidak benar-benar tidur" Conan membangunkannya, tidak ada pergerakan yang berarti dari Haibara.

"Ran-neechan sudah berbaik hati membuatkan bubur untukmu, bangunlah"

"Sudah Conan, jangan dibangunkan. Ai-chan kan masih sakit. Biarkan dia beristirahat. Nanti panggil aku jika Ai-chan sudah bangun ya" Nampan yang berisi bubur hangat dan air putih pun diletakkan Ran di nakas dekat Haibara tertidur. Setelah itu, Ran keluar dari kamar dan segera turun.

"Jangan menghilang tiba-tiba dan muncul dengan keadaan sakit begini Haibara. Kau benar-benar membuatku khawatir. Istirahatlah" kata Conan sambil merapihkan kain yang menyelimuti haibara, kemudian berjalan menjauh dan menutup pintu.

Cklek!

Haibara menghela napasnya lantas membuka mata. Ia tidak sepenuhnya tertidur.

"Apa kau benar-benar khawatir, Kudo?"

Ahcoo! Anak itu terbatuk lagi.

Ia kembali memejamkan mata, kali ini ia tertidur lelap, meninggalkan bubur yang masih berasap.

✨✨✨

Yok yang suka ceritanya, sok di pencet bintangnya :) makasii

-RevaZoe.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Letting Go [ Miyano Shiho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang