3

31 3 0
                                    

Pagi ini, ara akan pergi ke sekolah. Ia sudah siap dengan seragamnya. Menatap dirinya di cermin. Ia tersenyum melihat penampilannya saat ini. Tidak terlalu buruk.

Berjalan menuju ruang tamu, dan baru saja sampai ia langsung di tarik keluar oleh papa nya.

"Masuk." perintah anton.

Ara masuk kedalam mobil. Niatnya ingin sarapan namun tidak jadi akibat ulah papa nya .

Sampai di sekolah, anton memberhentikan mobilnya di gerbang sekolah lalu ara turun dari mobil anton, dan anton meninggalkan ara begitu saja.

Baru ingin melangkah, ucapan seseorang membuat langkahan nya terhenti.

"Mau kemana lo." tanya bagas.

Ara tersenyum tipis, ia membuka catatan kecil nya lalu menuliskan, "Ke kelas." ara memberikan kertas itu kepada bagas.

"Ayo bareng." ajak bagas setelah selesai membaca tulisan itu.

Ara hanya mengangguk, lalu mereka pergi bersama menuju kelas.

Sampai di kelas, bagas dan ara langsung duduk di kursi mereka. Keadaan kelas belum terlalu ramai, dan ara memilih untuk membaca buku nya sedangkan bagas bermain ponsel.

"Ra." panggil bagas kini beralih menatap ara.

Ara membalas tatapan bagas, mengangkat satu alisnya seolah mengatakan 'Apa'.

"Minta nomor handphone lo." pinta bagas.

Ara mengangguk, lalu mengambil ponsel bagas dan mengetik nomor handphone di ponsel bagas. Selesai, ara langsung mengembalikan nya kepada bagas.

"Thanks ya ra." ucap bagas dengan tersenyum kecil.

Ara hanya merespon dengan anggukan.

Tak lama kemudian, bel masuk berbunyi. Seluruh murid kini masuk keruangan masing-masing. Kelas bagas dan ara yang tadinya hening mendadak ramai seperti pasar.

"Pagi bisu." sapa sarah.

"Pagi jalang." balas bagas enteng.

"Mulut lo di jaga ya bangsat." bentak sarah kesal.

"Mulut-mulut gue kenapa malah lo yang sewot." bagas menatap sarah dengan mata julit nya.

"Gue ga punya urusan sama lo gas jadi gausah ikut campur." tekan sarah namun bagas acuh.

"Siapa lo nyuruh-nyuruh, bapak gue lo."

"Gue serius bagas." sarah sungguh frustasi menghadapi bagas yang tengil seperti bocah SD.

"Gausah sok akrab kita ga kenal." ketus bagas.

Sarah mengalah. Ia meninggalkan meja bagas dan ara dengan kesal, gadis itu mendudukkan dirinya di kursi nya dengan wajah tekuk.

"Sarah banyak bacot nya jadi maklum aja kalo sering ngejek lo, tapi lo tenang aja masih ada babang bagas yang setia menjaga dan melindungi neng ara." ucap bagas mengedip kan sebelah mata nya.

Ara menggeleng kecil, ia menulis di kertas catatan kecil nya.

"Lain kali jangan seperti itu, kasian sarah. Dia pasti sakit hati dengan ucapan kamu, aku udah terbiasa denger ucapan kaya gitu jadi kamu gak perlu khawatir." ara memberikan kertas itu kepada bagas dan langsung di baca dengan cepat oleh bagas.

Bagas menatap ara kesal, "Pikirin diri lo ra. Kalo lo selalu mikirin perasaan orang lain maka lo akan tetap seperti ini." lirih bagas.

Ara terdiam, ia tidak tau bagaimana harus merespon ucapan bagas.

Topeng LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang