-Jujur pada perasaanmu sendiri-
"Itu yang kamu bilang kan, Nathan?"
Sudah lebih dari satu dekade setelah kejadian itu. Sekarang sudah gak ada Kaka kecil kita lagi. Dia sudah semakin besar dan semakin mengerti sedikit demi sedikit proses kehidupan.
Aku masih bisa mengingat jelas, bagaimana sosokmu yang tak pernah ku lupakan itu. Aku ingat betul saat kita bertemu pertama kali sebagai saudara jauh.
_15 tahun yang lalu_
Seharusnya setiap pagi menyebalkan. Tiap hari bangun tidur, makan, belajar, makan lagi, tidur lagi, belajar lagi... Hah, tapi sekarang enggak lagi. Oh, yeah~ Sedamai inikah liburan yang aku rasakan—
BYUURR
"AHH!! Fwah, MAMA!! Kenapa pagi-pagi malah dapet salam air se-ember, sih? Kan dingin" Sial. Berakhir sudah libur indahku.
"Aih, Kean!! Mama udah capek atuh tiap pagi harus teriak kesetanaan buat bangunin kamu"
"Terus siapa yang mau ngurusin kasur basah gini?! Nyusahin amat sih Mama"
"Yaudah, cepet jemur sendiri sana. Habis itu mandi, libur semesteran kok malah tidur terus kerjaannya"
"Argh... Tapi—"
"Mama kemarin udah bilang kan kalau kita akan kedatangan tamu hari ini" Aku beranjak dari kasur secepatnya sebelum mati membeku.
"Adik tiri Mama, ya?"
"Iya, kamu belum pernah bertemu kan? Habis mandi cepet turun, sarapannya ntar dihabisin Papa kamu tuh" Aish... Ngehindarin kerjaan kok malah bikin tambah kerjaan.
KEMBALIKAN HARI LIBUR SANTAIKU SEPERTI KEMARIN!!!
~
"Kean, mau kemana? Sebentar lagi mereka mau datang loh"
"Ntar aja Kean balik. Kean mau ke belakang rumah"
Aku berlari kecil menuju halaman belakang membawa sebuah bantal. Aku punya tempat privasi sendiri, tepatnya di rumah pohon jati yang aku dan Papa buat. Disini aku bisa bersantai sepuasnya, rencana mau ngasih TV sekalian hehe.
Seharusnya aku masih tidur jam segini. Mama sih pake acara siram pagi segala. Argh... Bodo ah.
Udara pagi hari memang sejuk. Gak salah aku memilih lokasi ini. Ku tutup kembali mata beratku. Kantung mataku punya kantung mata. Kemarin malam begadang nonton film, paginya udah ribet lagi kayak tikus renang di got.
~
"Permisi... PEERMIISII" Ck, ah... BERISIK.
"... Spadaa... Ada orang?!!" Suara yang menjengkelkan.
"... Seelaamaat paagii. Hari ini cuacanya cerah ya?!!" Terus apa urusannya denganku?
"Ajak aku main bersamamu!!" Terpaksa ku buka mataku karena telingaku udah gak mau dengar suara ribut lagi.
BRAK.
"Tau berisik gak sih?!!" Bukannya dia, tapi malah aku yang diam terpaku. Tanganku yang mengebrak tadi seakan hilang kekuatannya.
Aku melihatnya...
Awan sudah tidak menghalangi Sang Mentari.
Sekarang Mentari tak lagi redup seakan menyambutnya.
Sosoknya sudah terlihat jelas.
Mata sendu yang menenangkan.
Angin sepoi yang menggerakkan rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Simple -eXtra Stories-
RomanceAlangkah indahnya jika waktu bisa diubah . . . Aku akan lebih menghargai waktu bersamanya Lebih bisa memahami dirinya Saling mengerti satu sama lainnya . . . Sebelum 'waktu' itu sendiri telah habis masanya Ini bukan masalah Tuhan, waktu, maupun diri...