Chapter 5

5K 592 30
                                    

Zhan berjalan di lorong sekolah. Dari balik kaca transparan, ia bisa melihat Yibo berdiri dan memegang bola. Lengkap dengan sepatu dan seragam basket.

 Lengkap dengan sepatu dan seragam basket

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa dia memintaku ke sana?" batinnya.

Mereka berdua semakin dekat seiring berjalannya waktu. Yibo sengaja datang lebih lama ke sekolah agar Zhan bisa meletakkan kotak bekal di lokernya. Dan seperti biasa, Yibo akan menariknya untuk makan bersama.

Saat Zhan tidak memiliki waktu yang cukup untuk memasak, ia akan membeli beberapa makanan dan susu kotak. Seolah menjadi anak baik, Yibo akan melahapnya tanpa protes.

"Kenapa memintaku ke sini?" tanyanya setelah tiba di lapangan.

"Temani aku main!" Yibo mendribble bola dan melompat ke arah ring.

"Tidak mau!" tolak Zhan. Memilih duduk di pinggir lapangan dan meletakkan ranselnya di sebelah ransel Zhan. Ia bisa melihat headphone merah terletak di dalamnya.

"Tidak ada penolakan, Zhan." Tanpa izin Yibo langsung menggenggam tangan Zhan. Menariknya berdiri dan menyerahkan bola ke arahnya.

"Kalau kau bisa merebut satu point saja, aku biarkan kau pulang!"

"Tsk ...." Zhan berdecih malas. Ia tidak begitu menyukai olahraga. Sekujur tubuhnya akan sakit setelah ia berolahraga.

"Oke. Kau sudah janji." Zhan langsung berlari mengindari Yibo. Mendribble bola di tangan yang dengan mudah dicuri Yibo. Tanpa kesulitan Yibo berhasil melakukan one shoot.

Zhan kesal dan mencebikkan bibirnya. Tapi karena tidak ingin kalah, ia terus berlari dan mencoba merebut bola.

"Hanya satu point Zhan. Kau pasti bisa." Zhan menyemangati diri sendiri. Semakin fokus untuk bisa lepas dari penjagaan Yibo.

"Dapat!" Ia tersenyum senang. Berhasil mengecoh Yibo dan mendapatkan bola.

Dengan cepat ia berlari ke arah ring. Setelah yakin posisinya tepat, Zhan langsung melepas tembakannya. Namun bola itu meleset jauh saat Yibo memeluknya dari belakang. Ia terlalu terkejut sampai kehilangan fokus.

"Bo, kau curang!" Zhan marah.

"Aku hanya merebut bola dari tanganmu." Yibo membela diri.

"Tapi jangan memelukku." Tanpa sadar telinganya memerah. Sedangkan Yibo hanya berlalu mengabaikan protesan pemuda bergigi kelinci itu.

"Baiklah! Kalau begitu aku akan melakukan segala cara untuk bisa merebut bola." Zhan bertekad dalam hati. Tanpa Zhan tahu, Yibo tersenyum mendengarnya.

Namun tidak semudah yang dibayangkan. Ia baru sadar kalau dirinya terlalu buruk bermain basket. Bahkan hanya merebut satu point saja tidak bisa.

"Apa kau mau menyerah, Zhan? Kau tidak akan bisa pulang sebelum mendapatkan point." Yibo menarik sebelah sudut bibirnya.

I Hear Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang