Chappter 6

568 72 9
                                    

Maafkan typo yaaa







Happy reading..

Sesampainya di rumah aiden, adlan langsung masuk ke kamar aiden untuk mengambil kotak P3K. Sementara itu aiden sendiri menunggu di ruang tamu bersama zehren.

Brak!

Kotak P3K di letakan dengan tidak santai nya di atas meja, adlan, remaja itu seperti masih menahan kesal, sehingga benda tidak bersalah lah jadi sasaran nya.

"Huftt.." helaan nafas aiden terdengar.

" lu kalo masih emosi mending ga usah ngobatin gue deh, zehren aja, tar lu ngobatinnya ga pake perasaan lagi" kata aiden sambil bergidik ngeri.

"Diem!" adlan berujar datar, membuat aiden ciut seketika.

Merasa sahabat nya mulai ketakutan, adlan melembutkan nada bicaranya."Siniin tangan lu, tahan yaa, perih dikit doang kok"

Aiden mengangkat tangan kanan nya pelan lalu menjulurkan nya ke arah adlan. Dan adlan mulai membersihkan siku kanan aiden terlebih dahulu.

"Shh.." ringis aiden pelan.

" Tahan ai..gue pakein betadine dulu yaa" adlan mengoleskan betadine dan menutup luka di siku aiden dengan kain kasa.

Setelah Selesai membalut siku tangan aiden, kini mata adlan beralih ke arah dengkul aiden. Adlan pun kembali mengobati dengkul aiden, namun karna lukanya tidak terlalu besar dan tidak parah, hanya goresan kecil saja, jadi adlan hanya memakaikan plester bergambar beruang. Agar tidak perih saat terkena air atau bergesekan dengan celana.

Zehren yang sedari tadi diam sambil memperhatikan pun mulai bertanya, saat matanya menatap kaki aiden yang membiru.

"Terus itu kaki nya gimana? Biru itu ai, kerumah sakit aja yuk, takut kenapa napa juga" ujar nya terdengar cemas.

Adlan menganggukkan kepalanya setuju

"Iya ai..takut ada yang patah gitu" kata adlan menambahkan.

Aiden memutar bola matanya malas mendengar perkataan keduanya.

"Ga usah kerumah sakit ren, gapapa ini mah, di kompres air dingin juga besok sembuh kok" katanya menatap zehren. setelah itu melihat kearah adlan.

"Dan lu adlan faidan..gue tau lu oon tapi ternyata emang se'oon ini" aiden menggelengkan kepalanya. Sedangkan adlan menatap aiden bingung.

"Kaki gue ketindihan sepeda lanlan bukan ketindihan beton, jadi ga bakal sampe patah atuhh" ujar nya gemas. Ingin menjitak kepala adlan

"Ya-ya takut nya gitu ai, kan sedia payung sebelum hujan, jadi ya periksa sebelum parah" ujar nya tidak mau kalah. Kan sahabat perhatian adlan tuh.

"Dah dah, gini aja deh, yaudah sekarang kompres aja dulu kaki nya pake air dingin, besok kalo masih belum sembuh baru periksa, atau minimal ke bu yayan lah tukang urat. Oke deal" kata zehren melerai mereka sekaligus memberi saran.

"Oke oke iya" jawab aiden pasrah.

"Ngomong ngomong rigel mana ya, kok belum muncul juga" tanya aiden khawatir.

"Coba gue hubungin dulu deh" baru saja adlan akan menelepon rigel, tapi ternyata rigel sudah menelepon nya duluan. Langsung saja di angkat oleh adlan.

"Halo..wey lan bilangin ke aiden gue langsung pulang, mama gue nyariin" kata rigel di sebrang telepon.

Aiden mengambil ponsel adlan tanpa ijin membuat adlan kaget. Ingin menjitak kepala sahabat nya itu tapi urung karna yang ada aiden ngambek.

"Iya gel gapapa, makasih yaa, dan maaf gue ngerepotin lu" kata aiden merasa tak enak.

SEMBURAT JINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang