That smile is a bit too much for me, filled with a tease leaving me to burn.
I can’t breathe when I see your smile, it’s seem like you know that’s your charm.Sehun menggigit bibir bawahnya sendiri saat kembali memperhatikan wanita di sebelahnya.
Bibir penuhnya dipoles lipstick merah yang tidak membuat keadaan menjadi lebih baik. Rambut ikalnya disingkirkan ke salah satu sisi bahunya, memperlihatkan pada Sehun kulit lehernya yang terbuka dan seolah menggoda Sehun untuk segera menanamkan ciuman dan membuat tanda kepemilikan disana.
Bukan mencari teman kencan satu malam tujuan Sehun malam ini datang ke Bar exclusive di pusat kota. Bahkan sebenarnya, dia ingin meluangkan waktu sendirian dari kesibukannya yang sehari-hari berkutat dengan berlembar-lembar berkas diatas meja besar tempat perusahaan yang dia pimpin.
Tapi bertemu dengan wanita ini, sama sekali tidak Sehun duga.
Sehun kembali memperhatikan saat tangan lembut itu kembali meraih gelas tinggi berisi cairan keemasan yang sudah sepuluh menit yang lalu diantarkan bartender kepadanya, membawa leher gelasnya untuk menempel dengan begitu lembut di bibir merahnya dan menyesap cairan bening itu dengan begitu anggun, membuat Sehun tanpa sadar mengeratkan genggamannya pada gelas whisky di hadapannya.
Maksud Sehun—lihatlah bagaimana menggodanya saat bibir merah itu terbuka dan dengan begitu lembut, menyesap wine dari gelas tingginya.
“Sauvignon blanc?” pria itu berucap kemudian, menyebutkan nama minuman yang baru saja disesap wanita itu.
Wanita itu menoleh, menatapnya kini, dengan satu alis terangkat. “Pardon?”
“Minumanmu. Sauvignon blanc?” tanya Sehun kemudian, mengulang kalimatnya.
Wanita itu tertawa kecil sesaat, dan Sehun bisa merasakan darahnya berdesir melihat bagaimana kedua sudut bibir merahnya tertarik keatas.
“Ya. Dan..?”
“Sangat menggambarkan dirimu,” Sehun kembali berucap, membuat wanita di sebelahnya kembali tertawa kecil.
Dan Sehun menemukan bahwa dia telah jatuh hati dengan bagaimana wanita berucap, atau bersikap, atau juga dengan gerak-geriknya. Dia terlalu mengagumkan untuk dilewatkan begitu saja.
“Bourbon?” wanita itu balas berucap, memperhatikan isi gelas di genggaman tangan Sehun, membuat pria tampan itu yang giliran mengangkat satu alisnya.
Wanita itu kembali tergelak kecil, dengan suara tawa paling mengagumkan yang pernah Sehun dengar. Dan dengan senyuman itu, seolah dia menggoda Sehun untuk semakin mendekat, mengundang untuk terbakar bersama-sama.
Sejujurnya, senyum itu sedikit terlalu banyak untuk bisa Sehun terima, terlalu berbahaya, terlalu menggoda.
“Tebakan yang beruntung,” wanita itu kembali berucap, membawa perhatiannya sepenuhnya pada pria di hadapannya.
Darah Sehun kembali berdesir saat menatap kedua iris bening itu. Mereka seolah berbisik untuk segera menangkap buruan besar yang ada di hadapannya saat ini.
Sehun tersenyum sejenak dan menggeser duduknya, semakin mendekati wanita disampingnya.
Oh Tuhan, aromanya bahkan juga memabukkan.
“Aku Sehun,” pria itu memutuskan untuk memperkenalkan diri, “Oh Sehun.”
Wanita di hadapannya kembali tersenyum, dan saat bibirnya baru terbuka untuk mengucapkan sepatah kata, seseorang wanita lain dengan gaun berwarna caramel mendatangi mereka dan membisikkan sesuatu di telinga wanita itu.
Sehun memperhatikan mereka sesaat, dan saat temannya itu berlalu pergi, si cantik dengan bibir merah di hadapan Sehun memanggil bartender dan mengucapkan sesuatu. Sehun hanya memperhatikan gerak-geriknya dengan satu alis terangkat, penasaran dengan apa yang akan dilakukan wanita ini selanjutnya.
Si bartender kembali, memberikan secarik kertas dan sebuah pena pada wanita di hadapan Sehun.
Tak lama kemudian, membuyarkan lamunan Sehun, wanita itu berdiri. “Aku harus pergi,” katanya. Dia lalu membawa secarik kertas itu ke depan wajahnya, menempelkan bibirnya disana, membuat tubuh Sehun semakin terasa panas dengan setiap gerakan yang dia buat.
Wanita itu kembali tersenyum saat mendekatkan bibir merahnya ke telinga Sehun, membuat pria itu bisa sepenuhnya menikmati aroma memabukkan dari parfum mahal yang dia pakai.
Lalu, dengan begitu lembut, dengan begitu menggoda sebuah suara indah mengalun memasuki indra pendengaran Sehun.
“Choi Ahra,” bisiknya, tersenyum kembali saat menatap pria di hadapannya.
Dan kemudian, wanita itu melangkah pergi dari sana, meniggalkan Sehun yang masih terdiam karena merasakan keadaan yang semakin memanas hanya dengan tindakan kecil itu.
Dia terbakar.
Sehun bahkan belum sadar sepenuhnya saat wanita itu meniggalkan dirinya sendirian. Lalu, saat dia kembali menapaki lantai di bawah kakinya, matanya tertuju pada secarik kertas kecil, dibawah gelas minumannya.
Sederet angka, dengan bekas kecupan lipstick merah diatasnya.
Pria itu tersenyum, menggapai kertas kecil dihadapannya.
“Choi Ahra..”
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Playlist [songfict series] • osh [ R/18+ ]
Fanfiction[ mature contents ]🔞 songfict series from Love&Lust stories tags : short story mini series first series written 2018, repub 2022 ©️caramel-hun