01 ; Jegra

72 16 20
                                    

**Gelapnya sang mega dengan latar rembulan di belakangnya seolah menjadi penghias di malam hari, hari yang sudah terbilang larut seakan tak menghentikan hiruk pikuk manusia yang gila kerja di buminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**
Gelapnya sang mega dengan latar rembulan di belakangnya seolah menjadi penghias di malam hari, hari yang sudah terbilang larut seakan tak menghentikan hiruk pikuk manusia yang gila kerja di buminya.

Bisingnya kendaraan yang saling menyahut dengan cahaya lampu dari setiap gedung yang memancarkan terang berpadu dengan nuansa kota yang tak pernah berhenti bekerja.

Jika ada siang sudah pasti ada malam, begitu pun jika ada kerja siang pasti ada juga kerja malam.

"Je, kata gue mending lo pulang aja biar gue ntar yang ngomong sama pak Darma." Barista tampan yang kini terlihat sangat lihai meracik kopi pesanan pelanggannya itu mencoba mengarahkan atensinya pada rekan kerja yang sama sibuknya dengan dirinya.

"Tanggung bang, baru juga jam 8, sayang gaji kalo nanti kena potong." Sang empu yang ditanya hanya menjawab seadanya karena sibuk melayani pelanggan yang semakin ramai.

Sudah menjadi hal biasa di Cafe semakin malam pelanggannya akan semakin ramai, bukan hanya dari kalangan remaja yang sekedar ingin menikmati kopi, namun tak sedikit juga para mahasiswa yang memilih untuk mengerjakan tugas disini.

Hal itu yang menjadi alasan seorang penjaga Cafe tidak bisa pulang lebih cepat, pertukaran shift bagi karyawan pun menjadi sistem tetap di Cafe ini.

Drrt

Drrt

Pemilik handphone menghela nafas sebelum akhirnya izin kepada rekannya untuk mengangkat telfon di belakang dan menyerahkan pekerjaanya sebentar.

"Titip ya bang, gue angkat ini dulu."

"Ck, apa si? Gue masih kerja, pelanggan gue lagi banyak jadi ditinggal gara-gara lo." Decakan kasar berhasil keluar dari si penerima telfon, tanpa basa basi ia langsung mengutarakan kekesalannya.

"Jemput jam berapa? Sebelum lo kena marah sama tante."

"Jam pulang gue jam setengah sepuluh, tante pulang tengah malem jadi masih sempet gue nyiapin makan malamnya." Ia berfikir sejenak lalu kembali berdecak sebelum melanjutkan ucapannya pada lawan bicaranya yang tampak ingin menyanggah namun tak sempat.

"Dan lo, pasti ada duit kan buat order makanan? Tadi gue ga ke rumah dulu jadi ga sempet bikin makanan buat lo."

"Bukan gitu Je, gue cuma-"

"Udah ya? Lo ganggu gue banget, gue mau balik kedepan."

Ia buru-buru mematikan ponselnya dan kembali melangkahkan tungkainya ke tempat ia meracik kopi.

"Moccacino ice nya kak, selamat menikmati." Senyumnya yang manis menambah pesona pemuda barista yang tengah memberikan kopi pada sang pelanggan.

"Eh kayaknya ga asing deh liat mukamu, anak SMA Pelita Karya kan?" Gadis cantik yang kini menjadi pelanggan menilik wajah yang ada di hadapannya, hingga yang diperhatikan pun merasa tak enak.

Abusive Life! [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang