Satu Burger untuk Kedua Perut yang Lapar

39 2 0
                                    

Aha. Ya, judul karya ku untuk yang kali ini keliatan terlalu panjang dan sepertinya akan hanya menjadi sebuah tempat untuk aku menceritakan momen kecil bersama sahabat lamaku di Sekolah Dasar. Tidak akan begitu panjang, kok.

***

Bel istirahat adalah hal yang selalu kami, para murid tunggu-tunggu. Begitu juga aku dan sahabatku yang satu ini, Asha. Perutku bergejolak minta diberi makan dan terasa sudah agak sakit. Bosan sekali rasanya mendengarkan celoteh guru di depan kelas.

Dan akhirnya, bel yang serasa ku tunggu sudah sekian lamanya berbunyi. Aku lihat sahabatku yang sedari bertopang dagu kini mengangkat kepalanya dan menampakkan segurat senyum gembira. "Ayo, tunggu apalagi! Kantin pasti akan segera ramai kalau kita tidak bergegas." katanya sambil berjalan, tahu pasti kalau aku akan selalu mengikutinya ke kantin.

"Ah, sial. Perutku nggak pernah damai sama aku. Selalu sakit di pagi hari, memangnya aku tidak boleh menikmati sarapan enak ya?" Aku mengeluh sambil mengusap perutku. Sahabatku hanya tergelak kecil sambil terus melihat-lihat makanan di kantin. "Wah, burger. Sepertinya baru hari ini aku lihat ada menu ini. Beli yuk." seru sobatku.

Kecewa sekali aku melihat harganya. "Sial." kataku dalam hati. Uang saku ku pasti bakal ludes kalau aku beli satu burger, begitu juga sahabatku itu. "Kenapa nggak kita patungan buat satu burger itu?" kata Asha spontan menoleh kearahku. "Satu burger untuk dua perut yang berkeroncongan ini?" candaku kepadanya. "Kenapa tidak?" begitulah aku menebak jawabannya dari melihat sorot matanya. Aku juga tidak keberatan, toh aku tidak rakus dalam perihal makanan.

Sudah kita beli burgernya. Bingung cara membaginya. Itu permasalahan kita sekarang. Burger itu bisa saja hancur kalau aku membelahnya menjadi dua. Aku dan dia duduk di tempat favorit kami di sekolah. Di sebuab bangku batu yang terletak tepat di depan sebuah kolam ikan sumbangan dari sebuah perusahaan semen. Atmosfer di situ selalu menenangkan dan cocok untuk menikmati makan pagi.

"Sini aku yang bagi dua." kataku yakin. Sukses aku membaginya menjadi dua, kita pun makan dengan santai. Kita tidak banyak bercakap-cakap ketika makan, larut dalam semua suara sekitar dan pikiran tentang makanan itu, menikmati, begitu kataku.

***

Ini memang hanya momen kecil dari sekian banyak istirahat. Tapi aku ingat banyak hal kecil, yang menurutku justru penting. Momen bersama sobatku, berbagi burger untuk dua perut yang kelaparan. Menikmati suara aliran air kolam ikan, tiupan angin yang lembut, dan riuh rendah suasana sekolah. Merindui momen nya. Itu mungkin yang aku rasakan.

Love and hugs, hope we'll meet again someday :)

AbstrakWhere stories live. Discover now