Handphone Aldora berdering, terlihat nama Luna di layar hp nya. Ia mengangkat telfon itu.
"Al, kamu lagi dimana?"
"Aku lagi di tempat latihan, kenapa?"
Luna menghela napas panjang, berjalan kesana kemari di dalam kamarnya. Rasa cemas terukir jelas di raut wajah nya.
"Bisa di tunda dulu ga?"
"Sorry, aku gabisa Lun. Aku harus siapin banyak hal buat pertandingan minggu depan"
Hening, Luna tidak menjawab sepatah kata pun.
"Yaudah kalau gitu, semangat"
"Iya"
Aldora menutup telfon nya, ia melirih teman temannya yang sedang berlatih. Aldora berjalan mendatangi temannya, wajah nya tampak kusut, tak nampak sedikit pun lekukan senyuman di wajah nya. Seperti semuanya sedang tak baik-baik saja.
"Al, lo kenapa?" Tanya Daffa.
Aldora menampakkan sedikit lekukan senyum nya, walau masih terlihat kesedihan di wajahnya.
"Gapapa"
Daffa tau persis tentang Aldora, ia sudah mengenal Aldora sejak mereka duduk di bangku SMP. Masalah yang Aldora hadapi tak pernah berubah sejak ia masuk SMA, hanya selalu tentang Luna, Luna, Luna dan Luna lagi.
Marshaluna Rerajendra Putri adalah pacar Aldora sejak kelas 10, tentu berita nya sangat menggemparkan saat mereka resmi berpacaran. Marshaluna adalah anak dari seorang pejabat dan ibu nya berprofesi sebagai pengacara, tentu hidup yang ia miliki sangat jauh drastis dengan anak brandalan dari keluarga rapuh. Hal tersebut menimbulkan banyak spekulasi tak berdasar yang hingga saat ini masih saja menjadi topik hangat dikalangan siswi.
"Luna kenapa lagi?"
"Ngga, gapapa"
Daffa menepuk punggung Aldora sembari menyodorkan sebotol air kepada nya. Aldora hanya tersenyum tipis, ia meminum air itu dengan tiga tegukan.
"Luna pasti ngerti kok, sama hal nya kaya lo ngertiin dia"
"Jomblo-jomblo gini ternyata lo bisa bijak ya"
"Asal lo tau, gue pernah nasehatin 10 sad boys loh" Daffa nyengir.
Aldora hanya tersenyum, Mereka kembali menatap teman-teman nya yang sedang bertanding.
~
Sore itu tampak indah , udara yang hangat mengitari perjalanan mereka. Kondisi jalanan kini sedikit ramai karena waktu sudah menunjukkan jam pulang kerja.
Perjalanan kali ini agak sedikit canggung. Tidak ada satu percakapan pun selama perjalanan, hanya menanti waktu yang tepat saat tiba di rumah.
Fahres melirik spion kirinya, terlihat kedua mata Raisya yang sedang melirik dirinya. Ia pun tersadar, Raisya langsung membuang pandangan nya ke hal lain."Kenapa Rai?"
"Gapapa kok"
"Hmm, mau ice cream ga?"
"Mau"
Fahres langsung membelokkan setirnya ke sebuah gang, motor itu terhenti di sebuah rumah. Rumah dengan nuansa jaman dahulu dengan interior yang terlihat usang, Fahres turun dari motornya dan langsung membuka pagar rumah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lara & Senja
Teen FictionNahra Tiffany Lara adalah seorang gadis yang lahir dari sebuah keluarga yang dulu nya harmonis, namun keharmonisan itu tak bertahan lama. Masalah ekonomi adalah pemicu utama keretakan keluarga nya. Tsunami Aceh 2004, Peristiwa yang merenggut banyak...