Chapter 1

9.1K 737 46
                                    


"Yibo, ini kamarmu. Mulai sekarang, kamar ini menjadi kamarmu. Kalau kau ingin sesuatu, jangan ragu-ragu katakan pada bibi."

Anak laki-laki tampan berusia enam tahun itu mengangguk. Matanya mengitari kamar barunya. Berwarna putih yang dipadukan dengan warna coklat. Tidak banyak barang di dalamnya. Hanya ranjang, lemari dan nakas kecil.

Ia tersenyum membalas senyuman manis wanita di depannya. Meski kamar yang ia tempati tidak sebesar kamarnya, tapi ia tidak merasakan ketakutan. Karena ia kira, ia akan tidur di pinggir jalan. Ternyata masih ada keluarga yang mau menampungnya.

Ia masih terlalu kecil untuk kembali ke rumah mewah itu. Yibo memutuskan akan kembali ke sana setelah dewasa. Setidaknya saat ia bisa mengurus diri sendiri.

"Bibi akan keluar! Kau istirahatlah. Bibi tahu kau pasti lelah."

Untuk kedua kalinya Yibo mengangguk. Meski wanita itu tidak secantik ibunya, tapi ia percaya mereka sama-sama baik. Yibo masih memperhatikan langkah bibinya yang akan mencapai pintu.

"Dasar anak yatim piatu merepotkan! Kalau bukan karena warisanmu, aku sudah membiarkanmu terlantar di jalanan."

Yibo kecil tertegun. Tubuhnya langsung menegang mendengar suara itu. Suara yang tidak diucapkan tapi bisa ia dengar dengan jelas. Anak berusia enam tahun itu meringkuk di balik pintu. Menutup telinganya karena masih mendengar kalimat yang serupa.

"Aku tidak mau dengar. Aku tidak mau dengar," racaunya sambil menutup matanya erat. Kedua tangannya menutup telinga. Menghalau semua suara yang masuk ke indera pendengarannya tanpa izin.

Sepertinya ia salah. Tidak ada wanita sebaik ibunya. Tidak ada yang benar-benar menginginkannya. Mereka semua sama seperti yang ia temui sebelumnya. Tidak ada yang menyayanginya. Hanya menginginkan harta orang tua yang ditinggalkan untuknya.


◆◇◆Peony Bunny◆◇◆


"Kenapa mereka mati tidak membawa anaknya? Merepotkan saja. Mereka pikir rumah ini tempat penitipan anak."

Sore itu Yibo mengurungkan niatnya yang akan menuruni tangga. Ia menyembunyikan badannya di balik dinding. Di bawah sana, bibinya tengah duduk manis sambil membaca koran. Tapi ia masih bisa mendengar semua cacian untuknya dan kedua orang tuanya.

Ia semakin mundur melihat pamannya yang baru saja pulang bekerja. Laki-laki itu duduk di sofa bersebelahan dengan istrinya. Tampaknya, pamannya begitu kelelahan dengan wajah frustasi.

"Haah … kenapa mereka tidak ada yang merawat anak itu? Kenapa harus diserahkan ke rumah ini. Meski dia membawa harta yang cukup banyak, tapi mengurus anak di usia sekolah itu merepotkan. Ck, aku bisa gila kalau seperti ini."

Yibo bisa melihat pamannya menutup matanya. Melepas jas yang membalut tubuhnya. Dan menyandarkan kepalanya pada sofa.

"Kenapa mereka semua jahat? Kenapa tidak ada yang menyayangiku? Kenapa tidak ada sebaik ayah dan ibu?"

Yibo kecil menghapus liquid bening di sudut matanya. Bukan kali ini saja ia mendengar semua kejujuran itu. Ia sudah mendengarnya sedari kecil. Semua orang ia temui, tidak ada yang benar-benar tulus. Mereka berpura-pura baik karena ayah dan ibunya memiliki harta berlimpah.

Tidak ingin mendengar lanjutan kalimat menyakitkan itu, Yibo kembali masuk ke kamar. Mengabaikan tenggorokannya yang terasa kering.



◆◇◆Peony Bunny◆◇◆



Yibo duduk di depan rumah dengan pandangan kosong. Ia kesepian. Selama tinggal di rumah sang bibi, ia sama sekali tidak memiliki teman. Jika ayah dan ibunya masih ada, ia tidak akan kesepian seperti saat ini. Meski ayahnya bekerja, tapi ibunya selalu menemaninya saat bermain.

I Hear Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang