5

4 1 0
                                    

 Seharian 3 gadis itu berbelanja barangan untuk majlis pernikahan Dewi. Sedikit penat pun tak terasa apabila Dewi membelanjakan mereka berdua sepasang kebaya dan sarong untuk dipakai di majlisnya nanti. Puas hati betul bila membeli kebaya di tempat asalnya, cantik!

Siang berganti malam. Perut giat berpesta. Canvas Cafe dijadikan tempat singgah untuk mengisi perut.

" Maaf ya, aku telat. Hai, namaku Ciko, tunangannya Dewi. " sapa Ciko yang baru mengambil tempat di sebelah Dewi. Sabrina dan Qalisya saling mengenalkan diri. Pertama kali bertemu Ciko, pastilah mereka berdua menatap lelaki itu lama. 

" Udah pesan apa belum? " tanya Ciko. Mereka bertiga menggeleng. Lantas pelayan berdekatan dipanggil untuk mengambil pesanan.

Dari awal lagi Dewi sudah beritahu bahawa tunangnya akan sertai makan malam mereka di situ. Kebetulan, kafe itu milik keluarga lelaki itu. Sabrina dan Qalisya tidak kisah, asalkan mereka berdua tidak dibiar kelaparan.

Sabrina mengamati suasana sekeliling. Kafe bertemakan industrial, dipenuhi pelanggan sekitar umurnya. Tempat lepak orang muda disini agaknya.

Seketika makanan pun tiba. Set burger dan soda gembira dinikmatinya sambil berbual dengan yang lain. Banyak betul yang diceritakan memandangkan hanya sekarang baru mereka ada waktu untuk berbual. Gelak tawa memenuhi ruang kafe.

" Dewi, taknak cerita ke macam mana kau dan Ciko jumpa? " Sabrina mengusik. 

" Malu ah! " Dewi menutup mukanya. 

" Malu apa nya, dah nak nikah pun, malu apa lagi? " usik Qalisya pula. Suka benar dua gadis itu dengan kisah cinta Dewi dan Ciko. Ciko membuka kata dahulu.

" Dewi yang deketin aku dulu. " ujarnya. Pipi Dewi memerah.

" Ih apaan sih Ciko! Kamu yang deketin aku dulu, masa aku? " Bibir gadis itu menjuih. Geram pula ceritanya diputar belit. Ciko tersenyum melihatnya.

" Oh bukan ya? Abis, gimana ceritanya? Udah lupa doang. "

" Sok lupa ah. " Dewi menjeling.

" Alaa, janganla merajuk. Ala bucuk bucuk. " Dewi mempermainkan Dewi. Comel betul pasangan dihadapannya ini. Cemburunya!

" Begini, aku nemunya Ciko di SMA. " jelas Dewi. Teringat semula kisah cinta monyet semasa zaman persekolahannya.

" Ciko itu anak band. Selalu aja perform di sekolah. Mulanya aku ga mau ambil tau soal perfomance tapi yah, temen-temenku malah nge-pair aku sama guitaristnya. Sedar-sedar, guitaristnya keren banget! " Dewi terjerit kecil, terasa rama-rama berterbangan seperti dahulu. Sabrina terhibur melihat gelagat gadis itu.

" Suka ya kau! " Qalisya tertawa. Minuman lemon teanya disedut.

" Hari terakhir di SMA, Dewi sama temen-temennya dekatin aku di luar sekolah. Dewi.. " Ciko memberhentikan kata dan melirik ke arah gadis di sebelahnya.

" Ga usahlah yang itu! "

" Dewi nyatakan perasaannya ke aku. Sok malu sih, kamu! Bener lah kan? " gurau Ciko. 

" Iyalah, iyalah! Aku deketin Ciko dulu, tapi pas itu kamu juga bilang yang kamu itu emang udah lama suka sama aku kan? Iya kan? " Dewi tidak mengalah. Ciko tidak boleh memutar cerita lagi. Lelaki itu pura-pura menyuap makanan kepada Dewi untuk menutup mulutnya.

" Sweetlah korang ni! " ujar Qalisya. Rasanya seperti ingin berteman juga.

" Sweet ya sampe aku mau ke wece. haha! " Dewi bangun dari tempat duduknya.

" Oh, nak ikut! " Qalisya membuntuti langkah gadis itu.

" Aku  mau bayarin makannya bentar yah, Sabrina. " Ciko meninggalkan Sabrina keseorangan.

Aku Pilih KamuWhere stories live. Discover now