Satu minggu ini, ia diantar-jemput oleh lelaki tersebut. Namanya Muhammad Zayyan Al-Faris, itu kata ibunya. Mereka mulai dekat, tetapi setiap hari jantung Neysa harus berdisko meski telah terbiasa. Entah sampai kapan seperti ini.
Saat di mobil, mereka akan bercerita banyak hal, terutama perjalanan cinta mereka. Satu hal yang Neysa kagumi, Zayyan tak pernah pacaran. Apabila ia menyukai seseorang, ia hanya diam dan menyebutnya dalam do'a. Tetapi, setelah ia bosan membawa nama itu dalam do'a, ia akan merasa tak mencintai siapa pun. Semudah itu ia menghilangkan nama orang yang pernah memenuhi relung hatinya.
Hari ini hari Minggu. Neysa sedang main bareng dengan sang adik, Ziona. Ziona saat ini duduk di kelas empat SD. Neysa tidak terlalu payah dalam bermain game online, hanya saja ia kurang waktu untuk memainkannya. Ia juga malas ke warnet hanya untuk menghabiskan uang. Cukup para mantannya saja yang menguras kantongnya, jangan sampai game juga. Berbeda dengan Ziona yang seorang gammer.
"Tripel kill!" seru Neysa saat berhasil mengalahkan Ziona setelah tiga kali dikalahkan. Maklum saja, Ziona pasti lebih handal bermain mengingat dia gammer.
"Akhirnya gue kalahin lo, Na. Kemenangan lo selama lima kali berturut-turut gue gagalin sampai di sini," kata Neysa bangga. Ziona memutar bola mata malas. Ia hanya mengalah, tidak tega melihat kakaknya marah tidak jelas. Telinganya lelah menampung.
"Neysa! Ziona! Keluar, Nak!" Neysa dan Ziona saling pandang. Itu panggilan ibunya dari luar kamar Ziona. Mereka bergegas menyembunyikan peralatan ini semua sebelum mendengar ceramah dadakan selama satu jam. Fira tidak pernah rela dengan hobi Ziona.
"Iya, Buk?" Neysa membuka pintu, disusul Ziona setelah memastikan kamarnya aman. Fira berusaha mengintip isi kamar Ziona. Setelah dirasa tidak ada unsur roller player, barulah ia kembali menatap kedua anaknya.
"Kalian nggak nyembunyiin sesuatu dari Ibuk, 'kan?" tanya Ibu menyelidik. Mereka sepakat menggeleng.
"Ibuk kebanyakan pikiran, ih. Sudahlah, ada apa Ibuk memanggil?" Neysa menjawab cepat. Kalau Ziona yang menjawab, anak itu belum andil dalam berbohong. Ziona bersyukur kakaknya peka.
"Oh iya, Ibuk hampir lupa. Itu, kamu ditunggu seseorang di depan," ucap Ibu dengan nada menggoda. "Lelaki."
"Kakak punya pacar?" Ziona bertanya menyelidik. Neysa menggeleng cepat. Dalam rumah ini, hanya Ziona yang tahu perjalanan asmaranya. Kedua orang tua tidak tahu jika ia punya dua mantan resmi, dan lima mantan main-main. Katakan ia playgirl.
"Siapa, Buk? Aku nggak punya pacar, kok!" Neysa menatap keduanya bergantian. Ia mengangkat dua jari saat menatap Ziona. Ziona mengangguk sok percaya.
"Zayyan," bisik Fira dengan nada keras. Pipinya langsung bersemu layaknya kepiting rebus. Aduh, mengapa di saat ia ingin bebas dari lelaki itu sehari saja dengan menghabiskan waktu bersama Ziona, orang itu datang lagi di waktu yang tidak tepat. Ingin rasanya melempar jauh ke segitiga bermuda, tapi sayang.
Fira dan Ziona menahan tawa, tetapi tetap saja Ziona tertawa lebar. Berhasil membuatnya tambah salah tingkah.
"Udahlah, Kak. Temuin aja. Siapa tau penting," rayu Ziona dengan kerling matanya. Neysa ingin sekali menyolok mata itu agar lebih terjaga.
"Dia ngelamar kamu," Fira kembali berbisik. Kini keduanya mematung. Ziona tak lagi menggoda. Jantung Neysa jangan lagi ditanya, ingin merosot dari tempatnya.
"Ibuk, jangan bercanda! Nggak mungkin. Ibuk pasti bohong, 'kan?" Neysa mencoba bernegoisasi. Tetap saja Fira menggeleng mantap.
"Ibuk nggak akan bohong di saat genting seperti ini. Di luar suasana sangat tegang. Semua menunggu keputusan kamu." Fira tersenyum lembut. "Sekarang, kalian ganti baju! Terutama kamu, Neysa. Ibuk mau kamu jawab sejujur-jujurnya dari lubuk hati terdalam kamu. Kalau kamu tanya Ibuk, sih, tentu saja jawabannya Ibuk merestui."
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA [ZN]
RomanceKehidupan pasutri yang abstrak. Tidak penuh lika-liku yang berat, tetapi tetap saja ada masalah sebagai pewarna rumah tangga mereka. Zayyan dan Neysa