Part 1

327 50 14
                                    

Ruangan tampak ramai. Nafas tak beraturan. Hal yang pertama kali menyambut Cale beserta orang-orang kepercayaannya adalah layar hitam lebar, sangat lebar sampai Raon harus terbang berkeliling ruangan.

"Hei manusia! Benda apa itu?"

Nada antusias dari Raon memusatkan pandangan semua orang, kecuali Cale dan Choi Han yang kebingungan.

Kenapa ada layar lebar?

Itu benda dari masa mereka 'kan?

Dan siapa yang telah memindahkan mereka?

“[Nama] tak ada disini, nuna!!”

Hong berteriak panik karena salah satu adiknya tak ada bersama mereka, padahal mereka sedang bermain kejar-kejaran namun beberapa saat kemudian berpindah tempat.

“Tunggu, Hong—”

Cale memutuskan ucapannya karena seseorang baru saja masuk ke ruangan tersebut. Orang tersebut mempunyai struktur wajah Korea pada umumnya, rambut yang mencapai leher, mata hijau kebiruan yang tajam, dan senyuman gigi runcingnya. Pakaiannya juga terlihat kuno untuk seseorang yang berasal dari masa depan.

Mun-Hee: Narator...
Narator: Ehe!

Maksudnya durumagi hitam yang dipadukan dengan hanbok perak.

“Rupanya kalian semua sudah sampai ya, baiklah. Saya hitung dulu.”

Brak!

Choi Han menggebrak meja. Tatapan matanya marah. Seorang pelayan tua yang sebenarnya seorang pembunuh mengeluarkan belati dari sakunya. Disusul anaknya, koki yang ahli dalam menyiksa, berdiri waspada. Rosalyn segera mengaktifkan mantra sihir. On dan Hong mendesis. Alver, Eruhaben, dan Raon menatapnya tajam. Terakhir Cale memasang wajah tenang.

Okay, 10 orang. Tidak kurang tidak lebih.”

Tampaknya orang itu tak terpengaruh oleh kumpulan makhluk kuat didepannya.

“Perkenalkan, saya Dewa Kebijaksanaan. Selamat datang di ruang dimensi Sang Pencipta, tugas saya disini sebagai Pengawas Ruangan.”

Dewa Kebijaksanaan. Seorang Dewa baru saja menunjukkan wujudnya pada mereka dan berbicara ringan. Cale menatap sang Dewa dengan kesal. Dewa tersebut tersenyum simpul, tidak mempermasalahkan Cale.

“Kalau tidak salah, nama kamu... Hong? Bertanya tentang [Nama], benar?”

Hong menurunkan kewaspadaannya sedikit, dia menganggukkan kepala.

“Kebetulan dia sedang tidur,”

Dewa Kebijaksanaan memilah kata-katanya.

“Sang Pencipta menginginkan kalian untuk melakukan sesuatu, selama teman kecil kita tertidur nyenyak, apa kalian setuju, tamu terhormat?”

Semua mata tertuju pada Cale yang mengepalkan tangannya hingga memutih.

“Apa mau mu?”

Tak ada basa basi, Cale benar-benar marah besar.

“Ya ampun, Tuan Muda Henituse! Saya sudah berkata sejujur-jujurnya. Saya bisa bersumpah atas nama Sang Pencipta jika Anda tetap tak mempercayai perkataan saya.”

Sang Dewa memandang Cale agak takjub dan sedikit risih. Baru pertama kali bertugas tapi subyek dari obyek penelitian tak berjalan seperti rencananya.

“Hentikan omong kosong itu. Jelaskan tujuan kami disini.”

Dewa Kebijaksanaan melemparkan sebuah remote pada Choi Han yang langsung ditangkap.

“Kalian disini hanya mereaksi kan apa yang dialami teman kecil kita, [Nama]. Tidakkah kalian penasaran?”

Endless Silliness [ID]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang