003

3 1 0
                                    

“kita memang Bersama tapi bedanya aku Bersama mu kamu bersamanya”-Anaya Reana Calista-

….

Bel istirahat berbunyi dengan nyaring, para siswa dan siswi keluar dari kelas mereka masing-masing menuju kantin.

Naya dan karina beranjak dari tempat duduk mereka. Raka yang melihat naya beranjak dari kursinya pun menghampiri naya.

“nay, ke kantin bareng aku ya?” ajak raka, luna yang melihat raka mengajak naya langsung menyamperi raka dan menggandeng tangannya.

“raka, kamu kan ke kantin sama aku. Nanti kalo aku makan yang pedes-pedes terus lambung aku sakit gimana?” kata luna, raka hanya menatap luna bingung. Ia tidak tahu harus menuruti perkataan luna atau tidak? Sedangkan naya? Gadis itu hanya menatap datar kedua orang di depan nya.

Naya tidak berminat mendengarkan perdebatan antara pacarnya dengan mantan pacarnya itu, ia memilih pergi dari kelas menuju kantin. Memilih untuk mengisi perutnya yang lapar dari pada menonton perdebatan yang tidak jelas.

Karina hanya menatap iba pada naya, bisa-bisanya naya kuat berhubungan dengan raka.

“nay are you okey?” tanya karina pada naya. Naya hanya membalas pertanyaan karina dengan senyuman.

“hati gue sakit kar”-batin naya-

Karina sebenarnya tau. Naya sedang tidak baik-baik saja, mereka bersahabatan sudah 4 tahun dari smp kelas 7. Mustahil jika naya baik-baik saja dengan perbuatan raka.

“lun gue ga bisa terus menerus menuruti perkataan lo. Naya juga butuh gue, apalagi tadi gue udah salah menamparnya gitu aja. Please lun ngertiin gue, naya pacar gue dia butuh gue sekarang” ucap raka melepaskan rangkulan tangan luna pada lengannya. Luna kesal karna kali ini raka tidak menuruti perkataannya.

“lo liat aja nay, gue pasti bakal dapetin raka kembali” gumam luna.

Kring!

Bel pulang sekolah berbunyi, hal yang selalu para siswa dan sisiwi nantikan untuk kembali ke rumah masing-masing. Naya dan Karina membereskan buku-buku yang di atas meja mereka dan meletakannya di tas mereka masing-masing.

“kalian pulang naik apa?” tanya Samuel yang manyamperi meja naya dan karina.

“gue di jemput bokap, kalo lo nay?” tanya karina.

“gue pul…”

“naya pulang bareng gue” jawab araka tiba-tiba menggandeng tangan naya.

“gue ga ngijinin dia pulang bareng sama lo!” kata karina dengan menatap araka tajam.

“naya pacar gue, jadi terserah gue membawa naya kemana pun. Termasuk untuk pulang bareng sama gue.” Kata raka, mendengar ucapan raka karina pun tertawa remeh.

“pacar? Kalo dia pacar lo harus nya lo ga nempatin dia di posisi kedua!” jawab karina.

“dan seharusnya lo bisa ngertiin keadaannya dia dan maunya dia. Bukan terus-terusan lo nurutin ego lo dan mantan sialan lo itu!” amarah karina meledak, ia tidak bisa melihat naya sahabatnya itu terus-terusan di sakiti oleh raka.

“naya pulang sama gue dan bokap gue” ucap karina. Raka yang tidak terima pun menatap karina tajam.

“lo apaan si kar, naya pulang bareng gue bukan pulang bareng lo!” jawab raka dengan nada kesal.

“gue ga bakalan ngijinin naya pulang bareng cowo brengsek kaya lo ka!” kesal karina. Raka benar-benar kesal dengan keputusan karina.

“engga! Naya sama gue!” bantah raka.

“gue udah bilang naya pulang sama gue anjing!” amarah karina makin meledak.

“engga! Naya sama gue!” kata raka.

“gue/gue!”

“DIEM!” teriak naya membuat raka dan karina diam seketika. Rasya, Gevan dan Samuel pun terkejut mendengar teriakan dari Naya.

“kar, biarin gue pulang sama aka. Gue juga mau ngomong sama dia” kata Naya, karina menyerit dahi nya bingung. Ada apa dengan sahabatnya itu? Kenapa dia masih mau bertahan sama orang yang jelas-jelas tidak bisa mengerti perasaan dia.

“tapi nay…”

I’m fine kar” ucap Naya seolah-olah meyakinkan karina bahwa dia akan baik-baik saja Bersama raka untuk sore ini.

“ayo kita pulang” ajak raka, ia pun langsung menggenggam tangan naya dan pergi dari kelasnya.

“ga paham gue sama otak temen lo el” ujar gevan pada Samuel.

“raka temen lo juga anjing” jawab Samuel membuat gevan terkekeh.

“gue heran sama sahabat brengsek kalian bertiga itu, dia sebenarnya ga punya hati atau otak sih?” ucap karina kesal.

Rasya menghelah nafasnya kasar “begitu dah raka, dia ga akan pernah berubah sebelum dia tau artinya kehilangan”.

“anjai, babang asya bucin ni” ledek gevan, rasya hanya diam tak menanggapi ledekan gevan dia terlalu malas jika akhirnya harus berujung perdebatan.

“yudah lah kita pulang aja kuy” ajak Samuel.

Penasaran ga naya mau bicara apa sama raka?
Sama nih aku juga penasaran ehehehe…
Kalo kalian mau tau biar ga penasaran klik bintang dulu dong.
Kan biar semangat nanti aku kasih tau nya hehehe…

Jangan lupa vote guys!
Love u all!!!

stay or goTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang