Ah... Masih libur ya...
"Keeaan!! Ayo bangun... Baanguun!!" Mataku masih enggan untuk melihat secerah apa mentari pagi hari ini.
"Hmm" Bikin onar aja nih orang.
"Kalau gak bangun, aku—" Suasana tiba-tiba senyap. Ah... Bodo amat.
GEDEBUUGG
ARGHH... PUNGGUNGKU!!!
"Ck, Naathaaan!!!" Jatuh dari kasur yang lumayan tinggi itu rasanya sakit banget. SAKIIT.
"Ehehe..."
Okay, fine! Aku sudah bangun sekarang.
"Nih, mataku udah melek! Puas kamu?!" Dia mengangguk dan sekarang gilirannya yang berselimut.
"Tu, TUNGGU DULU! Kenapa kamu malah yang tidur, HAH?!" Ku guncang-guncangkan tubuhnya yang seperti ulat gemuk.
"Hoaams~ Aku ngantuk. Kemarin aku gak bisa tidur gara-gara lampunya gak nyala, tauk!!"
"Terus apa masalahnya denganku?! Aku juga ngantuk, woi! Laaah" Ia berguling ke tepi dinding, menghindari amukanku.
"Gak mau! Aku baru bisa tidur kalau ada lampu, itupun nyala lagi jam 11 malam. Kasihanilah aku, Kean~" Mata sendunya sekarang menatapku di balik selimut.
"Aku gak terima! Gak adil! SINII!!" Ku junjung saja tubuhnya ke pundak ku.
"WHOA... Be, bentar dulu— KEAAAN!!"
Kapok gak sekarang. Tubuhnya benar-benar tak bisa ia gerakkan karena terhalang selimut.
"Ini hukuman buatmu, hmm... enaknya mau dikemanakan, ya?"
"Tunguu!! Turunin aku...!!! Iya iya... Ampun Kean!!"
Aku memikirkan suatu rencana untuk menghukumnya. Salah sendiri udah ganggu acara tidurku. Padahal ini masih terlalu pagi untuk bangun. Bayangin! Masih jam 6 pagi! (sebenarnya ukuran jam 6 itu sudah bukan pagi lagi, tidak berlaku untuk Kean)
"Turunin, KEAN! Mau kamu apakan aku?!"
Dia meronta-ronta gak jelas di pundakku. Walaupun agak berat sih, tapi bentar lagi aku akan lega dengan rencana yang terbesit di pikiranku barusan. Aku berjalan membawanya ke ruang belajarku, salah satu ruangan tergelap di rumah kalau gak ada sumber cahaya. Lampu bohlamnya emang udah mati dan gak diganti-ganti beberapa hari yang lalu.
"Hehe, ini hukuman buatmu karena udah ngebangunin aku. Tenang aja, gak ada yang bahaya di sini"
"K-Kean!" Segera ku kunci pintunya dari luar sebelum Nathan berhasil lolos dari selimut.
BLAM.
"KEAN! Dok, dok, dok, BUKAIIN!! Cklek, cklek. KEAAN!! KU MOHON... A-Aku takuut, hiks... ugh... KEAAN! Jangan gini, dong! Dok, dok" Suaranya mulai melemah diselingi isakan kecil di balik pintu.
Senyap.
Baiklah. Ku rasa ini sudah cukup.
Cklek.
EEHH????!
"Nathan?"
Grep.
Dia langsung loncat padaku, memelukku dengan semua kekuatannya.
Sesyak woi!!
"Ugh... Ku mohon jangan lakukan itu lagi, ya?" Suaranya bergetar ketakutan.
"I, ini juga salahmu sih. Seharusnya kamu bangunin aku lebih kalem lagi, dong. Gak pake tendang-tendangan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Simple -eXtra Stories-
RomantikAlangkah indahnya jika waktu bisa diubah . . . Aku akan lebih menghargai waktu bersamanya Lebih bisa memahami dirinya Saling mengerti satu sama lainnya . . . Sebelum 'waktu' itu sendiri telah habis masanya Ini bukan masalah Tuhan, waktu, maupun diri...