Plakk
Suara tamparan itu menggema memenuhi ruangan itu, gadis kecil yang ditampar itu bersimpuh dilantai sambil memegangi pipinya yang memerah. Dadanya terasa sesak mendengar ucapan kasar
yang keluar dari mulut pria dihadapannya yang malah menatapnya tanpa tatapan belas kasih."Mas. Apa yang kamu lakukan! Dita masih kecil mas! Jangan sakiti dia mas, aku mohon sama kamu. Baiklah aku akan memberikan apa yang kamu mau tapi tolong jangan sakiti Ditalagi?" Seorang wanita paruh baya itu memohon dan bersujud kepada pria yang menampar putri kecilnya dia tak sanggup melihat anaknya disakiti seperti itu apalagi hal itu dilakukan oleh suaminya sendiri.
"Mamah. Apa yang mamah lakukan?" Lirihnya pelan menatap sendu kearah mamahnya.
"Mana. Uangnya cepet! Atau kamu mau dita aku sakiti lagi." Ucapnya
Wanita itu mengangguk dengan sisa sisa tangisnya dia berdiri dihadapan pria itu untuk mengambil uang yang diminta pria Itu agar putrinya tak disakiti kembali. langkahnya terasa berat ketika memberikan uangnya Itu uang dari hasil menjahitnya dan itu untuk membeli bahan jahitan tapi apalah daya dia tidak berani menantang ucapan suaminya. Ana takut anaknya yang menjadi korbannya dari hasrat dari suaminya.
"Nah, gitu dong." Ucapnya merampas kasar amplop besar itu dari tangan istrinya dan mencium amplop besar itu dan segera melangkah keluar rumah.
Ana menatap punggung nanar suaminya yang keluar rumah dia bersimpuh dilantai tak mampu berjalan maupun berdiri. Kakinya benar-benar tak mampu menompang tubuhnya. Seketika pula iateringat dengan anaknya. Dita gadis kecil itu terlihat menyedihkandengan cap tangan suaminya yang berada dipipi kanan milik gadis itu. Tubuhnya tampak bergetar ketakutan
Ana menyeret tubuhnya ke arah Dita, tangannya menarik tubuh gadis kecil itu dan melabuhkannya kedalam pelukannya. Tubuh Dita bergetar hebat. Ana dapat merasakan kesakitan apa yang dirasakan Dita. karena mereka mempunyai ikatan yang kuat.
"Sudah. Jangan menangis lagi. Mamah ada disini!" Ucap Ana mencoba menenangkan putrinya yang masih menangis. Namun Dita tak langsung berhenti menangis ia menengadahkan kepalanya menatap mamahnya yang juga turut menintikan air matanya.
"Mamah. Juga nggak usah nangis, mamah terlihat jelek nangis aku cuman mau liat mamah tersenyum. Dah itu aja." Tangan kecil dita terangkat mengusap pipi Ana yang basah karena air mata. Ana tersenyum getir mendengar putrinya bilang begitu.
"Iya. Sayang mamah akan selalu coba buat nggak nangis lagi.Mamah janji sama kamu, tapi kamu juga harus janji sama mamah nggak akan pernah ngelawan papah kayak tadi yah."
Dita menggeleng didalam dekapan Mamahnya Gadis itu tak sanggup
melihat mamahnya disakiti dan untuk itu dia berani melawan sang papah. "Maafin. Dita ya mah terus jadi beban buat mamah terus."Ucap itu mampu membuat hati Ana tersayat."Syut. Jangan bilang kayak gitu, kamu bukan beban kok buat mamah. Kamu anak mamah tak sepantasnya kamu bilang kayak gitu. Mamah akan rela lakuin apapun buat kamu." Ana kembali menintikan air matanya, dia tidak mau mendengar anaknya bilang begitu.
"Dan mamah harap kamu jangan yakitin diri kamu lagi demi mamah. Mamah nggak mau kamu terluka karena membela mamah."Ucap Ana. Dita menggeleng didalam dekapan mamahnya dan Ana semakin mengeratkan pelukannya.
"Mamah apapun yang Dita lakuin. Karena dita nggak mau liat mamah selalu disakiti papah. Karena Dita begitu sayang sama mamah dita hanya nggak mau mamah ninggalin aku suatu saat nanti. " ucapan Ultimatum itu keluar dari bibir dita kembali membuat air mata Ana yang tadi sempat dia tahan itu berhasil lolos kembali.
"Mamah cuman nggak mau kamu disakiti kayak tadi Dita."Lirihnya, matanya memejam merasakan perbedaan aura disekitarnya. Tangannya terangkat mengusap lembut kepala dita.
"Dita akan berusaha bela mamah mati-matian." Batin Dita gadis kecil itu kembali mengeratkan pelukannya pada mamahnya.
"Mamah. Apa mamah sayang sama Dita. "
"Kenapa? Kamu bilang begitu sayang."
"Kamu anak mamah. Kamu buah hati mamah sama papah! Kamu kebanggaan mamah, mamah bangga punya dita sekarang.Mamah udah nggak mau yang lain lagi, cukup ada dita mamah udah bahagia. Dan berhenti ngomong kayak gitu. Mamah sayang banget sama dita mamah nggak rela kalo kamu terluka karena membela mamah. Mamah dita. " ana kembali menintikan airmatanya untuk ketiga kalinya.
"Dita juga sayang sama mamah."
🍒🍒🍒
Seorang gadis tengah duduk meringkuk sambil menangis tersedu-sedu didalam ruangan yang mengurungnya. Mengingat masa lalu nya yang kelam dan begitu menyedihkan membuatnya kembali ingat pada mendiang sang Mamah yang selalu menjaganya dan menyayanginya dan melindunginya dari berbagai kejahatan dunia. Namun, saat ini Sang Mamah terhebatnya telah meninggalkannya sendirian.
"Mamah! Kenapa mamah ningalin Dita, Dita nggak sanggup hidup tanpa mamah dita nggak mau hidup sendirian. Dita lemah mah." Tangisnya tampak memilukan didalam ruangan itu.
"Mamah. Tau papah semakin kejam sama Dita bahkan papah tak segan-segan buat mukul dita. Papah selalu nyakitin tubuh Dita papah pukuli setiap saatnya dan hati Dita disakiti dengan kata-kata menyakitkan dari papah." Ucapnya menyembunyikan wajahnya pada kakinya yang dia tekuk tangisnya tak dapat berhenti. Rasa sesak dan sakit pada tubuhnya semakin terasa.
Tbc
.
.
.
Makasih yang udah mau baca cerita aku
Jangan lupa vote dan comment nya ya sampai bertemu kembali dipart selanjutnya
Bye bye 🐯🐯
![](https://img.wattpad.com/cover/307027051-288-k204601.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Maafkan Papah Nak
EspiritualNamaku. Dita mauda ayundia. Tetapi hidupku penuh dengan kesedihan, disaat umurku yang masih muda. Aku selalu melihat papah memarahi mamah ataupun bahkan melukai mamah. Aku menjadi saksi kekejaman papah pada mamah. Bahkan tak turut juga papah menyaki...