Part 2# Cindera

14 3 0
                                    

Pagi yang cerah mulai menyapa. Matahari mulai menampakkan diri untuk menyinari bumi, burung mulai berkicau indah. Saat itulah kedua mata cantik nan indah itu terbuka menatap penuh keteduhan. Netranya mengedar mencari letak jam digital yang sudah terpampang jelas dihadapannya. menunjukkan pukul 06. 30. tatapannya teralihkan menatap sang buah hati yang masih tertidur lelap. Tangannya terangkat mengusap surai panjang putrinya. bibirnya menarik senyuman lembut. hari ini hari yang sangat bahagia bagi Ana karena dia sudah mendapatkan pekerjaan, dia sangat bersyukur karena putrinya tidak terlalu rewel ada saat itu dita agak merengek tapi Ana dapat memakluminya.

Dengan gerakan yang kelewat pelan. Ana turun dari kasur berjalan membuka tirai untuk sepenuhnya memberikan izin bagi sang mentari untuk lebih menampakkan diri daripada dicelah-celah. Ana tersenyum menatap dita yang belum bangun, gadis kecil itu bahkan tidak terganggu saat sinar matahari mulai masuk sepenuhnya. Kakinya mulai mendekati anaknya. Tangannya dengan lembut menyimbak pelan selimut yang menutupi tubuh putrinya. Kemudian tubuhnya dia bawa duduk dipinggir ranjang. Menatap penuh kelembutan pada sang buah hati yang masih tertidur lelap. Senyuman kini masih menghiasi wajah cantiknya.

"Dita? Sayang." Panggilnya lembut. Netra kecoklatan itu menatap penuh kelembutan pada sang buah hati yang sedang tertidur pulas. Tangannya tergerak menepuk pelan pipi tembam itu membuat sang embu menggeliat kecil.

"Mamah. "Lirihnya. tubuhnya bangun dan terduduk dihadapan wanita itu. Kepala tertoleh kesana-kemari mencari kesadaran. dia menatap penuh binar pada mamahnya yang masih setia mempertahankan senyuman manis.

"Sayang. Bukankah hari ini kamu sekolah?" Tanya Ana sembari merangkul tubuh Dita. Gadis itu mengangguk dengan tatapan polos yang membuat Ana gemas dan tergerak untuk mencubit pipi dita.

"Gemes banget sih. Anak mamah ini." Tangannya mengangkat ringan tubuh dita dan dibawa kepangkuannya. Kepalanya dia benamkam pada rambut dita.

"Mamah. kenapa hari ini mamah bahagia banget?" Tanya dita penasaran. Matanya mengedip lucu membuat Ana terkekeh kecil.

"Karena mamah udah punya kerjaan jadi mamah nggak akan susah lagi buat menuhin kebutuhan dita sama mamah. " jawab Ana. Tangannya terangkat mengusap pelan rambut Dita gemas. Dita mangut- mangut paham. dan hal itu membuat ana kepalang gemas.

Berapa detik kemudian, Ana baru ingat bahwa hari ini Dita akan sekolah. Ana menepuk pelan dahinya. Dita yang memperhatikan ekspresi mamahnya dibuat bingung.

"Mamah kenapa?" Gadis itu menepuk lengan Ana membuatnya tersadar dan segera menatapnya dengan panik seperti ada sesuatu yang mengganjal.

"Kamu kan hari ini sekolah sayang. Ayo kita mandi dulu, keburu Nanti telat loh?" seru Ana menatap Dita panik pasalnya anaknya baru saja akan masuk TK namun karena  keteledorannya dita pasti akan telat. Dia tidak mau dita dihukum, ya meskipun TK tidak akan memberikan hukuman pada anak kecil namun Ana tetap takut.

"Ayo. " Dita mengambil telapak tangan Ana dan menggengamnya, gadis itu berjalan mengikuti langkah Ana yang menuju kamar mandi.

Ana dan Dita telah sampai didepan pintu gerbang sekolah taman kanak- kanak. Seperti Ibu pada lainya anak akan menyempatkan diri untuk menghantarkan dita dan menjemputnya. Wanita itu tersenyum saat melihat Dita yang merasa senang. Hatinya tersentuh melihat senyuman anaknya.

"Mamah. pergi kerja dulu ya sayang, kamu jangan nakal- nakal disekolah ya. Ingat pesan mamah kalo ada orang yang nggak dita kenal kalo diajak jangan mau. Tungguin mamah, pasti mamah akan jemput kamu ?" Ana memberi peringatan agar Dita tidak berbuat yang aneh- aneh. Gadis itu mengangguk membuat Ana tersenyum penuh kelegaan. Tangannya terangkat mengelus surai hitam panjang yang sudah diikat dengan pita merah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Maafkan Papah Nak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang