Alesha Zahra, perempuan itu baru saja kembali dari pondoknya kemarin malam karena sepupunya akan menikah.
Setelah tadi ikut foto bersama pengantin. Alesha langsung pergi kerumahnya dan tidur.
Tadi malam ia begadang untuk maraton film. Kapan lagi kan bisa nonton?
Setelah sholat dhuhur, Alesha mencari keberadaan Abangnya.
"Bang! Main Bola skuyy!" Ucapnya dan mendekati abangnya yang sedang fokus dengan gamenya.
"ganggu amat kamu le, Lagian ada acara kek gini mau main dimana?" Ucap Aidan yang masih fokus dengan gamenya.
"Ye kan acaranya nggak di lapangan! Ayooo," Alesha menarik-narik lengan Aidan membuatnya langsung mengakhiri gamenya.
"AYO!" Ucapnya dengan kesal.
"Abang ter the best deh pokoknya,"
Alesha menyusul Abangnya yang sudah keluar terlebih dahulu.Bal-balan im coming!!!
-----
"Sini Ning, oper teng kulo!" Ucap Kang Haris yang berlari di sebelah Alesha.
[Sini ning, oper ke saya]
Alesha tidak mendengarkan ucapan kang Haris dan terus membawa bolanya menuju gawang musuh.
Segera Alesha tendang bolanya saat sudah dekat dengan gawang.
"Hiyakkk!"
"Yeayyy gol!" Ucap Alesha dan membuka matanya.
"Auh,"
Tapi yang ia lihat sama sekali tidak ada bola di gawang musuh, bahkan kang asep masih setia berdiri di sana.
Gawat! Disebelah bola yang menggelinding itu dia melihat seseorang yang tengah membungkuk dan memegang dahinya.
"Ning, piye iki? Kayak e iku tamu undangan."
[Ning, gimana ini? Kayaknya itu tamu undangan]
Alesha heran, dia yang seharusnya ketakutan. Tapi ini kenapa kang haris yang terlihat gelisah?!
"Kalau main bola bisa hati-hati ndak sih?!" Orang itu segera menegakkan badannya dan menatap sekitar dengan kesal.
Kang-kang yang bermain bola bersama Alesha tetap diam ditempatnya.
"Siapa ini yang lempar?" Tanyanya.
Kang-kang dan Aidan menunjuk Alesha dengan jari telunjuknya.
Orang itu menatap Alesha dengan kesal.
"Kenapa? Mau marah? Siapa suruh situ bungkuk. Hamil dah tuh pala hamil!"
"Udah salah, nyolot lagi. Bukannya minta maaf!" Orang itu mengomel yang masih di dengar oleh Alesha.
Niat mau ambil dompet yang jatuh malah dapet hadiah ciuman bola!"Le, buruan minta maaf!" Ucap Aidan sedikit berteriak.
"Ih, Ogah banget aku! Orang tengil kek gitu," balasnya.
"Kamu tuh ya! Akhlahnya dimana? Ce_"
"Akhlahnya di kardus!" Sewot Alesha dan langsung melangkahkan kakinya pergi dari lapangan.
"Aduh, maaf mas emang itu anaknya minus akhlak." Terpaksa Aidan yang harus meminta maaf. Punya adik ngeselin banget. Bikin istighfar mulu tiap hari.
-----
"Sha!"
Alesha yang sedang mengambil nasi itu melihat orang yang memanggilnya.
"Ada apa toh mbak?" Tanyanya pada Rere, sepupunya sekaligus orang yang memanggilnya tadi.
"Kamu kemana aja dari tadi? Abis foto aku gak liat kamu sama sekali."
"Abis main bola mbak," Ucap Alesha dengan cengiran andalannya.
Rere yang mendengarnya hanya bisa menggelengkan kepalanya heran begitupun sanak saudara yang sedang makan bersama.
"Tau gak re, capek aku punya adek kek si Ale. Masa tadi dia salah nendang bola sampek bikin pala orang benjol. Mana dia gak minta maaf dan pergi gitu aja." Aidan itu lebih tua 1 tahun dari Rere.
"Ya Allah Sha,"
"Nduk-nduk, kamu ituloh." Bundanya menggelengkan kepala mendengarnya.
"Ya abisnya Ale kesel sama tuh orang," Alesha mencari pembelaan.
"Wah, jangan-jangan yang dimaksud Ozil tadi kamu ya le? Kasihan kepalanya benjol," Rafka, sepupunya yang tadi menikah itu bersuara.
"Biarin aja palanya benjol, kalau bisa sekalian mulutnya." Alea menjawab sambil sibuk mengambil lauk pauk.
"Jangan gitu le, nanti kalau jodoh gimana? Abahnya dia deket sama eyang loh," Ucap Rafka.
"Hih! Amit-amit jabang bayi mas. Yang deket ama Opangkan abahnya bukan dianya."
"Nanti kalau di jodohin kayak di novel-novel gimana le?" Ucap Rere.
"Eh, bentar. Anaknya yang tadi pakai kaos putih sama celana itu tah Raf?" Tanya Sheila, bundanya.
"Inggih, yang tadi bareng sama Kyai Anwar Zain. Itu putra terakhirnya." Jelas Rafka.
"Ganteng tenan arek e, sopan pisan. Bunda cocok le kalo kamu nikah sama dia, apalagi kamu bentar lagi mau lulus kan?"
"Kalian semua ngacoh deh, lama-lama stress aku ada disini." Alea berdiri dengan membawa piringnya dan pergi dari sana.
"Beneran loh le! Bunda setuju!" Teriak Sheila.
Alesha mengabaikan teriakan bundanya, lebih baik dia makan di rumahnya sambil menonton televisi! Ya itu ide yang bagus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antalii
SpiritualTidak semua hal dia ketahui, Dan tidak semua hal dia pahami. Dia sama sekali tidak mengingatnya, tapi dia selalu diingat dalam ingatan seseorang.