5. Penjual Cilok

1 0 0
                                    

Alesha benar-benar bosen!
Sudah 4 hari dia disini, dia sama sekali tidak pernah bermain bola.

Semua santri sedang sibuk belajar untuk Ujian, terutama kelulusan seperti golongannya Kang Fathur. Mereka benar-benar harus fokus untuk Ujian kelulusan.

Siang ini, Alesha berjalan keluar pesantren. Saat sampai di depan Gang pesantren, dirinya duduk di gardu yang ada disana.

Melihat lalu lintas yang tidak pernah sepi.

"Assalamualaikum, mbak numpang tanya,"

"Wa'alaikumsalam, nopo?" Jawab Alesha.

Kalau dilihat dari pakaiannya, sepertinya mereka santri.

Salah satu dari dua orang itu melihat handphonenya sebelum bertanya.

"Semerap griyane Aidan, cucune Imron penjual cilok?"

[tau rumahnya Aidan, cucunya Imron penjual cilok?]

Alesha menyerngit mendengarnya, Aidan? Cucune Imron? Penjual cilok?

"Kalau boleh tau, nama panjangnya siapa?"

Orang tersebut mengerutkan dahinya sebelum menjawab,
"Muhammad Dani Firmansyah,"

"Maksudnya nama temen yang di cari," Ucap Alesha dengan menahan tawanya.

"Oh, astaghfirullah maaf mbak. Muhammad Aidan Aiman," Ucapnya dengan sedikit meringis, malu ey! Sedangkan temannya sama seperti Alesha, menahan tawa.

Seketika Alesha tertawa saat mendengarnya, sedangkan dua orang di depannya bingung.

"Muhammad Aidan Aiman, cucunya imron penjual cilok? Pfttt," sudah Alesha benar-benar tidak bisa menghentikan tawanya. Abangnya itu benar-benar! Ya gak salah sih, tapi-ah sudahlah, Alesha tidak bisa berkata-kata.

"Kenapa mbak?"

"Eh, Ya Allah sampek lupa," Alesha sampai lupa jika di depannya masih ada orang.

"Masnya tinggal masuk gang ini aja, nah nanti ada sungai, terus ada masjid. Sebelahnya masjid ada rumah ngadep Selatan. Cari aja rumah yang ada tirai bambunya. Itu rumahnya." Jelas Alesha.

Orang itu mendengarnya dengan seksama, "matur nuwun mbak nggeh, ngapunten ganggu," Ucapnya dan berlalu pergi.

[Makasih mbak ya, maaf ganggu]

"Enggeh, sami-sami."

[Iya, sama-sama]

Kelakuan abangnya benar-benar tidak bisa diprediksi. Alesha hanya menggelengkan kepala mengingatnya.

-----

Hal yang paling dia tunggu-tunggu akhirnya terwujud. Kemarin adalah hari terakhir para santri ujian, dan sore ini dia mengajak Kang Fathur dan teman-temannya untuk bermain bola.

Saat sedang asyik-asyiknya bermain, Aidan berteriak memanggil namanya.

Terlihat Aidan dengan motornya yang berjalan ke arahnya.

Pertandingan seketika berhenti.

"Apasih?! Abang ganggu orang main aja!"

"Aku juga ogah kali nyusul kamu kek gini, kalau gak disuruh bunda." Balas Aidan dengan muka kesalnya. Dia masih anteng duduk di motornya.

"Bilangin, Alesha masih main. Gak bakalan lupa pulang kok, santuy,"

"Ya bilang aja sendiri," Jawab Aidan santai.

Alesha menghela nafas mendengarnya.

"KANG! ALESHA PULANG DULU, ASSALAMUALAIKUM!" teriaknya.

"Wa'alaikumsalam," jawab mereka serempak.

Tanpa babibu tatitu, Alesha langsung mendudukkan dirinya di jok motor.

"Siapa yang suruh kamu naik?" Sewot Aidan.

"Aelah! Udah buruan ayo! Katanya tadi Ale dicariin bunda?" Ucap Alesha mengabaikan ucapan Aidan.

Segera Aidan menyalakan mesin motornya dan pergi dari sana. Tidak jauh memang, hanya saja dia males untuk berjalan kaki.

"Bang, gak habis pikir aku sama kelakuanmu," Ucap Alesha tiba-tiba.

Aidan menyerngitkan dahi mendengarnya.

"Ngomong apa kamu le?"

"Kalau Opang tau cucu pertamanya ngomong kek gitu, gimana reaksinya ya?"

Aidan masih bingung,

"Kamu sakit?"

"Gak usah akting kayak orang dongo gitu, orang kemarin Alesha denger sendiri!"

"Apaan sih le? Gak jelas kamu," Aidan menggelengkan kepalanya. Sedangkan Alesha sudah tidak menggerutu lagi dan menyandarkan kepalanya di punggung abangnya.

-----

Ternyata Sheila sudah menunggunya di depan rumah. Lihatlah, bundanya itu sedang berkacak pinggang sambil memperhatikan dirinya dari atas ke bawah.

Gamis yang Alesha pakai sedikit kotor di bagian bawah. Itu semua karena lapangan yang digunakan basah karena tadi hujan.

Sheila menggelengkan kepalanya. "Kamu sebenernya cewek apa cowok sih le?"

"Ya bunda yang ngelahirin Ale gimana? Masa nggak tau?" Tanyanya polos.

"Kirain abis mondok bertahun-tahun bakal berubah, ternyata masih aja," Sheila memijit pelipisnya lelah.

"Alesha tetep bakal jadi Alesha, anak kesayangan bunda satu-satunya." Alesha tersenyum manis.

"Eh! Enak aja. Aku kali anak kesayangannya bunda," Aidan yang baru datang menimpali, setelah tadi menaruh sepeda di garasi terlebih dahulu.

"Mana ada kek git_"

"DIEMMM! Alesha buruan kamu mandi, udah tau besok mau nikah bisa-bisanya masih main-main."
Mendengar itu Aidan tersenyum penuh kemenangan.

"Ya kan nikahnya besok, bukan sekarang." Gumam Alesha pelan.

Sheila langsung melirik Alesha tajam. Dilirik seperti itu membuat Alesha merinding, buru-buru dirinya pergi dari sana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AntaliiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang